Abstrak
Artikel ini
menjelaskan studi tentang penerapan teknik ikatan roll untuk perpaduan potongan MS90 (CuZn10)
dan lembaran baja menggunakan interlayer chromized. Ditemukan bahwa keseluruhan
ikatan antara kedua logam dihasilkan dari dua jenis obligasi: ikatan blok,
menghubungkan paduan potongan MS90 dan lapisan topcoating kromium , dan ikatan
kosong, menghubungkan paduan potongan MS90 dan permukaan baja tanpa lapisan di
daerah tersebut di mana lapisan kromium telah terfragmentasi. Penelitian ini
meneliti efek dari waktu pelapisan pada ketebalan lapisan coating dan dari
fraksi daerah ikatan kosong pada kekuatan ikatan. keseluruhan kekuatan ikatan
terutama tergantung pada kekuatan dan fraksi luas ikatan kosong. Terdapat model hubungan
linier antara kekuatan ikatan secara keseluruhan dan fraksi luas ikatan kosong.
Kekuatan ikatan ikatan kosong delapan kali lebih besar dari pada ikatan blok.
Fraksi area ikatan kosong meningkat dengan meningkatkan ketebalan lapisan
hingga 55 pM, tetapi setelah itu menurun karena rotasi dari blok kromium.
ファジャ ヌグラハ ワヒュ
Pendahuluan
Proses ikatan
bergulir dingin ini bertempat pada suhu kamar dan tanda dari tidak padatnta
serta menggatinya struktut pada antarmuka mengindikasikan bukan cairan atau
fasa logam yang dibentuk dan oleh karena itu iktan langsung muncul pada keadaan
padatan. Tekanan dari luar, kerja mekanik dan penguraian plastic diaplikasikan
pada daerah antarmuka menyediakan energi aktivasi untuk ikatan berulang dingin.
Ikatan berulang merupakan pembentukan ikatan antar atom antara dua bagianuntuk
disatukan melalui kontak intim antara area bebas kontaminasi. Selama 3 dekade
terkhir, produksi dari lembar lapisan
melalui proses rolling, sangat efisien dan lebih ekonomis dibandingkan dengan
proses yang lain, telah terjadi peningkatan penting dari penelitian yang lalu.
Lembaran logam ganda dan lembar logam dan campuran tembaga merupakan tipe yang
paling sukses dari paduan lapisan didalam penggunaan karena dari sifat
komprehensif diturunkan dari bahan-bahan komponen. Bagaimanapun, produksi dari
paduan logam campuran tembaga dan baja menggunakan fasa padat teknik dingin
berulang masalah penting dari ikatan primer yang lemah, terjadi reduksi yang
luar biasa untuk memastikan baiknya ikatan dan pengerasan yang tinggi, yang
ketika dikombinasikan menyajikan batas dari aplikasi lebih lanjut. Kondisi
panas penempelan menyajikan solusi yang menjanjikan tetapi kejadian dari
lapisan oksida pada permukaan lapisan baja mencegah terbentuknya ikatan yang
kuat jika operasi dilakukan dilingkungan tanpa pelindung gas. Elektro platting
secara luas digunakan untuk maningkatkan ketahanan oksidasi lapisan baja saat
suhu diturunkan. Tentunga, ini dimaksudkan agar efek dari perbedaan proses
pelapisan pada kekuatan komposit yang diproduksi berubah-bubah.
Dalam
pelajarannya lapisan atas kromium memiliki lapisan oksida di permukaannya.
Bagaimanapun lapisan oksida ini sangat tipis dan melekat erat, tidak seperti
pada baja. Dengan demikian masalah terkait dari lapisan oksida yang rapuh
ketika mencoba penempelan dapat diatasi untuk tingkat baik melalui penggunaan
lapisan atas sebagai lapisan antara. Tujuan utama dari jurnal ini adalah untuk
menginvestigasi mekanisme pengikatan antarmuka dan untuk mengurangi faktor yang
mempengeruhi kekuatan ikatan dia logam yang dibentuk oleh rolling lembaran
alloy MS90 dan lembaran baja yang dikromisasi.
