BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Dalam
perkembangannya, bahasa Indonesia tidak terlepas dari pengaruh bahasa lain,
bahasa daerah maupun bahasa asing. Pengaruh itu di satu sisi dapat memperkaya
khazanah bahasa Indonesia, tetapi di satu sisi dapat juga mengganggu kaidah
tata bahasa Indonesia.
Akan tetapi
tidak dapat dipungkiri bahwa keanekaragaman budaya dan bahasa daerah merupakan
keunikan tersendiri bangsa Indonesia dan merupakan kekayaan yang harus
dilestarikan. Dengan keanekaragaman ini akan mencirikan Indonesia sebagai
negara yang kaya akan kebudayaannya. Berbedannya bahasa di tiap-tiap daerah
menandakan identitas dan ciri khas masing-masing daerah.
Banyak dari
para perantau apabila berbicara dengan seorang yang berasal dari daerah yang
sama selalu berbicara dengan menggunakan bahasa daerahnya. Salah satu alasan pengguanaan
bahasa daerah ini adalah agar menambah keakraban diantara mereka. Tidak jarang
pula orang mempelajari sedikit atau hanya bisa-bisaan untuk berbahasa daerah
yang tidak dikuasainya agar terjadi suasana yang lebih akrab. Namun penggunaan
bahasa Indonesia akan lebih baik karena bahasa Indonesia merupakan bahasa
persatuan, walaupun kita berasal dari daerah yang berbeda namun bisa tersatukan
dengan penggunaan bahasa Indonesia yang merupakan bahasa pemersatu bangsa.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Apa
yang dimaksud kata serapan?
2.
Bagaiman
cara bahasa daerah dan bahasa asing di serap masuk kedalam bahasa indonesai?
3.
Bagaimana
pengaruh bahasa daerah terhadap bahasa Indonesia?
4.
Bagaimana
pengaruh bahasa asing terhadaap bahasa Indonesia?
C.
TUJUAN
Ada pun tujuan
dari pembuatan makalah ini adalah :
1.
Untuk
mengetahui apa yang dimaksud dengan kata serapan.
2.
Untuk
mengetahui bagaimana cara bahasa daerah dan asing diserap masuk kedalam bahasa
Indonesia.
3.
Untuk
mengetahui pengaruh bahasa daerah terhadap bahasa Indonesia.
4.
Untuk
mengetahui pengaruh bahasa asing terhadap bahasa Indonesia.
5.
Untuk
memenuhi tugas mata kuliah bahasa Indonesia.
BAB II
ISI PEMBAHASAN
1.
Kata
Serapan
Kata serapan
adalah kata yang berasal dari bahasa lain (bahasa daerah/bahasa luar negeri)
yang kemudian ejaan, ucapan, dan tulisannya disesuaikan dengan penuturan
masyarakat Indonesia untuk memperkaya kosa kata. Setiap masyarakat bahasa
memiliki tentang cara yang digunakan untuk mengungkapkan gagasan dan perasaan
atau untuk menyebutkan atau mengacu ke benda-benda di sekitarnya. Hingga pada
suatu titik waktu, kata-kata yang dihasilkan melalui kesepakatan masyarakat itu
sendiri umumnya mencukupi keperluan itu, namun manakala terjadi hubungan dengan
masyarakat bahasa lain, sangat mungkin muncul gagasan, konsep, atau barang baru
yang datang dari luar budaya masyarakat itu. Dengan sendirinya juga diperlukan
kata baru. Salah satu cara memenuhi keperluan itu adalah mengambil kata yang
digunakan oleh masyarakat luar yang menjadi asal hal ihwal baru itu.
2.
Proses
Penyerapan Bahasa Daerah dan Asing Masuk kedalam Bahasa Indonesia
proses kata
serapan masuk kedalam bahasa Indonesia terbagi 4 cara, yaitu :
1.
Cara
adopsi
Terjadi apabila pemakai
bahasa mengambil bentuk dan makna kata asing itu secara keseluruhan.
Contoh : supermarket, plaza, mall.
2.
Cara
adaptasi
Terjadi apabila pemakai bahasa hanya mengambil
makna kata asing itu, sedangkan ejaan atau penulisannya disesuaikan dengan
ejaan bahasa Indonesia.
Contoh : Pluralization → pluralisasi; Acceptability → akseptabilitas;
3.
Penerjemahan
Terjadi apabila pemakai bahasa mengambil
konsep yang terkandung dalam bahasa asing itu, kemudian kata tersebut dicari
padanannya dalam Bahasa Indonesia.
