Fajar
Nugraha Wahyu
Bayangan
Kuliah Kerja Nyata
Ada juga rasa iba
Diantara rasa-rasa
Libur kuliah telah tiba
Kok tak seperti biasa
Siang - siang main layangan
Mainnya di jalan raya
Liburan ini dituntut memberi kenangan
Kepada warga desa Pangkal Jaya
Sebuah pantun singkat
dari saya Fajar Nugraha Wahyu , mahasiswa dari Jurusan Teknik Informatika
Fakultas Sains dan Teknologi yang mana wajib menjalankan sebuah kegiatan Kuliah
Kerja Nyata di semester 6. Kuliah Kerja Nyata ( KKN ) adalah wadah untuk
mengimplementasikan secara langsung ilmu yang telah didapat pada bangku
perkuliahan dengan menerapkannya langsung di kehidupan bermasyarakat. Kegiatan
ini berdampak signifikan bagi jiwa dan raga mahasiswa UIN Jakarta, karena
melalui kegiatan ini mahasiswa mampu mengukur kemampuannya serta ilmu yang
dimilikinya sudah seberapa siap untuk terjun langsung di kehidupan masyarakat.
Membayangkan akan
mengabdi di sebuah desa daerah Bogor, pastinya dalam benak pertama kali akan
dingin karena dikeliling pegunungan. Saat pertama kali survei pun jalan yang
ditempuh juga dikeliling gunung – gunung. Tetapi bukan hanya suasana alam yang
dibayangkan , kultur budaya yang ada di masyarakat pun juga turut dibayangkan.
Dalam benak pasti masyarakat desa memiliki ikatan kekeluargaan yang erat dan
gotong royong yang tinggi. Saya membayangkan di KKN ini bagaimana kehidupan
nanti di tempat baru yang bahkan tidak pernah saya dengar sekalipun, hidup
sebulan bersama orang-orang baru yang belum diketahui masing – masing
karakternya, serta harus siap berinteraksi dengan orang – orang baru yaitu
masyarakat desa yang sama sekali tidak kenal.
Menurut saya KKN perlu
sekali diikuti oleh mahasiswa di seluruh Indonesia karena di dalam KKN ini
dengan bayangan dari saya akan terjadi konflik – konflik baik antar sesama
anggota KKN ataupun dengan warga. Disinilah akan dilatih kematangan berfikir
mahasiswa untuk menyelesaikan masalah dengan kepala dingin. Melalui wadah KKN
ini juga mahasiswa akan dilatih beradaptasi dengan cepat dengan warga sekitar,
karena hanya sebulan mengabdi maka haruslah cepat kenal dengan warga agar
mendapat dukungan untuk menjalankan program – programnya. Satu yang terpenting
yang dapat dipelajari dari kegiatan KKN ini yaitu saya sebagai mahasiswa harus
mampu menerapkan ilmu yang bertahun – tahun dipelajari di kampus dan di sekolah
kepada masyarakat tempat saya mengabdi. Inilah yang sulit karena sebaik –
baiknya ilmu adalah ilmu yang bermanfaat bagi orang lain.
Awalnya ragu ikut KKN ini
soalnya dalam bayangan saya di desa itu susah sinyal dan saya yang bekerja
sebagai freelancer takut kerjaan kantor saya terbengkalai kalau koneksi
internet lambat. Tapi anggapan itu saya coba singkirkan dengan pasti mendaftar
KKN di AIS langsung saat pembukaan pendaftaran dibuka dengan harapan dapat
lokasi yang tidak jauh dari rumah. Alhamdulillah, Allah memang baik sekali saya
ditempatkan di Bogor bersama 15 teman lainnya. Di Survei pertama saya langsung
mencoba koneksi internet disana apakah kencang atau tidak, dan Alhamdulillah
lagi kencang internetnya. Kemantapan untuk menjalankan KKN pun tumbuh dengan
pasti. Selain kuota dan uang, KKN itu butuh persiapan fisik yang matang
pasalnya kita tidak tahu medan yang akan menjadi tempat kita hidup selama sebulan.
Bersatu
dalam Perbedaan
Pengumuman pembagian
kelompok KKN tentu membuat penasaran para mahasiswa UIN Jakarta saat itu
termasuk saya. Langsung saya cari nama saya dan ternyata saya terdapat di
kelompok 124 bersama 15 orang lainnya. Yaitu terdiri dari 9 wanita dan 7 pria
adalah Rheza , Siti Nur Asiah , Rani , Nur syaimaa, Raya Fannani, Dewi
Fitriani, Rizky Trisna Kalihanuraga,
Munif akbar, Ridwan Maulana, Atika fauziyyah, Afrida purwanti, Ishma
Fatiha Karimah, Putri Permata, Iqbal Hardian dan Amelia Kurnia. Awalnya
berjalan lancar beberapa rapat pun sudah digelar dan dipilihlah Rheza menjadi
ketua. Petaka terjadi ketika tiba – tiba Rheza terpilih untuk KKN mandiri di
Maluku, kelompok KKN ini mulai goyah dan akhirnya Rizky Trisna pun yang rela
menjadi ketua untuk menjalankan roda kelompok ini. Sampai selesainya KKN
Alhamdulillah kelompok saya masih komplit hanya saja berkurang menjadi 15 orang
saja.