Eksperimen
a) Fabrikasi
dari campuran logam MS90 dan lembaran baja yang dikromisasi keras.
Campuran
logam dasar, Cu-10,2 % Zn-0,07 % Fe -0,05 % Pb, dimasukkan kedalam tempat
pencairan logam, dijaga didalam tungku vertical dengan panas yang tetap. Ketika
meleleh pada suhu 1100OC dicetak pada cetakan baja. Kemudian
diekstrusi menjadi lembaran dengan tebal 0,4 mm dan lebar 45 mm pada suhu 800 oC.
Lembaran baja dengan komposisi Fe–0.54% C–0.35%, Mn–0.0220%, P–0.0014% dipotong
menjadi lembaran dengan panjang 75 mm, lebar 50 mm dan tebal 3 mm. Kemudian
didegrease, difluxe dan di hilangkan karatnya. Dibilas dengan air deionisasi
kemudian dicelup kedalam bak plating kromium yang berisikan anoda Pb-Sb 2,5%, 300 g / l trioksida kromat, 3 g / l
asam sulfat pada 53oC dan 28 A/dm2 untuk waktu yang berbeda (10-60menit).
Setelah itu dipotong menjadi bentuk persegi panjang dengan luas 25 mm2. Dipoles
ujung-ujung dari tiap lembar baja yang telah dikromisasi tersebut. Setelah itu dietsa dengan nital 3% dan larutan 25, g FeCl3 20 ml HCl,
100 ml H2O untuk memperjelas lapisan coating yang akan diukur.
Kemudian Tebal lapisan diukur dengan menggunakan mikroskop cahaya nikon.
b)
Ikatan dengan metode penggilingan dari
lembaran MS90 dan lembaran baja yang telah dikromisasi
Langkah
utama untuk proses ini adalah sebagai berikut:
1.
Permukaan dari MS90 dan lembaran baja
dibersihkan untuk menghilangkan kontaminasi di permukaannya
2.
MS90 dan lembarab baja disatukan segaris
lurus.
3.
Disatukan dengan cara digiling (gambar
1) untuk menghasilkan kontinuitas metal antar lapisan
Untuk
pengelasan tekanan yang dipakai adalah 1000-3400 MPa dengan penurunan. Penurunan ambang sangat
tergantung pada pengobatan permukaan dan besaran parameter bergulir
seperti kekasaran diameter, kekakuan dan ketebalan
permukaan, roll awal dari setiap lapisan sebelum rolling dan geometri zona deformasi.
Sebagian kecil dari permukaan di salah satu ujung lembaran baja chromized menghadapi
strip paduan MS90
kemudian diolesi dengan grafit. Hal ini dilakukan untuk mencegah ikatan antara strip
dan lembaran pada antarmuka tertentu selama bergulir berikutnya. Akhirnya,
salah satu lembaran baja ditempatkan di antara dua strip paduan MS90,
dan segera digulung bersama dengan pengurangan keseluruhan dari 56% untuk membuat piring
tripleks. Lempengan 3 lembaran
tadi ditempelkan pada suhu 700oC. Jumlah kekuatan ikatan lembaran
logam berpakaian diukur dengan
menggunakan tes mengupas menurut ASTM-D903-93. Hasil
mengupas strip tripleks
sepanjang garis ikatan hanya tergantung pada sifat
metalurgi nyata obligasi. Pada uji mengupas melanggar
dari kekuatan diukur
sebagai berikut:
Tes
pengelupasan dilakukan dengan menggunakan mesin pengujian kekuatan tarikan
instron dengan load cell 1 KN. Kekuatan pengelupasan rata-rata dikur dengan
konfigurasi japitan seperti yang diilustrasikan pada gambar 3. Kecepatan
crosshead yang dipakai pada tes ini adalan 5 mm/menit. Kedapatulangan tes dan
sensitivitas loadcell masing-masing 0,5 N dan 0,1 N.
Gambar 2. gaya pengelupasan dan jarak pengelupasan
serta metode pengukuran rata-rata dari gaya pengelupasan
Gambar 3. konfigurasi dari test pengelupasan yang
digunakan dalam penelitian ini.
