program yang telah dibuat agar bisa dijalankan oleh komputer harus diterjemahkan dulu ke bahasa mesin. Kode program yang kita buat merupakan kode bahasa tingkat tinggi yang tidak bisa dibaca dan dimengerti oleh mesin. Mesin hanya bisa mengerti kode bahasa mesin seperti “10110000 01100001” karena itu harus di terjemahkan terlebih dahulu. Program sistem yang bertugas sebagai penterjemah disebut compiler dan interpreter. Apa itu interpreter dan compiler?
- Interpreter adalah program sistem yang berfungsi sebagai penterjemah kode program yang dibuat oleh programmer ke dalam bahasa mesin. Interpreter mengeksesusi perintah baris demi baris dengan mengikuti logika yang ada.
- Interpreter adalah perangkat lunak yang mampu mengeksekusi code program (yang ditulis oleh programmer) lalu menterjemahkannya ke dalam bahasa mesin, sehingga mesin melakukan instruksi yang diminta oleh programmer tersebut. Perintah-perintah yang dibuat oleh programmer tersebut dieksekusi baris demi baris, sambil mengikuti logika yang terdapat di dalam kode tersebut. Proses ini sangat berbeda dengan compiler, dimana pada compiler, hasilnya sudah langsung berupa satu kesatuan perintah dalam bentuk bahasa mesin, dimana proses penterjemahan dilaksanakan sebelum program tersebut dieksekusi.
Perbedaan antara Compiler dengan Interpreter :
1. Jika hendak menjalankan program hasil kompilasi dapat dilakukan tanpa butuh kode sumber. Kalau interpreter butuh kode sumber.
2. Jika dengan kompiler, maka pembuatan kode yang bisa dijalankan mesin dilakukan dalam 2 tahap terpisah, yaitu parsing ( pembuatan kode objek ) dan linking ( penggabungan kode objek dengan library ) . Kalau interpreter tidak ada proses terpisah.
3. JIka compiler membutuhkan linker untuk menggabungkan kode objek dengan berbagai macam library demi menghasilkan suatu kode yang bisa dijalankan oleh mesin. Kalau interpreter tidak butuh linker untuk menggabungkan kode objek dengan berbagai macam library.
4. Interpreter cocok untuk membuat / menguji coba modul ( sub-routine / program-program kecil ). Maka compiler agak repot karena untuk mengubah suatu modul / kode objek kecil, maka harus dilakukan proses linking / penggabungan kembali semua objek dengan library yang diperlukan.
5. Pada kompiler bisa dilakukan optimisasi / peningkatan kualitas kode yang bisa dijalankan. Ada yang dioptimasi supaya lebih cepat, ada yang supaya lebih kecil, ada yang dioptimasi untuk sistem dengan banyak processor. Kalau interpreter susah atau bahkan tidak bisa dioptimasikan
Perbedaan antara Compiler dengan Interpreter :
- Interpreter menterjemahkan baris per baris. Sedangkan compiler, menterjemahkan seluruh instruksi sekaligus. Selanjutnya hasil terjemahan (setelah melalui tahapan lain) bisa dijalankan secara langsung, tanpa tergantung lagi oleh program sumber atau compilernya.
- Pada interpreter, penyusunan program relatif lebih cepat dan bisa langsung diuji sekalipun masih ada beberapa kesalahan secara kaidah dalam program. Sedangkan pada compiler, proses pembuatan dan pengujian membutuhkan waktu relatif lebih lama, sebab ada waktu untuk mengkompilasi (menerjemahkan) dan ada pula waktu untuk melakukan proses linking. Program akan berhasil dikompilasi hanya jika program tak mengandung kesalahan secara kaidah sama sekali.
- Pada interpreter, kecepatannya menjadi lambat sebab sebelum suatu instruksi dijalankan selalu harus diterjemahkan terlebih dahulu. Selain itu, saat program dieksekusi, interpreter juga harus selalu berada dalam memori. Jadi memori selalu digunakan baik untuk program maupun interpreter. Sedangkan pada compiler, proses eksekusi dapat berjalan dengan cepat, sebab tak ada lagi proses penerjemahan.
- Pada interpreter, kode program tidak dapat dirahasiakan. Sedangkan pada compiler, kode program bisa dirahasiakan, sebab yang dieksekusi adalah program yang dalam bentuk kode mesin.
No comments:
Post a Comment