Contoh
: Overlap →
tumpang tindih; Try out → uji coba
Dalam
pembentukan istilah lewat penerjemahan perlu diperhatikan pedoman berikut :
a.
Penerjemahan
tidak harus berasas satu kata diterjemahkan satu kata.
Misalnya:
psychologist
→ ahli psikologi
medical practitioner → dokter
b.
Istilah
asing dalam bentuk positif diterjemahkan ke dalam istilah Indonesia bentuk
positif, sedangkan istilah dalam bentuk negatif diterjemahkan ke dalam istilah
Indonesia bentuk negatif pula.
Misalnya:
inorganic
→ takorganik
bound form
→ bentuk terikat
c.
Kelas
kata istilah asing dalam penerjemahan sedapat-dapatnya dipertahankan pada
istilah terjemahannya.
Misalnya:
merger
(nomina) → gabung
usaha
transparent (adjektiva) → bening (adjektiva)
d.
Dalam
penerjemahan istilah asing dengan bentuk plural, pemarkah kejamakannya
ditinggalkan pada istilah Indonesia.
Misalnya:
master of ceremonies → pengatur acara
charge d’affaires → kuasa usaha
4.
Kreasi
Terjadi apabila pemakai bahasa
hanya mengambil konsep dasar yang ada dalam bahasa sumbernya kemudian mencari padanannya
dalam bahasa Indonesia.
Cara ini mirip dengan cara penerjemahan, akan tetapi memiliki perbedaan. Cara
kreasi tidak menuntut bentuk fisik yang mirip seperti penerjemahan. Boleh saja kata yang ada dalam bahasa aslinya ditulis
dalam 2 atau 3 kata, sedangkan bahasa Indonesianya hanya satu kata saja atau sebaliknya.
Contoh
: Effective → berhasil guna; Spare parts → suku cadang.
3.
Pengaruh
Bahasa Daerah Terhadap Bahasa Indonesia
Keanekaragaman
budaya dan bahasa daerah mempunyai peranan dan pengaruh terhadap bahasa yang
akan diperoleh seseorang pada tahapan berikutnya, khususnya bahasa formal atau
resmi yaitu bahasa Indonesia. Sebagai contoh, seorang anak memiliki ibu yang
berasal dari daerah Sekayu sedangkan ayahnya berasal dari daerah Pagaralam dan
keluarga ini hidup di lingkungan orang Palembang. Dalam mengucapkan sebuah kata
misalnya “mengapa”, sang ibu yang berasal dari Sekayu mengucapkannya ngape (e
dibaca kuat) sedangkan bapaknya yang dari Pagaralam mengucapkannya ngape (e
dibaca lemah) dan di lingkungannya kata “megapa” diucapkan ngapo. Ketika sang
anak mulai bersekolah, ia mendapat seorang teman yang berasal dari Jawa dan
mengucapkan “mengapa” dengan ngopo. Hal ini dapat menimbulkan kebinggungan bagi
sang anak untuk memilih ucapan apa yang akan digunakan.
Akan tetapi
tidak dapat dipungkiri bahwa keanekaragaman budaya dan bahasa daerah merupakan
keunikan tersendiri bangsa Indonesia dan merupakan kekayaan yang harus
dilestarikan. Dengan keanekaragaman ini akan mencirikan Indonesia sebagai
negara yang kaya akan kebudayaannya. Berbedannya bahasa di tiap-tiap daerah
menandakan identitas dan ciri khas masing-masing daerah. Masyarakat yang merantau ke ibukota Jakarta mungkin lebih senang
berkomunikasi dengan menggunakan bahasa daerah dengan orang berasal dari daerah
yang sama, salah satunya dikarenakan agar menambah keakraban diantara mereka.
Tidak jarang pula orang mempelajari sedikit atau hanya bisa-bisaan untuk
berbahasa daerah yang tidak dikuasainya agar terjadi suasana yang lebih akrab.
Beberapa kata dari bahasa daerah juga diserap menjadi Bahasa Indonesia yang
baku, antara lain kata nyeri (Sunda) dan kiat (Minangkabau).
Berikut
beberapa pengaruh atau dampak penggunaan bahasa daerah terhadap bahasa
Indonesia:
·
Dampak Positif :
1.
Bahasa
Indonesia memiliki banyak kosakata.
2.
Sebagai
kekayaan budaya bangsa Indonesia.
3.
Sebagai
identitas dan ciri khas dari suatu suku dan daerah.
4.
Menimbulkan
keakraban dalam berkomunikasi.
·
Dampak Negatif :
1.
Bahasa
daerah yang satu sulit dipahami oleh daerah lain.
2.