Hasil dan pembahasan
1. Morfologi
dari lapisan keras kromium
Setelah
proses kromisasi pada suhu 53oC untuk berbagai waktu, lapisan yang
telah dikromisasi diperiksa diberbagai bagian. Ketebalan dari lapisan tersebut
diukur dan diketahui peningkatannya dengan peningkatan waktu penyelaman. Data
yang didapat berbentuk parabolic yang menyatakan hubungan antara ketebalan dan
waktu penyelaman, mirip dengan yang diperoleh untuk proses alumunisasi yang
dilakukan oleh peneliti lain. Keterkaitan dari kekuatan ikatan dalam ketebalan
pelapisan didiskusikan pada bagian 3b.
Gambar
4. Variasi didalam ketebalan dari lapisan dengan waktu penyelaman
2. Kekuatan
ikatan
Variasi
kekuatan ikatan (dengan waktu penyelaman untuk MS90/specimen baja ditampilkan
pada gambar 5. Di table tersebut memperlihatkan peningkatan kekuatan ikatan
dengan waktu penyelaman sampai 40 menit dan penurunannya pada waktu yang lebuh
panjang. Diselidiki bahwa waktu penyelaman tidak memiliki dampak bagi peristiwa
antar logam dan kompisisinya tetapi hanya dari ketebalannya saja (gambar 4)
dari percobaan ini. Jadi maksudnya bahwa hubungan antara kekuatan ikatan dan
ketebalan pelapis mungkin lebih kepada kekuatan ikatan dan waktu pencelupan.
Oleh karena itu, variasi dalam kekuatan ikatan dengan ketebalan pelapisan
ditunjukkan pada gambar 6. Hal ini jelas bahwa kekuatan ikatan dari MS90/spesi
baja menigkat dengan ketebalan kromium keran sampai 55μm. Tetapi kemudian
mengalami penurunan.
Gambar
5. Variasi dari gaya pengelupasan dengan waktu pencelupan.
Gambar
6. Variasi dari kekuatan pengelupasan dengan ketebalan dari laisan pelapis
3. Mekanisme
pengikatan
Gambar
71 menunjukkan bagian longitudinal dari spesi ikatan dari MS90 alloy/lembar
baja yang dikromisasi. Jelas bahwa dalam arah berputar, lapisan pelapis terputus
menjadi blok-blok dan terbentuk bagian kosong antara keduanya. Gambar 7b dan
pembesaran yang rendah (gambar 7c) merupakan gambar mikro SEM dari bagian antar
permukaan yang retak pada sisi baja. Kekosongan yang lebar dlam sisi dari
perguliran adalah paralel untuk satu sama lain diseluruh permukaan dari
substrat baja. Disitu adalah bagian kosong yang sempit yang tegak lurus dengan
sisi perguliran.
Bentuk
dari kekosongan ini adalah wajar peperti itu, selama berlangsungnya ikatan,
substrat baja memanjang di sisi perguliran tetapi lapisan pelapis rusak menjadi
balok-balok kecil, menjadi tidak mungkin untuk mengalami pemanjangan dengan
subr=strat baja karena itu rapuh. Prektek yang sama terjadi untuk bagian kosong
yang tegak lurus pada sisi perguliran. Dalam situasi percobaan ini, panjang
dari bagian kosong yang membujur lebuh baik dibandingkan dengan bagian kosong
sebaliknya, seperti yang ditunjukkan pada gambar 7b. oleh karena itu, didalam
proses perguliran, masing-masing lembar alloy MS90 dan lapisan atas kromium
berdekatan pada lapisan baja yang diperpanjang didalam sisi perguliran dan secara
berkelanjutan diekstruksi menjadi bagian kosong untuk diisi mereka. Posisi
antar muka yang dimaksud diatas disketsakan dalam gambar 8. Jadi, secara
keseluruhan kekuatan ikatan tergantung pada perbedaan dua ikatan, contohnya
kekuatan ikatan dari ikatan kosong dan ikatan pembatas. Sejauh ini, beberapa
model teori mikroskopik dikembangkan untuk pengikatan berkelanjutan
(6,8,18,19). Untuk instannya, vaidyanath dan kawan-kawan menyatakan persamaan
berikut untuk memprediksi kualitas ikatan yaitu
Keterangan:
Sw=
jumlah kekuatan ikatan
Sm=
kekuatan dari logam dasar
Rf=
reduksi akhir saat berakhirnya perubahan.
