BUAT YANG MAU JADI INFLUENCER MASUK! INI TEKNIK UGC YANG BANTU BRAND! - Review Gadget Terbaru Fajar Nugraha Wahyu

Breaking

Tuesday, 28 July 2020

BUAT YANG MAU JADI INFLUENCER MASUK! INI TEKNIK UGC YANG BANTU BRAND!

Tahu ga sobat kalau gambar di bawah adalah contoh dari User Generated Content (UGC)? Beberapa dari kita mungkin bertanya-tanya mendengar istilah asing tersebut. Betul banget karena UGC merupakan strategi marketing yang sering dilewatkan oleh banyak brand. Padahal, efek positif dari UGC ini hebat juga lho ga bisa dipandang sebelah mata!


Pernahkah sobat melihat postingan brand yang mencantumkan username seseorang di caption media sosial seperti di bawah ini?



Atau rating pelanggan di sebuah aplikasi seperti ini?



Nah, disini kita bahas lebih dalam yuk apa sih UGC itu?? Quiz hunter biasanya nih suka buat nih UGC ini. Hahahaha


Apa sih itu UGC?


Bisa dibilang, UGC adalah salah satu bentuk marketing konten era terkini. Menurut Right Mix Marketing, saat ini banyak bisnis yang mengandalkan konten dari pengguna sebagai strategi marketing mereka.


Dilansir dari Hootsuite, UGC merupakan berbagai bentuk konten baik tulisan, video, foto, review, dan lainnya yang dibuat oleh seseorang seperti konsumen, pelanggan, atau bahkan followers.


Nantinya, brand akan meng-reupload konten yang sudah dibuat oleh orang-orang tersebut di media sosialnya.


Contoh Penerapan UGC


Gambar/video di sosmed



UGC yang paling memiliki kekuatan dan pengaruh virality lebih cepat yakni pada konten sosmed. UGC pada platform sosmed adalah salah satu yang banyak dilakukan saat ini. Seperti kita tahu bahwa pergerakkan informasi di sosmed kian sulit dibendung.


Akses yang mudah dan menjamurnya smartphone di semua lintas kalangan membuat brand Maro melakukan strategi ini.


Kontes / Kuis / Giveaway



Pada tahun 2014, Starbucks menyelenggarakan kontes bertajuk #WhiteCupContest di Twitter. Seperti namanya, para pembeli kopi Starbucks diharuskan untuk menggambar pada tempat minum berwarna putih, lalu mengirim fotonya dengan menggunakan hashtag #WhiteCupContest. Dalam waktu tiga minggu, ada 4000 desain yang dikirimkan oleh konsumen kepada Starbucks.


Konten Sosial



Beberapa tahun yang lalu, Coca-Cola merilis kemasan-kemasan khusus dengan berbagai nama populer. Kemudian, Coca-Cola mengajak pengguna untuk membagikan foto kemasan Coca-Cola dengan nama mereka di media sosial. UGC dari Coca-Cola ini telah sukses dijalankan di lebih dari 80 negara, lho.


Kelebihan UGC


UGC lebih dipercaya konsumen

92% orang percaya rekomendasi dari orang lain walau mereka gak saling kenal daripada iklan dari brand. Ini menunjukkan bahwa konsumen melihat UGC sebagai pertimbangan utama sebelum membeli suatu produk.


Saat ini, konsumen lebih pintar dan tak mudah termakan iklan suatu brand begitu saja. Mereka mencari kebenaran. Dan, dari mana sumber kebenaran terbaik selain orang yang pernah menggunakan produk brand tersebut? iyaa kan??


Hemat biaya marketing

Dengan adanya UGC, brand tentunya gembira karena menghemat biaya pemasaran. Tanpa harus merogoh kocek yang dalam untuk memasang iklan atau membayar brand ambassador, brand sudah mendapatkan konten gratis dari konsumen. Jadi tingkatkan kualitas produk dan pelayanan biar UGC juga meningkat.


Brand tak perlu membayar pengguna karena konsumen melakukannya dengan sukarela. Entah itu berbagi pengalaman atau sekedar ikut kontes atau kuis yang kita adakan. Hal itu tentu saja membuat UGC jauh lebih hemat daripada mengeluarkan uang jutaan untuk promosi produk sebuah brand.


Membantu konten marketing

Buat konten itu sulit apalagi konsisten kan? Oleh karena itu, UGC ini bisa membantu memaksimalkan konten marketing suatu brand.


Apalagi, konten dari UGC biasanya berasal dari kehidupan sehari-sehari pengguna, Misalnya, liburan, pesta, atau ulasan produk. Jadi, walaupun memanfaatkan UGC, konten akan tetap unik, segar, dan relevan.