Warga
negara asing yang ingin belajar bahasa Indonesia menjadi kesulitan karena
terlalu banyak kosakata.
3.
Masyarakat
menjadi kurang paham dalam menggunakan bahasa Indonesia yang baku karena sudah
terbiasa menggunakan bahasa daerah.
4.
Dapat
menimbulkan kesalahpahaman.
Pada bahasa-bahasa daerah di Indonesia juga terdapat beberapa kata
yang sama dalam tulisan dan pelafalan tetapi memiliki makna yang berbeda,
berikut beberapa contohnya:
a.
Suwek
dalam bahasa Sekayu (Sumsel) bermakna tidak ada.
Suwek dalam bahasa Jawa bermakna sobek.
Suwek dalam bahasa Jawa bermakna sobek.
b.
Kenek
dalam bahasa Batak bermakna kernet (pembantu sopir).
Kenek dalam bahasa Jawa bermakna kena.
Kenek dalam bahasa Jawa bermakna kena.
c.
Abang
dalam bahasa Batak dan Jakarta bermakna kakak.
Abang dalam bahasa Jawa bermakna merah.
Abang dalam bahasa Jawa bermakna merah.
d.
Mangga
dalam bahasa Indonesia bermakna buah mangga.
Mangga dalam bahasa Sunda bermakna silakan.
Mangga dalam bahasa Sunda bermakna silakan.
e.
Maen
dalam bahasa Indonesia bermakna bermain.
Maen dalam bahasa Batak bermakna gadis.
Maen dalam bahasa Batak bermakna gadis.
f.
Gedang
dalam bahasa Sunda bermakna pepaya.
Gedang dalam bahasa Jawa bermakna pisang.
Gedang dalam bahasa Jawa bermakna pisang.
g.
Cungur
dalam bahasa Sunda bermakna sejenis kikil.
Cungur dalam bahasa Jawa bermakna hidung.
Cungur dalam bahasa Jawa bermakna hidung.
h.
Jagong
dalam bahasa Sunda bermakna jagung.
Jagong dalam bahasa Jawa bermakna duduk.
Jagong dalam bahasa Jawa bermakna duduk.
i.
Nini
dalam bahasa Sunda bermakna nenek.
Nini dalam bahasa Batak bermakna anak dari cucu laki-laki.
Nini dalam bahasa Batak bermakna anak dari cucu laki-laki.
j.
Tulang
dalam bahasa Indonesia bermakna tulang.
Tulang dalam bahasa Batak bermakna abang atau adik dari ibu.
Tulang dalam bahasa Batak bermakna abang atau adik dari ibu.
k.
Iba
dalam bahasa Indonesia bermakna merasa kasihan.
Iba dalam bahasa Batak bermakna saya.
Iba dalam bahasa Batak bermakna saya.
l.
Bere
dalam bahasa Sunda bermakna memberi.
Bere dalam bahasa Batak bermakna anak dari kakak atau adik perempuan kita.
Bere dalam bahasa Batak bermakna anak dari kakak atau adik perempuan kita.
Melalui beberapa contoh itu ternyata penggunaan bahasa daerah
memiliki tafsiran yang berbeda dengan bahasa lain. Jika hal tersebut digunakan
dalam situasi formal seperti seminar, lokakarya, simposium, proses belajar
mengajar yang pesertanya beragam daerahnya akan memiliki tafsiran makna yang
beragam. Oleh karena itu, penggunaan bahasa daerah haruslah pada waktu, tempat,
situasi, dan kondisi yang tepat.
Kontribusi
bahasa daerah terhadap bahasa indonesia.
Berdasarkan penghitungan dengan hanya memperhatikan label
penggunaan bahasa daerah, diketahui bahwa kosakata serapan bahasa daerah
berjumlah 3.592 entri. Jika dilihat
dari jumlah entri yang terdapat dalam KBBI Edisi Keempat (2008) yang
memuat 90.049 entri, bahasa daerah ternyata hanya memberikan kontribusi sebesar
lebih kurang 3,99% dalam kosakata bahasa Indonesia.
Berikut ini adalah tabel lengkap
bahasa daerah dan jumlah kosakata yang disumbang.