Didalam model ini,
dengan memperhatikan detail mikroskopik, jumlah kekuatan ikatan dapat
ditunjukkan oleh kekuatan dari dua perbedaan jenis ikatan dalam persamaan
berikut:
Keterangan:
S=
jumlah kekuatan ikatan
Sb=
kekuatan ikatan dari ikatan kosong
Sc=
kekuatan ikatan dari ikatan pembatas
Fb=
fraksi area dari ikatan kosong
Fc=
fraksi area dari ikatan pembatas.
Fraksi
area didapat melalui persamaan:
Keterangan:
A=
keseluruhan area yang berikatan
Ab=
area ikatan kosong
Ac=
area ikatan pembatas
Untuk
menentukan nilai Fb dan Fc, asumsinya adalah dibuat kontribusi dari area kosong
yang melintang ke area total diabaikan karena hal tersebut sangat sempit
daripada sisi kosong yang tegak lurus, dimana lebar dari sisi kosong yang tegak
lurus dan ikatn-ikatannya kira-kira sama. Dengan mempertimbangkan sisi kosong
yang tegak lurus dengan penampang melintang dari substrat baja, maka digunakan
persamaan berikut:
Keterangan:
l=
jarak total dari ikatan antarmuka
lb=
jarak dari area kosong
lc=
jarak dari area pembatas pada bagian atas dari lapisan kromium
Semua
panjanng ini didalam sisi perguliran
Untuk
mengukur l, lb dan lc digunakan persamaan berikut:
Keterangan:
I= tiap kromium
pembatas atau kosong antara kroumium pembatas seperti yang ditunjukkan dalam
gambar 8.
N= jumlah nomor dari
pembatas dan kosong yang termasuk delam jarak dari l.
Nilai
lbi dan lci diukur pada specimen dengan menggunakan mikroskop cahaya dengan 400
kali perbesaran diakhirnya. Pada penelitian ini, dengan mempertimbangkan
kelayakan dan presisi dari data percobaan lb dab lc, n dipilih 30.
Gambar
7. Struktur mikroskop dari ikatan antarmuka: (a) gambar mikri cahaya dari
bagian tegak lurus alloy MS90/lembar baja yang dikromisasi pada 53oC
selama 40 menit; (b) gambar mikro dari fraktur antarmuka pada sisi baja; (c)
gambar mikro SEM yang menunjukkan sisi paralel yang kosong penampang fraktur
melintang dari sisi baja.
Gambar
8. Diagram skematik yang menunjukkan posisi dari MS90/ lapisan atas kromium
antarmuka dan lapisan atas kromium/antarmuka baja setelah perguliran.
Gambar
9. Variasi didalam fraksi area dari ikatan kosong dengan ketebalan dari lapisan
pelapis
Gambar
9 menunjukkan fraksi area dari ikatan kosong meningkat dengan ketebalan
antarmuka sampai 55 μm, tetaoi menurun saat nilai ketebalannya bertambah.
Jumlah kekuatan ikatan dapat ditampilkan oleh persamaan berikut:
Berdasarkan
rumus diatas, dapat ditarik hubungan garis lurus antara S dan Fb, dengan S
meningkat, Fbpun meningkat. Variasi secara nyata didalam kekuatan ikatan dengan
fraksi area dari inakat kosong untuk MS90/lembaran baja yang dikromisasi dengan
krom keras ditunjukkan dalam gambar 10. Berdasarkan persamaan diatas, titik
data sesuai hubungan linear. Nilai dari Sb dan Sc dapat diperoleh dari titik
ordinat dlam gambar 10. Ketika area ikatan spenuhnya terdiri dari ikatan
pembatas, nilai Fb adalan 0 dan S sama dengan Sc. Demikian pula ketika area
ikatan sepenuhnya terdiri dari ikatan kosong, nilai Fb menjadi 1 dan nilai F
menjadi sama dengan Sb. Oleh kerana itu dari gambar 10, nilai Sb dan Sc
masing-masing sama dengan 767,8 dan 92,45.
