Apakah Anda termasuk orang yang mempunyai
kepedulian yang besar dengan masalah kesehatan ? Jika ya, maka tulisan ini
sangat berguna bagi Anda. Tahukah kita, tanpa kita sadari, lingkungan sekitar
kita, termasuk barang-barang kebutuhan sehari-hari yang kita gunakan, dapat
memberikan dampak negatif terhadap kesehatan tubuh kita. Tanpa sadar kita telah
menghirup bahan-bahan kimia berbahaya yang berasal dari benda-benda yang
terdapat di tempat tinggal kita. Berikut ini penulis uraikan beberapa bahan
kimia berbahaya yang sering terkontaminasi dengan tubuh kita tanpa kita sadari.
Meskipun kadar bahan-bahan kimia yang masuk ke udara tersebut belum melebihi
ambang batas yang diperbolehkan, namun jika terjadi paparan dalam waktu yang
lama dan terus menerus dapat berpengaruh bagi kesehatan kita.
1.
Asbes
Asbes merupakan serat mineral silika yang
bersifat fleksibel, tahan lama dan tidak mudah terbakar. Asbes banyak digunakan
sebagai penghantar listrik dan penghantar panas yang baik. Asbes banyak
digunakan sebagai isolator panas dan pada pipa saluran pembuangan limbah rumah
tangga, dan bahan material atap rumah. Asbes banyak digunakan dalam bahan-bahan
bangunan. Jika ikatan asbes dalam senyawanya lepas, maka serat asbes akan masuk
ke udara dan bertahan dalam waktu yang lama.
2.
Bioaerosol
Kontaminan biologi seperti virus, bakteri,
jamur, lumut , serangga atau serbuk sari tumbuhan. Kontaminan biologi tersebut
jika dihembus oleh angin akan masuk ke udara dan mencemari udara bersih.
3.
Formaldehid
Formaldehid merupakan aldehid sederhana.
Gas formaldehid tidak berwarna dan diemisikan dari bahan-bahan bangunan,
industri rumah tangga atau proses pembakaran. Formaldehid juga terdapat pada
produk kayu yang dipres, papan, papan dinding, tekstil (seperti pada karpet dan
pakaian).
Formaldehid dapat masuk ke udara akibat
terjadi pengikisan dan penguapan akibat panas yang tinggi.
4. Bahan-bahan pertikulat
Dalam kehidupan
sehari-hari pertikulat dikenal dengan istilah debu yang berterbangan di udara.
Partikulat juga bisa ditemui dalam bentuk logam-logam berta yang jika terhirup
oleh manusia akan mengakibatkan penyakit.
5.
Senyawa organik volatil (Volatil Organic Compound)
Senyawa organik volatil (VOC) mudah menguap
pada suhu kamar. VOC sering ditemui dalam bentuk aerosol yang terdapat pada pembersih,
cat, vernis, produk-produk kayu yang di-pres, pestisida, dan semir.
6.
Karbon monoksida (CO)
Karbon monoksida atau CO adalah suatu gas
yang tidak berwarna, tidak berbau dan juga tidak berasa. Gas
CO dapat berbentuk cairan pada suhu dibawah
129OC. Gas CO sebagian besar berasal dari pembakaran
bahan fosil dengan udara, berupa gas buangan. Kota besar yang padat lalu lintasnya akan
banyak menghasilkan gas CO sehingga kadar CO dalam uadra relatif tinggi
dibandingkan dengan daerah pedesaan. Selain itu dari gas CO dapat pula
terbentuk dari proses industri. Secara alamiah gas CO juga dapat terbentuk,
walaupun jumlahnya relatif sedikit, seperti gas hasil kegiatan gunung berapi,
proses biologi dan lain-lain. Secara umum terbentuk gas CO adalah melalui proses
berikut ini :
Pertama, pembakaran bahan bakar fosil.
Kedua, pada suhu tinggi terjadi reaksi
antara karbondioksida (CO2) dengan karbon C yang menghasilkan gas CO.
Ketiga, pada suhu tinggi, CO2 dapat terurai
kembali menjadi CO dan oksigen.
Penyebaran gas CO
diudara tergantung pada keadaan lingkungan. Untuk daerah perkotaan yang banyak
kegiatan industrinya dan lalu lintasnya padat, udaranya sudah banyak tercemar
oleh gas CO. Sedangkan daerah pimggiran kota
atau desa, cemaran CO diudara relatif sedikit. Ternyata tanah yang masih
terbuka dimana belum ada bangunan diatasnya, dapat membantu penyerapan gas CO.
Hal ini disebabkan mikroorganisme yang ada didalam tanah mampu menyerap gas CO
yang terdapat diudara. Angin dapat mengurangi konsentrasi gas CO pada suatu tempat
karena perpindahan ke tempat lain.