Selama kurang lebih satu
bulan saya dan teman-teman lain tinggal bersama dalam satu atap. Banyak hal
yang saya telah dapatkan, belajar tentang kebersamaan, kesabaran, kekuatan,
bermasyarakat dan lain-lainnya. Saya sendiri termasuk orang yang harus terus
bergerak, sehingga banyak teman yang suka males saya ajak kemana – mana
misalnya membantu masyarakat. Selama satu bulan semua aktivitas sehari-hari dan
kegiatan program kerja kita lakukan tidak sendiri tapi bersama-sama. Selama itu
pula, kami tidak memiliki jadwal piket bersih-bersih rumah maupun jadwal
memasak. Semua dilakukan sesuai kemauan dan kesadaran sendiri. Disinilah saya
dapat menilai karakter masing – masing , yang malas dan yang tidak. KKN itu
seru.
Di sungai jangan suka menoleh
Nanti bisa terbawa arus
Berbeda itu boleh
Tapi bersatu itu harus..
Ketika waktu makan tiba
kebersamaan pun sangat terasa, tidak jarang, saya harus menunggu salah satu
dari kami selesai mandi baru bisa makan bersama. Rasa lapar sering kali saya
tahan untuk kata kebersamaan, tapi mau gimana lagi tunggu full team, baru bisa
makan dimulai. Dan mandi pun saya juga sering terlambat bahkan saya sering
tidak mandi selama KKN ini dengan alasan hemat air dan hemat waktu. Sungguh
saya merasa sangat malas mandi di kegiatan KKN ini pasalnya udaranya sudah
segar jadi tidak perlu mandi lagi.
Saya sebagai orang
teraneh dikelompok ini pun selalu memberikan sapaan kepada teman – teman entah
itu menanyakan kabar “ Sudah mandi belum? “ atau “ Sudah sholat belum? “ hampir
semuanya rutin saya tanya seperti itu, sampai melekatlah kebiasaan itu sampai
akhir KKN. Banyak kejadian lucu yang terjadi , mulai dari sulitnya bangunin
anak laki – laki seperti Munif dan Ridwan yang sulit sekali bangun pagi walau
sudah teriak – teriak. Giliran dibangunin karena sudah siang mereka marah.
Aneh. Tapi itulah esensi dari KKN ada saja karakter yang harus dihargai.
Tidak sampai seminggu
saya bermukim di Kampung Ciketug , Desa Pangkal Jaya, saya sudah kenal dengan
beberapa pemuda yang sangat open dengan kehadiran saya dan teman – teman.
Memang kampung Ciketug ini adalah kampung yang biasa disinggahi oleh mahasiswa
KKN dari UIN , Universitas Pakuan ataupun IPB, jadi masyarakat sudah terbiasa dengan mahasiswa.
Dan lebih enaknya lagi di kampung ini ada alumni UIN yang menjabat sebagai sekretaris
desa jadi untuk koordinasi dengan pihak desa menjadi lebih mudah. Mengenal
karakter teman lalu mengenal karakter masyarakat dalam waktu seminggu, cukup
mengesankan. Menjadi keluarga baru yang dipertemukan oleh sebuah agenda
kegiatan. Menarik!
Sebulan yang Terkenang Berbulan-bulan
Hari yang ditunggu tiba 25 Juli 2017
pelepasan peserta KKN di Auditorium Harun Nasution yang dihadir peserta KKN.
Ramai sekali sampai penuh ruangan Audit yang menandakan mahasiswa UIN sangat
antusias dengan KKN ini. Peserta KKN dilepas oleh bapak Rektor UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta beserta beberapa perwakilan pemerintah yang menjadi tempat
mahasiswa KKN. Pada hari itu kita persiapan keberangkatan dari Ciputat menuju
muncul Kampung Baru Asih. Pada hari setelah pelepasan saya dan teman – teman
berangkat ke lokasi lalu masih persiapan atau merapihkan kontrakan yang kita
tempati untuk satu bulan ke depan. Alhamdulillah kesan pertama datang di
Kampung Ciketug Desa Pangkal Jaya sangat nyaman dan warga-warga pun ramah.
No comments:
Post a Comment