No.
|
Bahasa
|
Label
|
Jumlah Kosakata
|
Persentase
|
Provinsi
|
1
|
Jawa
|
Jw
|
1109
|
30,87%
|
Jawa
Tengah, Jawa Timur, DIY
|
2
|
Minangkabau
|
Mk
|
929
|
25,86%
|
Sumatera
Barat
|
3
|
Sunda
|
Sd
|
223
|
6,21%
|
Jawa
Barat
|
4
|
Madura
|
Mdr
|
221
|
6,15%
|
Jawa
Timur
|
5
|
Bali
|
Bl
|
153
|
4,26%
|
Bali
|
6
|
Aceh
|
Ach
|
112
|
3,12%
|
Aceh
|
7
|
Banjar
|
Bjr
|
100
|
2,78%
|
Kalimantai
Timur
|
8
|
Muna
|
Mu
|
63
|
1,75%
|
Sulawesi
Tenggara
|
9
|
Using
|
Us
|
46
|
1,28%
|
Jawa
Timur
|
10
|
Gayo
|
Gy
|
45
|
1,25%
|
Aceh
|
11
|
Tolaki
|
Tlk
|
42
|
1,17%
|
Sulawesi
Tenggara
|
12
|
Wolio
|
Wl
|
36
|
1,00%
|
Sulawesi
Tenggara
|
13
|
Muyu
|
My
|
33
|
0,92%
|
Papua
|
14
|
Batak
|
Bt
|
32
|
0,89%
|
Sumatera
Utara
|
15
|
Alas
|
Als
|
30
|
0,84%
|
Aceh
|
16
|
Kaili
|
Kal
|
30
|
0,84%
|
Sulawesi
Tengah
|
17
|
Bugis
|
Bg
|
24
|
0,67%
|
Sulawesi
Selatan
|
18
|
Dayak
|
Dy
|
20
|
0,56%
|
Kalimantan
Tengah
|
19
|
Sangir/Sangihe
|
Sng
|
19
|
0,53%
|
Sulawesi
Utara
|
20
|
Sasak
|
Sk
|
18
|
0,50%
|
NTB
|
21
|
Lampung
|
Lp
|
17
|
0,47%
|
Lampung
|
22
|
Benuaq
|
Bn
|
16
|
0,45%
|
Kalimantan
Timur
|
23
|
Makassar
|
Mks
|
15
|
0,42%
|
Sulawesi
Selatan
|
24
|
Berik
|
Brk
|
14
|
0,39%
|
Papua
|
25
|
Jayawijaya
|
Jyw
|
13
|
0,36%
|
Papua
|
26
|
Sumbawa
|
Sb
|
13
|
0,36%
|
NTB
|
27
|
Papua
|
Pp
|
12
|
0,33%
|
Papua
|
28
|
Putuk
|
Ptk
|
12
|
0,33%
|
Kalimantan
Timur
|
29
|
Dani
|
Dn
|
11
|
0,31%
|
Papua
|
30
|
Pulo/Wakatobi
|
Pl /Wkt
|
11
|
0,31%
|
Sulawesi
Tenggara
|
31
|
Minahasa
|
Mn
|
10
|
0,28%
|
Papua
|
32
|
Mandar
|
Mr
|
10
|
0,28%
|
Sulawesi
Selatan
|
33
|
Tombulu
|
Tbl
|
10
|
0,28%
|
Sulawesi
Utara
|
34
|
Minahasa
Tonsea
|
Tns
|
10
|
0,28%
|
Sulawesi
Utara
|
35
|
Abrab
|
Abr
|
9
|
0,25%
|
Papua
|
36
|
Sentani
|
Stn
|
8
|
0,2%
|
Papua
|
37
|
Toulour
|
Tl
|
8
|
0,22%
|
Sulawesi
Utara
|
38
|
Toraja
|
Trj
|
7
|
0,19%
|
Sulawesi
Selatan
|
39
|
Bugis-Makassar
|
BgM
|
6
|
0,17%
|
Sulawesi
Selatan
|
40
|
Bima
|
Bm
|
6
|
0,17%
|
NTB
|
41
|
Kapuas
Hulu
|
Kh
|
6
|
0,17%
|
Kalimantan
Barat
|
42
|
Kamoro
|
Kmr
|
6
|
0,17%
|
Papua
|
43
|
Talaud
|
Tld
|
6
|
0,17%
|
Sulawesi
Utara
|
44
|
Waropen
|
Wrp
|
6
|
0,17%
|
Papua
|
45
|
Biak
|
Bk
|
5
|
0,14%
|
Papua
|
46
|
Ekagi
|
Ekg
|
5
|
0,14%
|
Papua
|
47
|
Fakfak
|
Ff
|
5
|
0,14%
|
Papua
|
48
|
Kulawi
|
Kul
|
5
|
0,14%
|
Sulawesi
Tengah
|
49
|
Massenrempulu
|
Mp
|
5
|
0,14%
|
Sulawesi
Selatan
|
50
|
Sorong
|
Sr
|
5
|
0,14%
|
Papua
|
51
|
Asmat
|
Asm
|
4
|
0,11%
|
Papua
|
52
|
Wamena
|
Wmn
|
4
|
0,11%
|
Papua
|
53
|
Aji
|
Aj
|
3
|
0,08%
|
Sumatera
Selatan
|
54
|
Basemah
|
Bsm
|
3
|
0,08%
|
Sumatera
Selatan
|
55
|
Mimika
|
Mmk
|
3
|
0,08%
|
Papua
|
56
|
Sekayu
|
Sky
|
3
|
0,08%
|
Sumatera
Selatan