Karbon monoksida
(CO) apabila terhisap ke dalam paru-paru akan ikut peredaran darah dan akan
menghalangi masuknya oksigen yang akan dibutuhkan oleh tubuh. Hal ini dapat
terjadi karena gas CO bersifat racun metabolisme, ikut bereaksi secara
metabolisme dengan darah. Seperti halnya oksigen, gas CO bereaksi dengan darah
(hemoglobin) :
Hemoglobin + O2 O2Hb (oksihemoglobin)
Hemoglobin + CO COHb (karboksihemoglobin)
Konsentrasi gas CO
samapi dengan 100 ppm masih dianggap aman jika waktu kontak hanya sebentar. Gas CO
sebanyak 30 ppm apabila dihisap manusia selama 8 jam akan menimbulkan rasa
pusing dan mual. Pengaruh karbon monoksida (CO) terhadap tubuh manusia ternyata
tidak sama dengan manusia yang satu dengan yang lainnya. Konsentrasi gas CO
disuatu ruang akan naik bila di ruangan itu ada orang yang merokok. Orang yang
merokok akan mengeluarkan asap rokok yang mengandung gas CO dengan konsentrasi
lebih dari 20.000 ppm yang kemudian menjadi encer sekitar 400-5000 ppm selama
dihisap. Konsentrasi gas CO yang tinggi didalam asap rokok menyebabkan
kandungan COHb dalam darah orang yang merokok jadi meningkat. Keadaan ini sudah
barang tentu sangat membahayakan kesehatan orang yang merokok. Orang yang
merokok dalam waktu yang cukup lama (perokok berat) konsentrasi COHb dalam
darahnya sekitar 6,9%. Hal inilah yang menyebabkan perokok berat mudah terkena
serangan jantung.
Pengaruh
konsentrasi gas CO di udara sampai dengan dengan 100 ppm terhadap tanaman
hampir tidak ada, khususnya pada tanaman tingkat tinggi. Bila konsentrasi gas
CO di udara mencapai 2000 ppm dan waktu kontak lebih dari 24 jam, maka kana
mempengaruhi kemampuan fiksasi nitrogen oleh bakteri bebas yang ada pada
lingkungan terutama yang terdapat pada akar tanaman.
Penurunan
kesadaran sehingga terjadi banyak kecelakaan, fungsi sistem kontrol syaraf
turun serta fungsi jantung dan paru-paru menurun bahkan dapat menyebabkan
kematian. Waktu tinggal CO dalam atmosfer lebih kurang 4 bulan. CO dapat
dioksidasi menjadi CO2 dalam atmosfer adalah HO dan HO2 radikal, atau oksigen
dan ozon. Mikroorganisme tanah merupakan bahan yang dapat menghilangkan CO dari
atmosfer.
Dari penelitian
diketahui bahwa udara yang mengandung CO sebesar 120 ppm dapat dihilangkan
selaIna 3 jam dengan cara mengontakkan dengan 2,8 kg tanah (Human, 1971),
dengan demikian mikroorganisme dapat pula menghilangkan senyawa CO dari
lingkungan, sejauh ini yang berperan aktif adalah jamur penicillium dan
Aspergillus.
7. Karbondioksida (CO2)
Sebelum era industrialisasi, kadar
karbondioksida di udara masih rendah, yaitu hanya 280 ppm pada tahun 1860.
Dengan semakin banyaknya pembakaran batu bara, minyak bumi, dan gas alam
berakibat kadar gas itu meningkat hingga 315 ppm pada tahun 1960. Dewasa ini,
terjadi peningkatan kadar CO2 diatmosfer sebesar 1 ppm per tahun. Batu bara
terdiri atas sebagian besar karbon, yang apabila dibakar akan bereaksi dengan
oksigen menghasilkan karbondioksida. Gas alam dan minyak bumi termasuk senyawa
hidrokarbon. Pembakaran gas alam dan minyak bumi menghasilkan karbondioksida
dan uap air.
Kayu dan tumbuh-tumbuhan merupakan senyawa
karbohidrat. Karbohidrat
terdiri dari unsur-unsur karbon, hidrogen, dan oksigen. Apabila karbohidrat itu
bereaksi dengan oksigen didalam badan kita maka akan dihasilkan energi. Jadi,
pertambahan penduduk dunia akan menyebabkan semakin banyak karbon dioksida yang
dibuang ke udara.
Demikian juga
dengan semakin luasnya pembabatan hutan, pemanfaatan kembali karbondioksida
dari udara dan pengubahannya menjadi oksigen semakin berkurang.
Pada dasarnya
karbon dioksida tidak berbahaya bagi manusia. Namun, kenaikan kadar CO2 di
udara telah mengakibatkan peningkatan suhu di permukaan bumi. Fenomena ini
disebut dengan efek rumah kaca, yang disebut juga dengan pemanasan global.
Pemanasan global mengakibatkan mencairnya gunung-gunung es di daerah kutub yang
dapat menimbulkan naiknya permukaan air laut yang dapat mengancam pemukiman
pinggir pantai.
8. Nitrogen Oksida (NOx)
Nitrogen oksida
sering disebut dengan NOx karena oksida nitrogen mempunyai 2 bentuk yang
sifatnya berbeda, yakni gas NO2 dan gas NOx. Sifat gas NO2 adalh berwarna dan
berbau, sedangkan gas NO tidak berwarna dan tidak berbau. Warna gas NO2 adalah
merah kecoklatan dan berbau tajam menyengat hidung. Gas NO yang mencemari udara
secara visual sulit diamati karena gas tersebut tidak berwarna dan tidak
berbau. Sedangkan gas NO2 bila mencemari udara mudah diamati dari baunya yang
sangat menyengat dan warnanya coklat kemerahan. Udara yang mengandung gas NO
dalam batas normal relatif aman dan tidak berbahaya, kecuali jika gas NO berada
dalam konsentrasi tinggi. Konsentrasi gas NO yang tinggi dapat menyebabkan
gangguan pada system saraf yang mengakibatkan kejang-kejang. Bila keracunan ini
terus berlanjut akan dapat menyebabkan kelumpuhan. Gas NO akan menjadi lebih
berbahaya apabila gas itu teroksidasi oleh oksigen sehinggga menjadi gas NO2.