Gambar
10. Hubungan linear antara gaya pengelupasan dan fraksi area dari ikatan kosong
Dengan
demikian kekuatan ikatan dari ikatan kosong 8 kali lebih baik daripada ikatan
pembatas dan jumlah kekuatan ikatan bergantung terutama pada kekuatan ikatan
dan fraksi area dari ikatan kosong. Fraksi area dari ikatan kosong meningkat
dengan ketebalan antarmuka kroumium sampai 55 μm tetapi menurun setelahnya.
Hasil ini mungkin dari 2 faktor yang mempengaruhinya. Pertama setika ketebalan
lapisan kromium meningkat dan substrat baja mulai mengalami deformasi selama
bergulirnya pengikatan, area fraktur dari lapisan kromium meningkat. Ini sesuai dengan fakta bahwa modulus geser
saat substrat dan lapisan kromium adalah sangat berbeda dan kromium keras pada
permukaan substrat tidak dapat mengalir secara berkelanjuran dengan substrat,
dengan demikian itu sangat terfragmentasi.
Gambar11.
(a) gambar mikro menunjukkan rotasi dari pembatas pelapisan (contoh
diditempelkan untuk 1 hari pada suhu 700oC, (b), (c) diagram
skematik dari penurunan di fraksi area dari ikatan kosong dikarenakan rotasi.
Pada
saat yang sama, pembatas dengan lapisa kromium yang terfragmentasi mulai
berotasi dari posisi awal hamper tegak lurus terhadap antarmuka kosong ke
posisi lain yang cenderung menbentuk sebuah sudut terhadap antarmuka kosong.
(lihat gambar 7a dan 11 a). lapisan kromium yang tebal, dengan sudut rotasi
yang besar dan pembatas antar lapisan mengambil alih lebih banyak ikatan
antarmuka seperti yang terlihat pada gambar 11b. dan sebagai hasilnya fraksi
area dari ikatan kosong menurun (). Sementara itu,
dambar 12 mengkonfirmasi bahwa disebabkan kekuatan yang tinggi dari antarmuka,
jumlah yang besar dari partikel Fe dibandingkan dengan beberapa bagian Cr yang
didorong keluar oleh lapisan kulit MS90 selama tes kulit. Faktor lain adalah
ikatan antara substrat yang diterbangkan didalam retakan yang muncul karena
proses fragmentasi dari lapisan Cr dan sisi dari pembatas antarmuka.
Gambar
12. Peta sinar X yang diambil dari permukaan kulit MS90 dari contoh yang
ditambahkan pada suhu 700oC
Area
ini mengabaikan perkiraan nilai didalam analisis awal karena ikatan alami atas
dari pembatas berbeda daripada sisi dari pembatas kromium didalam proses
pengikatan . inilah salah satu ikatan logam dan ikatan mekanik lainnya. Sisi
dari pembatas kromium yang memiliki efek yang lebih kecil pada kekuatan ikatan
daripada atas dari pembatas kromium. Tak pelak lagi, lepisan kromium yang tipis meningkat, area
total (atas dan samping) meningkat.
Selain itu, jarak pembatas meningkat, area kosong berkurang. Dengan
demikian, situasi ini meningkatkan kompleks ketebalan lapisan kromium berubah.
Mekanisme tentang variasi di fraksi area dari ikatan kosong membutuhkan lebih
lanjut.
Kesimpulan
Dari
studi mengenai kekuatan ikatan antar permukaan antara campuran logam MS90 dan
lembaran baja ini menghasilkan beberapa kesimpulan yaitu
1.
Ikatan antara lembaran MS90 dan lembaran
baja yang telan dikromisasi dapat dilakukan dengan cara menggilingnya secara
bersama-sama melalui mekanisme yang
melibatkan blank bond dan block bond
2.
Secara keseluruhan dalam metode ini,
kekuatan ikatan meningkat seiring dengan peningkatan ketebalan antar lapisan
sampai tebalnya 55 µm dan menurun setelahnya. Ini mirip dengan hubungan antara
fraksi area dari blank bond dengan ketebalan kromium.