|
57
|
Pegunungan
Tengah
|
PnT
|
2
|
0,06%
|
Papua
|
58
|
Awyu
|
Awy
|
1
|
0,03%
|
Papua
|
59
|
Baliem
|
Blm
|
1
|
0,03%
|
Papua
|
60
|
Bauzi
|
Bz
|
1
|
0,03%
|
Papua
|
61
|
Damal/Amungkal
|
Dm/Amk
|
1
|
0,03%
|
Papua
|
62
|
Jayapura
|
Jyp
|
1
|
0,03%
|
Papua
|
63
|
Kimaam
|
Km
|
1
|
0,03%
|
Papua
|
64
|
Kaureh
|
Kr
|
1
|
0,03%
|
Papua
|
65
|
Lengkayap
|
Lkp
|
1
|
0,03%
|
Sumatera
Selatan
|
66
|
Bian
Marind Deg
|
Mrd
|
1
|
0,03%
|
Papua
|
67
|
Ormu
|
Or
|
1
|
0,03%
|
Papua
|
68
|
Petapa
|
Pt
|
1
|
0,03%
|
Sulawesi
Tengah
|
69
|
Rampi
|
Ram
|
1
|
0,03%
|
Sulawesi
Tengah
|
70
|
Wandamen
|
Wdm
|
1
|
0,03%
|
Papua
|
|
Total
|
|
3592
|
Ada beberapa faktor yang memengaruhi
banyak atau sedikitnya kosakata bahasa daerah diserap ke dalam bahasa
Indonesia, khususnya ke dalam KBBI, yaitu :
a.
kekerapan penggunaan kosakata bahasa
daerah oleh wartawan di media massa,
b.
kekerapan penggunaan kosakata bahasa
daerah oleh penulis atau sastrawan dalam karangannya,
c.
kekerapan penggunaan kosakata bahasa
daerah oleh tokoh publik, dan
d.
ketersediaan konsep baru pada
kosakata bahasa daerah yang tidak dimiliki oleh bahasa Indonesia.
Contoh
kata serapan dari bahasa daerah :
-
Gampang → mudah
-
Rampung → selesai
-
Joget → menari
-
Enteng → ringan
-
Gembok ⇌ induk kunci
-
Manjur → mujarab
-
Sungkan → merasa tidak enak hati; menaruh
hormat; segan
-
Blak blakan → terbuka
-
Lengser → turun dari jabatan
-
Tata krama →adat; sopan santun
-
Angker → tampak menyeramkan
-
Ampuh →mempunyai kekuatan gaib yang luar
biasa; manjur; mujarab
-
Acak → tidak beraturan
-
Dll.
4.
Pengaruh
Bahasa Asing Terhadap Bahasa Indonesia
Dewasa ini banyak dijumpai penggunaan kata ganti penghubung :
dimana, yang mana, hal mana, diatas mana, dari mana, dengan siapa, kepada
siapa, didalam mana. Namun tanpa kita sadari ternyata penggunaan pilihan kata
tersebut tidak dibenarkan dalam aturan bahasa Indonesia. Mengapa demikian?
Sebenarnya kata ganti
penghubung yang ttelah disebutkan diatas tadi bukanlah asli struktur bahasa
Indonesia, namun struktur bahasa Belanda.penggunaan yang mana, hal mana, diatas
mana dari mana, dengan siapa, kepada siapa, di dalam mana merupakan pengaruh
inferensi bahasa Belanda waar, welke, waarop, maarvan, met wie, aan wie.
Inferensi yang dimaksud disini ialah penerapan dua sistem secara serempak pada
suatu sistem bahasa.
Perhatikakan contoh
dibawah ini :
1.
Rumah
dimana dia tinggal tidak jauh dari pusat kota.
2.
Daerah
darimana wortel itu di datangkan terletak jauh di pemukiman.
Sekarang
perhatikan apabila kalimat tersebut dikembalikan kepada kalimat struktur bahasa
Indonesia yang asli:
1.
Rumah
tempat dia tinggal tidak jauh dari pusat kota.
2.