Sumber utama NOx
pada atmosfer adalah dari jalan lalu lintas. Ini bertanggung jawab untuk
sekitar setengah dari total emisi yang ada di Eropa. Sumber utama lainnya
adalah dari pembangkit tenaga listrik, pabrik pemanas, dan proses industri.
Udara yang telah
tercemar oleh gas nitrogen oksida tidak hanya berbahaya bagi manusia dan hewan
saja, tetapi juga berbahaya bagi kehidupan tanaman. Pengaruh gas NOx pada
tanaman antara lain timbulnya bintik-bintik pada permukaan daun. Pada
konsentrasi yang lebih tinggi gas tersebut dapat menyebabkan nekrosis atau
kerusakan pada jaringan daun. Dalam keadaan seperti ini daun tidak dapat
berfungsi sempurna sebagai temapat terbentuknya karbohidrat melalui proses
fotosintesis. Akibatnya tanaman tidak dapat berproduksi seperti yang
diharapkan. Konsentrasi NO sebanyak 10 ppm sudah dapat menurunkan kemampuan
fotosintesis daun sampai sekitar 60% hingga 70%.
Pencemaran udara oleh
gas NOx dapat menyebabkan timbulnya Peroxy Acetil Nitrates yang disingkat
dengan PAN. Peroxi Acetil Nitrates ini menyebabkan iritasi pada mata yang
menyebabkan mata terasa pedih dan berair. Campuran PAN bersama senyawa kimia
lainnya yang ada di udara dapat menyebabkan terjadinya kabut foto kimia atau
Photo Chemistry Smog yang sangat menggangu lingkungan.
Pada sangat
konsentrasi tinggi, dimana mungkin hanya dialami pada kecelakaan industri yang
fatal, paparan NO2 dapat mengakibatkan kerusakan paru-paru yang berat dan
cepat. Pengaruh kesehatan mungkin juga terjadi pada konsentrasi ambien yang
jauh lebih rendah seperti pada pengamatan selama peristiwa polusi di kota.
Bukti yang didapatkan menyarankan bahwa penyebaran ambient kemungkinan akibat
dari pengaruh kronik dan akut, khususnya pada sub-grup populasi orang yang
terkena asma.
NO2 terutama
berkelakuan sebagai agen pengoksidasi yang kemungkinan merusak membran sel dan
protein. Pada konsentrasi tinggi, saluran udara akan menyebabkan peradangan
yang akut. Ditambah lagi, penyebaran dalam waktu-singkat berpengaruh terhadap
peningkatan resiko infeksi saluran pernapasan.
Untuk penyebaran
yang akut, hanya konsentrasi yang sangat tinggi (>1880 Mg/m3, 1ppm)
mempengaruhi kesehatan orang ; bilamana, orang dengan asma atau penyakit
paru-paru yang akut lebih rentan pada konsentrasi lebih rendah.
Studi
epidemiologika ambient dan investigasi toksikologi hewan mendemontrasikan bahwa
perpanjangan penyebaran NO2 dapat mengurangi pertahanan paru-paru dan perubahan
struktur paru-paru secara signifikan.
9. Ozon (O3)
Ozon merupakan
polutan sekunder yang merupakan emisi tidak langsung kedalam udara tetapi
dibentuk oleh reaksi fotokimia. Ozon merupakan senyawa yang terdiri daripada
tiga atom oksigen setiap molekul. Pada suhu dan tekanan biasa ia berbentuk gas
biru. Ozon membentuk cairan biru tua pada suhu bawah -112 C, dan cairan biru
tua gelap pada suhu di bawah -193 C. Ozon diketahui menyerap radiasi UV-B. Ozon
terbentuk di lapisan ozon. Lapisan ozon dapat terkikis oleh klorofluorokarbon
(CFC). Ozon terbentuk melalui interaksi cahaya ultraviolet dengan atmosfer bumi
dan membentuk satu lapisan ozon pada ketinggian 50 kilometer.
Ozon diyakini
sebagai bahan beracun dan bahan pencemar biasa. Ozon mempunyai bau yang keras,
menusuk hidung. Ozon juga terbentuk pada kadar rendah dalam udara akibat arus
eletrik seperti kilat, dan oleh tenaga tinggi seperti radiasi eletromagnetik.
Ozon merupakan
polutan fotokimia yang dibentuk dari senyawa organik volatil, NOx dan CO dengan
bantuan radiasi matahari pada panjang gelombang pendek. Ozon dapat masuk
kedalam tubuh melalui pernapasan dan dapat menyerang sistem pernapasan karena
ozon tidak larut dalam air. Kontaminasi yang akut ke tingkatan ozon yang lebih
tinggi dapat menginduksi perubahan pada fungsi paru-paru, peradangan saluran
udara dan peningkatan penyakit saluran udara menjadi penyakit yang berhubungan
dengan bronkitis.