3.
Kekuatan ikatan dari blank bond delapan
kali lebih kuat daripada kekuatan ikatan pada block bond. Ini berarti total
kekuatan ikatan yang terjadi berasal dari kekuatan ikatan dan fraksi area dari
blank bond .
4.
Terdapat hubungan yang linear antara
keseluruhan kekuatan ikatan dengan fraksi area dari blank bond.
DAFTAR PUSTAKA
Granjun,
H. (1991). Fundamentals of welding metallurgy. Cambridge Abington
Publishing, Vol.
Welding
Handbook, (1991). 8thEdition, American Welding Society, Vol.,
p. 900.
Thomas, K. & Petri, M. (1994). Roll
welding, ASM Welding Handbook, Vol. 6, p. 312.
Kreye, H. & Thomas, K. (1977). Electron
microscopically test and bonding mechanism of cold pressure
welding.
Journal of Welding and Cutting, Vol. 29, p. 249.
Bay,
N. (1986). Cold pressure welding; characteristics, bonding mechanism, bond
strength. Journal of Metal Construction,
Vol. 18, No. 8, p. 369.
Vaidyanath,
L. R., Nicholas, M. G. & Milner, D. R. (1959). Pressure welding by rolling.
British WeldingJournal, Vol. 6, No. 13.
Cave,
J. A. & Williams, J. D. (1973). The mechanism of cold pressure welding by
rolling. Journal of the Institute of Metals,
VOL. 101, No. 8, p. 203.
Wright,
P. K., Snow, D. A. & Tay, C. K. (1978). Interfacial conditions and bond
strength in cold pressure welding by rolling.
Metals Technology, Vol. 5, No. 1, p. 24.
Hwang,
Y. M., Hsu, H. H. & Lee, H. J. (1995). Analysis of sandwich sheet rolling
by stream function method. International Journal
of Mechanic Science, Vol. 37, No. 3, p. 297.
Hawkins,
R. & Wright, J. C. (1972). Observation on the deformation properties of
sandwich materials. International Journal
of Mechanic Science, Vol. 14, p. 875.
Butlin,
I. J. & Mackay, C. A. (1979). Experiment on the roll-bonding of tin
coatings to non-ferrous substrates. Sheet
Metal Industry, p. 1063.
Narima-zadeh, N., Darvizeh, A. &
Gharababaei, H. (2003). Modeling and prediction of process parameters in
explosive
welding of plates using GMDH-type neural network and singular value
decomposition. Iranian Journal of Science
& Technology, Transaction B, Engineering,
Vol. 27, No. B3, p. 551.
Pan, D., Gao, K. & Yu, J. (1989). Cold
roll bonding of bimetallic sheets and strips. Material Science and
Technology,
Vol. 5, p. 934.
Clemensen,
C. & Julstarp, O. (1986). Cold welding: Influence of surface preparation on
bond strength. Journal of Metal Construction,
Vol. 18, No. 10, p. 625.
Tylecote,
R. (1968). The solid phase welding of metal. Edward Arnold Publishers,
p. 8.
EI-Mahallawy, N. A., Shady, M. A. &
EI-Sissi, A. R. (1997).Analysis of coating layer formed on steel strips
during
aluminizing by hot dipping in Al-Si baths. Material Science Technology,
Vol. 13, p. 832.
Yongbing,
L., Jian, A. & Darn, S. (2000). Interfacial bonding strength of Al-Pb
bearing alloy strips and hot dip aluminized
steel sheets by hot rolling. Transactions of Nonferrous Metals Society of
China, Vol. 10, p. 625.
Bay,
N. (1986). Cold welding1, characteristics, bonding mechanism, bond strength. Metal
Construction, Vol. 18, No. 8, p. 369.
Zhang,
W. & Bay, N. (1997). Cold welding –theoretical modeling of the weld
formation. Welding Journal, Vol.
76, No. 10), p. 417.
Karimi
Taheri, A. (1993). Analytical study of drawing of non-bounded trimetallic
strips. International Journal of
Mechanic and Tools Manufacturing, Vol. 33, No. 1, p.
71.
No comments:
Post a Comment