Daerah
yang menghasilkan wortel itu terletak jauh dari pemukiman.
Berdasarkan
contoh di atas tampak jelas kesalahan penggunaan kata ganti penghubung di mana,
yang mana ,sebab kaidah yang dipakai tidka mengacu pada aturan Tata Bahasa Baku
Bahasa Indonesia namun lebih terpengaruh struktur bahasa asing.
Contoh pengaruh bahasa inggris
terhadap bahasa Indonesia.
Saya
tinggal di Semarang dimana ibu saya bekerja.
Kalimat ini bisa jadi mendapat
pengaruh bahasa inggris, lihat
terjemahan kalimat berikut : I live in Semarang where my mother works.
Dalam bahasa Indonesia sebaiknya
kalimat tersebut menjadi :
Saya
tinggal disemarang tempat ibu saya bekerja.
Kontribusi bahasa asing terhadap bahasa indonesia
Bahasa Indonesia dari awal pertumbuhannya sampai sekarang telah
banyak menyerap unsur-unsur asing terutama dalam hal kosa kata.
Asal bahasa
|
Jumlah kata
|
Arab
|
1.495 kata
|
Belanda
|
3.280 kata
|
Tionghoa
|
290 kata
|
Hindi
|
7 kata
|
Inggris
|
1.610 kata
|
Parsi
|
63 kata
|
Portugis
|
131 kata
|
Sanskerta
|
677 kata
|
Temil
|
83 kata
|
4.1.
Pengaruh
bahasa sansekerta
Seperti yang kita ketahui dari
pelajaran sejarah, bahasa Sansekerta telah dipakai di Nusantara sejak masa
lampau. Bahasa Sansekerta tercatat paling awal masuk ke Nusantara (Indonesia).
Bahasa ini dipakai mula-mula di salah satu peradaban tertua, peradaban Sungai
Indus, dan menyebar ke hampir seluruh dunia besamaan meyebarnya kepercayaan
Hindu. Salah satu tempat menyebarnya kepecayaan Hindu adalah daerah Asia
Tenggara. Kerajaan Sriwijaya, dari namanya pun sudah memakai Bahasa Sansekerta.
Sampai di masa kerajaan-kerajaan Islam, Bahasa Sansekerta masih dipakai,
contohnya adalah nama-nama raja di Jawa. Beberapa kata serapan dari bahasa
Sansekerta antara lain: bencana (vāñcana), anugerah (anugraha), busana (bhūṣaṇa),
payudara (payodhara), sahaja (sahaja), istana (āsthāna), istri (strī), dsb.
4.2.
Pengaruh bahasa tionghoa
Hubungan ini sudah terjadi sejak
abad ke-7 ketika para saudagar Cina berdagang ke Kepulauan Riau, Kalimantan
Barat, dan Kalimantan Timur, bahkan sampai juga ke Maluku Utara. Pada saat
Kerajaan Sriwijaya muncul dan kukuh, Cina membuka hubungan diplomatik dengannya
untuk mengamankan usaha perdagangan dan pelayarannya. Pada tahun 922 musafir
Cina melawat ke Kerajaan Kahuripan di Jawa Timur. Sejak abad ke-11 ratusan ribu
perantau meninggalkan tanah leluhurnya dan menetap di banyak bagian Nusantara
(Kepulauan Antara, sebutan bagi Indonesia).
Yang disebut dengan bahasa Tionghoa adalah bahasa di negara Cina (banyak bahasa). Empat di antara bahasa-bahasa itu yang di kenal di Indonesia yakni Amoi, Hakka, Kanton, dan Mandarin. Kontak yang begitu lama dengan penutur bahasa Tionghoa ini mengakibatkan perolehan kata serapan yang banyak pula dari bahasa Tionghoa, namun penggunaannya tidak digunakan sebagai perantara keagamaan, keilmuan, dan kesusastraan di Indonesia sehingga ia tidak terpelihara keasliannya dan sangat mungkin banyak ia berbaur dengan bahasa di Indonesia. Contohnya: anglo, bakso, cat, giwang, kue/ kuih, sampan, tahu, dsb.
Yang disebut dengan bahasa Tionghoa adalah bahasa di negara Cina (banyak bahasa). Empat di antara bahasa-bahasa itu yang di kenal di Indonesia yakni Amoi, Hakka, Kanton, dan Mandarin. Kontak yang begitu lama dengan penutur bahasa Tionghoa ini mengakibatkan perolehan kata serapan yang banyak pula dari bahasa Tionghoa, namun penggunaannya tidak digunakan sebagai perantara keagamaan, keilmuan, dan kesusastraan di Indonesia sehingga ia tidak terpelihara keasliannya dan sangat mungkin banyak ia berbaur dengan bahasa di Indonesia. Contohnya: anglo, bakso, cat, giwang, kue/ kuih, sampan, tahu, dsb.