* * *
Bahan pewangi
Pemakaian produk
apa pun yang merupakan zat-zat kimia bila berlebihan atau terkontak langsung
melalui sistem pernapasan, bakal menimbulkan gangguan pada fungsi sistem saraf.
Contohnya, pingsan dan gangguan sistem pernapasan.
Begitu juga jika
kontak dengan kulit. Bahan pewangi organik dapat dengan mudah terserap melalui
kulit dan menyebabkan efek pada kulit seperti iritasi dan dermatitis meskipun
komponen kimia aktif yang dikandung tiap pewangi berbeda-beda. Itulah mengapa
efek bahayanya bisa berbeda-beda, tergantung pada komposisi dan bahan aktif
aromanya.
Di pasaran ada
berbagai jenis pewangi. Ada yang padat (biasanya pewangi yang diperuntukan
untuk toilet dan lemari), ada yang cair, gel, dan ada pula yang semprot.
Sementara penggunaannya ada yang digantungkan, ada yang diletakkan begitu saja,
atau ditempatkan di bibir AC maupun kipas angin.
Bahaya pewangi
umumnya tergantung pada jenis atau bentuknya maupun pewangi dan
komponen-komponen kimia aktif yang terkandung di dalamnya, disamping faktor
pengaruh lain, seperti jalur paparannya.
Dari segi bentuk, yang mudah menguap
(aerosol) lebih berisiko bagi tubuh, terutama jika terjadi kontak langsung
melalui sistem pernapasan. Namun demikian, kontak yang terjadi melalui kulit
pun bukan tidak berisiko mengingat zat pewangi akan begitu mudah memasuki
tubuh. Sementara ini di pasaran ada dua jenis zat pewangi, yakni yang berbahan
dasar air da minyak.
Pewangi berbahan
dasar air umumnya memiliki kestabilan aroma (wangi) relatif singkat (sekitar
3-5 jam). Itulan mengapa pewangi berbahan dasar air relatif lebih aman bagi
kesehatan dibandingkan pewangi berbahan dasar minyak. Adapun yang berbahan
dasar minyak, biasanya menggunakan beberapa bahan pelarut/cairan pembawa,
diantaranya isoparafin, diethylphthalate atau campurannya.
Pewangi berbahan dasar minyak lebih tahan lama sehingga harga jualnya bisa
lebih mahal. Sementara, jenis pewangi yang disemprotkan
umumnya mengandung isobutane, n butane, propane atau campurannya. Untuk bentuk
gel disertai kandungan bahan gum. Adapun zat aktif aroma bentuk ini umumnya
berupa campuran zat pewangi, seperti limonese , benzyl acetate , linalool ,
citronellol, ocimene , dan sebagainya.
Pada prinsipnya
semua zat pewangi tersebut berisiko terhadap kesehatan. Terutama terhadap
mereka yang berada pada kondisi retan seperti ibu hamil, bayi, dan anak,
ataupun orang yang sangat sensitif terhadap zat-zat pewangi. Sayangnya, sekitar
80% zat pewangi belum teruji keamanannya terhadap manusia. Di sinilah
kewaspadaan konsumen betul-betul dituntut.Adapun pewangi yang sudah dilarang
The International Fragrance Association (IFRA) di antaranya pewangi yang mengandung
musk ambrette , geranyl nitrile , dan 7-methyl coumarin. Sedangkan yang
berbentuk gel dilarang bila mengandung zat-zat pengawet yang berbahaya bagi
kesehatan, seperti formaldehyde atau methyl – chloroisothiozilinone .
Jadi, tidak semua
pewangi memberi efek negatif bagi kesehatan. Artinya, kita masih bisa menggunakan pewangi yang
beredar di pasaran.
Bahan Kimia dalam makanan
& pembersih
Secara industri,
formaldehida dibuat dari oksidasi katalitik metanol. Katalis yang paling sering
dipakai adalah logam perak atau campuran oksida besi dan molibdenum serta
vanadium. Dalam sistem oksida besi yang lebih sering dipakai (proses Formox),
reaksi metanol dan oksigen terjadi pada 250 °C dan menghasilkan formaldehida,
berdasarkan persamaan kimia
2 CH3OH + O2 → 2 H2CO + 2 H2O.
Katalis yang
menggunakan perak biasanya dijalankan dalam temperatur yang lebih tinggi,
kira-kira 650 °C. dalam keadaan ini, akan ada dua reaksi kimia sekaligus yang
menghasilkan formaldehida: satu seperti yang di atas, sedangkan satu lagi adalah
reaksi dehidrogenasi
CH3OH → H2CO + H2.
Bila formaldehida
ini dioksidasi kembali, akan menghasilkan asam format yang sering ada dalam
larutan formaldehida dalam kadar ppm.
Di dalam skala
yang lebih kecil, formalin bisa juga dihasilkan dari konversi etanol, yang
secara komersial tidak menguntungkan.
Kegunaan
Formaldehida
dapat digunakan untuk membasmi sebagian besar bakteri, sehingga sering
digunakan sebagai disinfektan dan juga sebagai bahan pengawet. Sebagai
disinfektan, Formaldehida dikenal juga dengan nama formalin dan dimanfaatkan
sebagai pembersih; lantai, kapal, gudang dan pakaian.