Cara Memaksimalkan UGC


Selalu minta izin


Tak peduli jenis konten yang dibuat oleh pengguna, brand harus meminta izin untuk menggunakannya. Jika brand menggunakan UGC begitu saja tanpa izin, hal tersebut justru akan meninggalkan kesan buruk bagi para pengguna. Sebab, brand sama saja mencuri hasil kreasi mereka.


Jadi, brand perlu minta izin terlebih dahulu. Brand bisa mengirimkan email, meninggalkan komentar di postingan mereka atau mengirimkan pesan ke inbox. Brand juga harus menghargai konten mereka dengan memujinya. Dengan begini, pengguna merasa dihargai dan dengan senang hati memberikan izin kepada brand.


Mencantumkan sumber


Walaupun brand sudah mendapatkan izin, tetap jangan lupa untuk mencantumkan sumber dari UGC tersebut. Brand bisa mencantumkan sumber dengan tag username di media sosial, tulis website milik pengguna, tulis channel YouTube mereka, atau sekedar sebut namanya secara langsung.


Mencantumkan sumber berarti brand menghargai si pembuat konten. Dengan begitu, mereka akan lebih semangat menggunakan produk brand di kemudian hari.


Selain itu, mencantumkan sumber juga bisa meyakinkan konsumen brand secara keseluruhan bahwa konten tersebut benar-benar asli buatan dari konsumen.


Tawarkan imbalan


Jika brand ingin konsumen selalu memberikan UGC, tawarkan imbalan kepada mereka. Ada banyak cara untuk memberikan imbalan. Mulai dari mengadakan kontes, memberikan diskon merchandise bagi yang kontennya ditampilkan, dan masih banyak lainnya.


Namun, brand tak bisa terlalu fokus memberikan imbalan pada pembuat UGC. Sebab, berdasarkan survey, hanya 32% saja pengguna yang membuat UCG karena iming-iming imbalan. Sementara itu, 60% mengatakan bahwa mereka membuat UGC untuk mendapatkan likes engagement atau agar kontennya ditampilkan saja.


Pastikan pengguna tahu konten apa yang dicari


Pembuat UGC ingin konten mereka ditampilkan. Oleh karena itu, brand perlu memberitahu mereka jenis konten apa yang dicari. Penjelasan secara spesifik dan jelas tentunya akan memudahkan pengguna untuk membuat konten yang dibutuhkan brand. Setelah brand tahu apa yang dibutuhkan, segera sebar info tersebut. Brand bisa melakukannya melalui postingan, stories, bio akun, di website, di toko fisik, hingga di packaging sekalipun seperti di kafe - kafe jaman sekarang gitu kan.


Jangan lupa juga nih, brand perlu menjelaskan syarat dan ketentuannya. Misal, “gunakan hashtag ini…” atau “tinggalkan review di website dengan mencantumkan foto produk…” dan lain sebagainya.


Gunakan fitur pencarian


Brand tak bisa hanya berfokus mengumpulkan UGC di media sosial saat akun brand di-tag atau saat pengguna menggunakan hashtag brand. Brand harus tetap aktif mencari UGC di media sosial apabila ada konten berkualitas yang terlewat.


Brand juga bisa menggunakan aplikasi pihak ketiga seperti SocialMention. SocialMention ini fungsinya brand memonitor info apapun di media sosial. Mulai dari hal-hal umum seperti mention brand atau hashtag, hingga info yang berhubungan dengan topik atau konten tertentu. Coba deh ini berguna banget, gue sering pakai ini.


Apabila brand menemukan konten yang sesuai, brand bisa segera menghubungi pengguna tersebut dan minta izin. Jangan lupa juga brand juga perlu memberitahu pembuat mengenai kampanye UGC yang dijalankan. Supaya pembuat menerapkan syarat dan ketentuan yang sesuai di konten yang dia buat di kemudian hari biar gampang dilacaknya, jika pembuat berkenan kita bisa kasih imbalan seperti potongan diskon dan lain sebagainya.


Pelajari UGC yang dikumpulkan


UGC ternyata juga bisa menjadi sarana untuk melakukan riset market, lho. Brand cukup melihat dan menganalisis berbagai UGC yang telah masuk. Dari situ, brand akan mengetahui kebiasaan konsumen yang nantinya bisa dimanfaatkan untuk strategi marketing selanjutnya.


Misalnya nih yaa , brand menemukan bahwa konsumen cenderung menggunakan produk brand berbarengan dengan produk lainnya. Nah, dengan begini brand menemukan peluang untuk melakukan kolaborasi dengan brand lain di strategi marketing selanjutnya.


Bagaimana sobat, sudah siap membuat atau bahkan menerapkan UGC untuk bisnis kalian? UGC adalah strategi marketing ampuh yang sering dilewatkan para pebisnis, jangan lupa untuk mempertimbangkannya yaa.




No comments:

Post a Comment