4.3.
Pengaruh
bahasa arab dan persia
Bahasa Arab dibawa ke Indonesia
mulai abada ketujuh oleh saudagar dari Persia, India, dan Arab yang juga
menjadi penyebar agama Islam. Kosakata bahasa Arab yang merupakan bahasa
pengungkapan agama Islam mulai berpengaruh ke dalam bahasa Melayu terutama
sejak abad ke-12 saat banyak raja memeluk agama Islam. Kata-kata serapan dari
bahasa Arab misalnya abad, bandar, daftar, edar, kursi, gairah, hadiah, hakim,
ibarat, jilid, kudus, mimbar, sehat, taat, wajah, koran, dsb. Karena banyak di
antara pedagang itu adalah penutur bahasa Parsi maka tidak sedikit kosakatanya
juga pada akhirnya diserap, seperti acar, baju, domba, kenduri, piala,
saudagar, topan, dsb.
4.4.
Pengaruh
bahasa portugis
Masa penjajahan di Indonesia pertama
kali dimulai oleh masuknya bangsa Portugis yang ingin mencari rempah-rempah
yang pada saat itu nilainya sangat tinggi. Bahasa Portugis dikenali masyarakat
penutur bahasa Melayu sejak bangsa Portugis menduduki Malaka pada tahun 1511
setelah setahun sebelumnya ia menduduki Goa. Portugis disingkirkan Belanda yang
datang kemudian dan Portugis harus menyingkir ke daerah timur Nusantara. Meski
demikian, pada abad ke-17 bahasa Portugis sudah menjadi bahasa penghubung
antaretnis di samping bahasa Melayu. Kata-kata serapan yang berasal dari bahasa
Portugis seperti algojo, bangku, dadu, gardu, meja, picu, renda, tenda, dsb.
4.5.
Pengaruh
bahasa belanda
Belanda mendatangi Nusantara pada
awal abad ke-17 ketika ia mengusir Portugis dari Maluku pada tahun 1606,
kemudian ia menuju ke pulau Jawa dan daerah lain di sebelah barat. Sejak
itulah, secara bertahap Belanda menguasai banyak daerah di Indonesia. Bahasa
Belanda tidak sepenuhnya dapat menggeser kedudukan bahasa Portugis, karena pada
dasarnya bahasa Belanda lebih sukar untuk dipelajari, lagipula orang-orang
Belanda sendiri tidak suka membuka diri bagi orang-orang yang ingin
memepelajari kebudayaan Belanda termasuk bahasanya. Hanya saja pendudukannya
semakin luas meliputi hampir di seluruh negeri dalam kurun waktu yang lama (±
350 tahun penjajahan). Belanda juga merupakan sumber utama dalam menimba ilmu
bagi kaum pergerakan. Oleh karena itu, komunikasi gagasan kenegaraan pada saat
negara Indonesia didirikan banyak mengacu pada bahasa Belanda. Kata-kata
serapan dari bahasa Belanda seperti abodemen, bangrut, dongkrak, ember,
formulir, tekor, dsb.
4.6.
Pengaruh
bahasa jepang
Pendududkan Jepang di Indonesia yang
selama tiga setengah tahun tidak meninggalkan warisan yang dapat bertahan
melawati beberapa angkatan. Kata-kata serapan dari bahasa Jepang yang digunakan
umumnya bukanlah hasil hubungan bahasa pada masa pendudukan, melainkan imbas
kekuatan ekonomi dan teknologinya. Kata serapan dari bahasa Jepang antara lain:
ebi, judo, karaoke, kimono, samurai, dsb.
4.7.
Pengaruh
bahasa inggris
Bangsa Inggris tercatat pernah
menduduki Indonesia yaitu ketika Raffles menginvasi Batavia (sekarang Jakarta)
pada tahun 1811. Kata serapan dari bahasa Inggris ke dalam kosa kata Indonesia
umumnya terjadi pada zaman kemerdekaan Indonesia, namun ada juga kata-kata
Inggris yang sudah dikenal, diserap, dan disesuaikan pelafalannya ke dalam
bahasa Melayu sejak zaman Belanda yang pada saat Inggris berkoloni di Indonesia
antara masa kolonialisme Belanda.. Kata-kata itu seperti badminton, kiper, gol,
bridge, dsb. Banyaknya kosakata bahasa Inggris yang diserap kedalam bahasa
Indonesia dikarenakan bahasa Inggris telah diakui sebagai bahasa internasional
atau bahasa dunia. Dengan semakin pesatnya ilmu pengetahuan dan teknolgi yang
sebagian besar informasinya ditulis dalam bahasa Inggris, beberapa
istilah-istilah penting akan tertulis dalam bahasa Inggris juga.