Formaldehida juga
dipakai sebagai pengawet dalam vaksinasi. Dalam bidang medis, larutan
formaldehida dipakai untuk mengeringkan kulit, misalnya mengangkat kutil.
Larutan dari formaldehida sering dipakai dalam membalsem untuk mematikan
bakteri serta untuk sementara mengawetkan bangkai.
Dalam industri,
formaldehida kebanyakan dipakai dalam produksi polimer dan rupa-rupa bahan
kimia. Jika digabungkan dengan fenol, urea, atau melamina, formaldehida menghasilkan
resin termoset yang keras. Resin ini dipakai untuk lem permanen, misalnya yang
dipakai untuk kayulapis/tripleks atau karpet. Juga dalam bentuk busa-nya
sebagai insulasi. Lebih dari 50% produksi formaldehida dihabiskan untuk
produksi resin formaldehida.
Untuk mensintesis
bahan-bahan kimia, formaldehida dipakai untuk produksi alkohol polifungsional
seperti pentaeritritol, yang dipakai untuk membuat cat bahan peledak. Turunan
formaldehida yang lain adalah metilena difenil diisosianat, komponen penting
dalam cat dan busa poliuretana, serta heksametilena tetramina, yang dipakai
dalam resin fenol-formaldehida untuk membuat RDX (bahan peledak).
Sebagai formalin,
larutan senyawa kimia ini sering digunakan sebagai insektisida serta bahan baku
pabrik-pabrik resin plastik dan bahan peledak.
Daftar kegunaan formalin
Pengawet mayat
Pembasmi lalat
dan serangga pengganggu lainnya.
Bahan pembuatan
sutra sintetis, zat pewarna, cermin, kaca
Pengeras lapisan
gelatin dan kertas dalam dunia Fotografi.
Bahan pembuatan pupuk
dalam bentuk urea.
Bahan untuk
pembuatan produk parfum.
Bahan pengawet
produk kosmetika dan pengeras kuku.
Pencegah korosi
untuk sumur minyak
Dalam konsentrasi
yang sangat kecil (kurang dari 1%), Formalin digunakan sebagai pengawet untuk
berbagai barang konsumen seperti pembersih barang rumah tangga, cairan pencuci
piring, pelembut kulit, perawatan sepatu, shampoo mobil, lilin, dan pembersih
karpet.
Penggunaan Formalin yang salah
Melalui sejumlah
survei dan pemeriksaan laboratorium, ditemukan sejumlah produk pangan yang
menggunakan formalin sebagai pengawet. Praktek yang salah seperti ini dilakukan
oleh produsen atau pengelola pangan yang tidak bertanggung jawab. Beberapa
contoh prduk yang sering diketahui mengandung formalin misalnya
Ikan segar : Ikan basah yang warnanya putih bersih, kenyal,
insangnya berwarna merah tua (bukan merah segar), awet sampai beberapa hari dan
tidak mudah busuk.
Ayam potong : Ayam yang sudah dipotong berwarna putih bersih,
awet dan tidak mudah busuk.
Mie basah : Mie basah yang awet sampai beberapa hari dan
tidak mudah basi dibandingkan dengan yang tidak mengandung formalin.
Tahu : Tahu yang
bentuknya sangat bagus, kenyal, tidak mudah hancur awet beberapa hari dan tidak
mudah basi.
Pengaruh terhadap badan
Karena resin
formaldehida dipakai dalam bahan konstruksi seperti kayu lapis/tripleks,
karpet, dan busa semprot dan isolasi, serta karena resin ini melepaskan
formaldehida pelan-pelan, formaldehida merupakan salah satu polutan dalam
ruangan yang sering ditemukan. Apabila kadar di udara lebih dari 0,1 mg/kg,
formaldehida yang terhisap bisa menyebabkan iritasi kepala dan membran mukosa,
yang menyebabkan keluarnya air mata, pusing, teggorokan serasa terbakar, serta
kegerahan.
Jika terpapar
formaldehida dalam jumlah banyak, misalnya terminum, bisa menyebabkan kematian.
Dalam tubuh manusia, formaldehida dikonversi menjadi asam format yang
meningkatkan keasaman darah, tarikan nafas menjadi pendek dan sering,
hipotermia, juga koma, atau sampai kepada kematiannya.
Di dalam tubuh,
formaldehida bisa menimbulkan terikatnya DNA oleh protein, sehingga mengganggu
ekspresi genetik yang normal. Binatang percobaan yang menghisap formaldehida
terus-terusan terserang kanker dalam hidung dan tenggorokannya, sama juga
dengan yang dialami oleh para pegawai pemotongan papan artikel. Tapi, ada studi
yang menunjukkan apabila formaldehida dalam kadar yang lebih sedikit, seperti
yang digunakan dalam bangunan, tidak menimbulkan pengaruh karsinogenik terhadap
makhluk hidup yang terpapar zat tersebut.
Pertolongan pertama bila terjadi keracunan akut
Pertolongan
tergantung pada konsentrasi cairan dan gejala yang dialami korban. Sebelum ke rumah sakit, berikan arang
aktif (norit) bila tersedia. Jangan melakukan rangsangan agar korban muntah,
karena akan menimbulkan risiko trauma korosif pada saluran cerna atas. Di rumah
sakit biasanya tim medis akan melakukan bilas lambung (gastric lavage),
memberikan arang aktif (walaupun pemberian arang aktif akan mengganggu
penglihatan pada saat endoskopi). Endoskopi adalah tindakan untuk mendiagnosis
terjadinya trauma esofagus dan saluran cerna. Untuk meningkatkan eliminasi
formalin dari tubuh dapat dilakukan hemodialisis (cuci darah). Tindakan ini
diperlukan bila korban menunjukkan tanda-tanda asidosis metabolik berat.
Pembersih
Daya Kerja Deterjen
Sebagai bahan
pembersih lainnya, deterjen merupakan buah kemajuan teknologi yang memanfaatkan
bahan kimia dari hasil samping penyulingan minyak bumi, ditambah dengan bahan
kimia lainnya seperti fosfat, silikat, bahan pewarna, dan bahan pewangi.
sekitar tahun 1960-an, deterjen generasi awal muncul menggunakan bahan kimia
pengaktif permukaan (surfaktan) Alkyl Benzene Sulfonat (ABS) yang mampu
menghasilkan busa. Namun karena sifat ABS yang sulit diurai oleh mikroorganisme
di permukaan tanah, akhirnya digantikan dengan senyawa Linier Alkyl Sulfonat
(LAS) yang diyakini relatif lebih akrab dengan lingkungan.
Pada banyak
negara di dunia penggunaan ABS telah dilarang dan diganti dengan LAS. Sedangkan
di Indonesia, peraturan mengenai larangan penggunaan ABS belum ada. Beberapa
alasan masih digunakannya ABS dalam produk deterjen, antara lain karena
harganya murah, kestabilannya dalam bentuk krim/pasta dan busanya melimpah.
Penggunaan sabun
sebagai bahan pembersih yang dilarutkan dengan air di wilayah pegunungan atau
daerah pemukiman bekas rawa sering tidak menghasilkan busa. Hal itu disebabkan
oleh sifat sabun yang tidak akan menghasilkan busa jika dilarutkan dalam air
sadah (air yang mengandung logam-logam tertentu atau kapur). Namun penggunaan deterjen
dengan air yang bersifat sadah, akan tetap menghasilkan busa yang berlimpah.
Sabun maupun
deterjen yang dilarutkan dalam air pada proses pencucian, akan membentuk emulsi
bersama kotoran yang akan terbuang saat dibilas. Namun ada pendapat keliru bahwa
semakin melimpahnya busa air sabun akan membuat cucian menjadi lebih bersih.
Busa dengan luas permukaannya yang besar memang bisa menyerap kotoran debu,
tetapi dengan adanya surfaktan, pembersihan sudah dapat dilakukan tanpa perlu
adanya busa.
Opini yang
sengaja dibentuk bahwa busa yang melimpah menunjukkan daya kerja deterjen
adalah menyesatkan. Jadi, proses pencucian tidak bergantung ada atau tidaknya
busa atau sedikit dan banyaknya busa yang dihasilkan. Kemampuan daya pembersih
deterjen ini dapat ditingkatkan jika cucian dipanaskan karena daya kerja enzim
dan pemutih akan efektif. Tetapi, mencuci dengan air panas akan menyebabkan
warna pakaian memudar. Jadi untuk pakaian berwarna, sebaiknya jangan
menggunakan air hangat/panas.
Pemakaian
deterjen juga kerap menimbulkan persoalan baru, terutama bagi pengguna yang
memiliki sifat sensitif. Pengguna deterjen dapat mengalami iritasi kulit, kulit
gatal-gatal, ataupun kulit menjadi terasa lebih panas usai memakai deterjen.
arios:
Upaya manusia
dalam memenuhi kebutuhan yang hampir tak terbatas, memerlukan dukungan yang
besar dari daya dukung lingkungan dan daya tampung lingkungan. Makin besar
kebutuhan yang diperlukan maka makin besar pula dampak yang akan timbul.
Namun demikian
perlu disadari oleh semua pihak, jika pengendalian dampak lingkungan ini tidak
terkelola secara baik dan benar, maka yang menanggung akibatnya adalah manusia
itu sendiri, hewan, tumbuh-tumbuhan dan alam sekitarnya.
Rumah adalah
merupakan tempat tinggal dan dapat pula berfungsi sebagai pembinaan dalam rumah
tangga. Dengan demikian maka segala hal yang berkaitan dengan aktivitas manusia
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya di rumah tangga dapat diharapkan dapat
dikelola dengan baik. Dengan demikian maka dampak limbah B3, khususnya sabun
dan deterjen di dalam rumah tangga dapat dikelola dengan baik, sehingga setiap
orang mempunyai hak yang sama atas lingkungan hidup yang baik dan sehat kiranya
dapat terwujud.
Tentang Sabun
Sabun yang
ditemukan pertama kali oleh bangsa Arab pada abad ke-19, pada dasarnya terbuat
dari proses pencampuran (Safonifikasi) Soda kaustik dengan minyak nabati
(minyak tumbuh-tumbuhan) atau minyak hewani (minyak yang berasal dari lemak
hewan). Mengingat sifat sabun yang berasal dari bahan alami, masyarakat
pengguna yang mengkonsumsi sabun pun nyaris tak mengalami gangguan seperti
alergi atau kerusakan pada kulitnya. Sabun sebagai bahan pembersih yang
berbentuk cair maupun padat, bisa digunakan untuk mandi, mencuci pakaian, atau
membersihkan peralatan rumah tangga.