Ada dua cara penyerapan kata-kata
dan ungkapan-ungkapan dari bahasa inggris ke dalam bahasa Indonesia. Cara
pertama adalah dengan menyerap secara seluruhnya, baik dalam ejaan maupun pada
ucapannya. Cara kedua adalah dengan menyesuaikan ejaan maupun ucapannya.
Contoh kata serapan dari bahasa inggris :
Certificate sertifikat
Corruption korupsi
Attention atensi (perhatian)
Activity akivitas (kegiatan)
Component komponen (bagian dari
keseluruhan; unsur)
Destructive destruktif (bersifat
merusak)
Dan lain-lain.
Dampak positif
dan negatif dari bahasa asing (contoh bahasa inggris) :
Dampak positif
:
1.
Dapat mengikuti perkembangan di dunia
Karena bahasa inggris
adalah bahasa internasioanal, maka kita dapat lebih mudah mengikuti perlembangan
di dunia dengan dapat menggunakan bahasa inggris.
2.
Perkembangan bahasa Indonesia yang akan mengikuti saluran perdangan
internasioanal menjadi lancar.
Dampak negatif
:
1.
Menggeser bahasa Indonesia jika orang-orang lebih mengutamakan bahasa
inggris
Saat ini masyarakat lebih banyak menggunakan bahasa
inggris, terlebih lagi para pelajar lebih banyak ikut kursus bahasa inggris
inggris dari pada bahasa Indonesia, maka dengan demikian bahasa Indonesia
lama-kelamaan akan tergeser oleh bahasa inggris.
5.
Solusi yang dapat meningkatkan penggunaan
bahasa Indonesia
Adapun beberapa
solusi untuk meningkatkan penggunaan bahasa Indonesia, anta lain :
1.
Menyadarkan dan memotivasi remaja akan fungsi
dan pentingnya dari bahasa yang baku. Upaya ini dimaksud untuk mengajak
seseorang menyadari porsi dan tempat yang tepat bagi penggunaan bahasa
Indonesia yang baik dan benar.
2.
Membutuhkan suatu upaya pembiasaan. Artinya,
remaja dilatih untuk berbahasa secara tepat, baik secara lisan maupun tulisan
setiap saat setidaknya selama berada dalam lingkungan sekolah. Pembiasaan ini
akan sangat mempengaruhi perkembangan kemampuan berbahasa para remaja.
3.
Proses penyadaran dan pembiasaan membutuhkan
suatu kekuatan atau sanksi yang mengikat, misalnya tugas menulis suatu artikel
atau karangan dengan bahasa yang baku. Hal ini akan menimbulkan keinginan
remaja untuk mempelajari bahasa Indonesia yang baik dan benar.
BAB III
PENUTUP
1.
KESIMPULAN
Bahasa
Indonesia tidak terlepas dari pengaruh bahasa lain, bahasa daerah maupun bahasa
asing. Pengaruh itu di satu sisi dapat memperkaya khazanah bahasa Indonesia,
tetapi di satu sisi dapat juga mengganggu kaidah tata bahasa Indonesia.
Kebiasaan menggunakan bahasa daerah dalam bahasa sehari-hari dapat pula
mempengaruhi keberadaan bahasa Indonesia itu sendiri, Apakah bahasa Indonesia
sudah mulai luntur? Jawabannya tergantung pada pribadi masing-masing. Pada
zaman ini, penggunaan bahasa Indonesia sering dikesampingkan oleh berbagai
kalangan masyarakat.
2.
SARAN
Penggunaan bahasa daerah dan bahasa internasional dalam komunikasi
memang penting. Namun, kita harus bijaksana dalam pemilihan ragam bahasa. Jangan menggunakan bahasa Indonesia secara
terpaksa, melainkan dengan penuh kebanggaan. Seperti halnya melestarikan
budaya, upayakanlah juga kelestarian penggunaan bahasa Indonesia agar
perjuangan para pahlawan dalam Sumpah Pemuda tidak sia-sia. Marilah kita
mengisi kemerdekaan Indonesia dengan bijaksana dan tetaplah mencintai persatuan
di tengah keberagaman yang ada di Indonesia tentu saja dengan tidak
mengesampingkan bahasa daerah itu sendiri.
daftar pustakanya apa ya ?
ReplyDelete