Tentang Deterjen
Sebagai bahan
pembersih lainnya, deterjen merupakan buah kemajuan teknologi yang memanfaatkan
bahan kimia dari hasil samping penyulingan minyak bumi, ditambah dengan bahan
kimia lainnya seperti fosfat, silikat, bahan pewarna, dan bahan pewangi. sekitar
tahun 1960-an, deterjen generasi awal muncul menggunakan bahan kimia pengaktif
permukaan (Surfaktan) Alkyl Benzene Sulfonat (ABS) yang mampu menghasilkan
busa. Namun karena sifat ABS yang sulit diurai oleh mikroorganisme di permukaan
tanah, akhirnya digantikan dengan senyawa Linier Alkyl Sulfonat (LAS) yang
diyakini relatif lebih akrab dengan lingkungan.
Pada banyak
negara di dunia penggunaan ABS telah dilarang dan diganti dengan LAS. Sedangkan
di Indonesia, peraturan mengenai larangan penggunaan ABS belum ada. Beberapa
alasan masih digunakannya ABS dalam produk deterjen, antara lain karena
harganya murah, kestabilannya dalam bentuk krim/pasta dan busanya melimpah.
Kandungan Zat Kimia pada Deterjen
Dibanding dengan
sabun, deterjen mempunyai keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang lebih
baik serta tidak terpengaruh oleh kesadahan air. Pada umumnya, deterjen
mengandung bahan-bahan berikut :
Surfaktan.
Surfaktan (surface active agent) merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai
ujung berbeda yaitu hidrofil (suka air) dan hidrofob (suka lemak). Surfaktan
merupakan zat aktif permukaan yang termasuk bahan kimia organik. Ia memiliki
rantai kimia yang sulit didegradasi (diuraikan) alam. Bahan aktif ini berfungsi
menurunkan tegangan permukaan air sehingga dapat melepaskan kotoran yang
menempel pada permukaan bahan, atau istilah teknisnya, ia berfungsi sebagai
emulsifier, bahan pengemulsi.. Zat kimia ini bersifat toksik (beracun) bila
dihirup, diserap melalui kulit atau termakan. Secara garis besar, terdapat empat
kategori surfaktan yaitu:
Anionik :
Alkyl Benzene
Sulfonate (ABS)
Linier Alkyl
Benzene Sulfonate (LAS)
Alpha Olein
Sulfonate (AOS)
Kationik : Garam
Ammonium
Non ionik : Nonyl
phenol polyethoxyle
Amphoterik : Acyl
Ethylenediamines
Builder. Builder (pembentuk) berfungsi
meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan dengan cara menon-aktifkan
mineral penyebab kesadahan air.
Fosfat : Sodium Tri Poly Phosphate (STPP)
Asetat :
Nitril Tri
Acetate (NTA)
Ethylene Diamine
Tetra Acetate (EDTA)
Silikat : Zeolit
Sitrat : Asam
Sitrat
Filler. Filler
(pengisi) adalah bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai kemampuan
meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas. Contohnya Sodium sulfat.
Aditif. Aditif
adalah bahan suplemen / tambahan untuk membuat produk lebih menarik, misalnya
pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dst, tidak berhubungan langsung dengan daya
cuci deterjen. Additives ditambahkan lebih untuk maksud komersialisasi produk.
Contohnya Enzim, Boraks, Sodium klorida, Carboxy Methyl Cellulose (CMC)
Penggunaan Sabun dan Deterjen
Penggunaan sabun
sebagai bahan pembersih yang dilarutkan dengan air di wilayah pegunungan atau
daerah pemukiman bekas rawa sering tidak menghasilkan busa. Hal itu disebabkan
oleh sifat sabun yang tidak akan menghasilkan busa jika dilarutkan dalam air
sadah ( air yang mengandung logam-logam tertentu atau kapur ). Namun penggunaan
deterjen dengan air yang bersifat sadah, akan tetap menghasilkan busa yang
berlimpah.
Sabun maupun
deterjen yang dilarutkan dalam air pada proses pencucian, akan membentuk emulsi
bersama kotoran yang akan terbuang saat dibilas. Namun ada pendapat keliru
bahwa semakin melimpahnya busa air sabun akan membuat cucian menjadi lebih
bersih. Busa dengan luas permukaannya yang besar memang bisa menyerap kotoran
debu, tetapi dengan adanya surfaktan, pembersihan sudah dapat dilakukan tanpa
perlu adanya busa.
Opini yang
sengaja dibentuk bahwa busa yang melimpah menunjukkan daya kerja deterjen
adalah menyesatkan. Jadi, proses pencucian tidak bergantung ada atau tidaknya
busa atau sedikit dan banyaknya busa yang dihasilkan. Kemampuan daya pembersih
deterjen ini dapat ditingkatkan jika cucian dipanaskan karena daya kerja enzim
dan pemutih akan efektif. Tetapi, mencuci dengan air panas akan menyebabkan
warna pakaian memudar. Jadi untuk pakaian berwarna, sebaiknya jangan
menggunakan air hangat/panas.
Pemakaian
deterjen juga kerap menimbulkan persoalan baru, terutama bagi pengguna yang
memiliki sifat sensitif. Pengguna deterjen dapat mengalami iritasi kulit, kulit
gatal-gatal, ataupun kulit menjadi terasa lebih panas usai memakai deterjen.
Umumnya pada
deterjen anionik ditambahkan zat aditif lain (builder) seperti :
Golongan ammonium kuartener
(alkyldimetihylbenzyl-ammonium cloride, diethanolamine/DEA). Perlu diketahui, zat kimia ini sering
digunakan pada produk pembersih perawatan tubuh untuk menjaga pH (derajat
keasaman) formula. Dapat menyebabkan reaksi alergi, iritasi mata, kekeringan,
dan toksik jika digunakan dalam waktu lama. Zat karsinogen ini telah dilarang
di Eropa tapi masih ditemukan pada formula kosmetik.Chlorinated trisodium
phospate (chlorinated TSP). Zat
kimia ini merupakan zat karsinogenik.
Sodium lauryl sulfate (SLS). Zat kimia ini
dapat mengubah sistem imun (kekebalan) dan menyebabkan kerusakan pada mata,
saluran cerna, sistem saraf, paru-paru dan kulit. Umumnya ditemukan pada produk
berbusa untuk perawatan tubuh. Mungkin terdaftar sebagai komponen produk semi
natural yang diklaim berasal dari minyak kelapa.
Sodium laureth sulfate (SLES). Bila
dikombinasi dengan bahan lain, zat kimia ini membentuk zat nitrosamin dan
mempunyai efek karsinogen pada tubuh. Perlu kehati-hatian terhadap produk semi
natural yang diklaim berasal dari minyak kelapa.
Linear alkyl benzene sulfonate (LAS). Zat
kimia ini juga merupakan zat karsinogenik.
Dampak Penggunaan Sabun dan Deterjen Bagi
Kesehatan dan Lingkungan
Golongan ammonium kuartener itu dapat
membentuk senyawa nitrosamin. Senyawa nitrosamin diketahui bersifat karsinogenik, dapat menyebabkan
kanker.
Senyawa SLS, SLES
atau LAS mudah bereaksi dengan senyawa golongan ammonium kuartener, seperti DEA
untuk membentuk nitrosamin tadi. Bukan cuma itu, SLS diketahui menyebabkan
iritasi pada kulit, memperlambat proses penyembuhan dan penyebab katarak pada
mata orang dewasa.
LAS relatif mudah
didegradasi secara biologi ketimbang ABS. LAS bisa terdegradasi sampai 90
persen. Tapi bukan berarti masalah selesai. LAS juga butuh proses. Jadi di
bagian ujung rantai kimianya harus dipecah. Ikatan o-meganya harus diputus dan
butuh proses beta oksidasi. Karena itu perlu waktu.
Menurut
penelitian, alam membutuhkan waktu sembilan hari untuk mengurai LAS. Itu pun
hanya sampai 50 persen. Melihat bahwa saat ini banyak rumah tangga yang
membuang sisa cuciannya begitu saja tanpa pengolahan limbah sebelumnya, maka alam
diharapkan mampu mendegradasinya.
Sebelum dibuang
dan bercampur dengan bahan baku air bersih, limbah cucian membutuhkan proses
pengolahan yang rumit. Agar senyawa detergen terurai, limbah harus mendapat
sinar ultraviolet yang cukup dan diendapkan sekitar tiga pekan. Makanya, negara yang mengizinkan pemakaian LAS rata-rata sudah
memiliki sistem pengolahan air yang memadai.
Proses penguraian deterjen akan
menghasilkan sisa benzena yang apabila bereaksi dengan klor akan membentuk
senyawa klorobenzena yang sangat berbahaya. Kontak benzena dan klor sangat
mungkin terjadi pada pengolahan air minum, mengingat digunakannya kaporit
(dimana di dalamnya terkandung klor) sebagai pembunuh kuman pada proses
klorinasi.
Saat ini, instalasi pengolahan air milik
PAM dan juga instalasi pengolahan air limbah industri belum mempunyai teknologi
yang mampu mengolah limbah deterjen secara sempurna.
Penggunaan fosfat sebagai builder dalam
deterjen perlu ditinjau kembali, mengingat senyawa ini dapat menjadi salah satu
penyebab proses eutrofikasi (pengkayaan unsur hara yang berlebihan) pada
sungai/danau yang ditandai oleh ledakan pertumbuhan algae dan eceng gondok
menyebabkan terjadinya pendangkalan sungai. Pertanda lonceng kematian bagi
kehidupan penghuni sungai.
Di beberapa negara Eropa, penggunaan fosfat
telah dilarang dan diganti dengan senyawa substitusi yang relatif lebih ramah
lingkungan.
Penggunaan
deterjen dapat mempunyai risiko bagi kesehatan dan lingkungan. Risiko deterjen
yang paling ringan pada manusia berupa iritasi (panas, gatal bahkan mengelupas)
pada kulit terutama di daerah yang bersentuhan langsung dengan produk.
Hal ini
disebabkan karena kebanyakan produk deterjen yang beredar saat ini memiliki
derajat keasaman (pH) tinggi. Dalam kondisi iritasi/terluka, penggunaan produk
penghalus apalagi yang mengandung pewangi, justru akan membuat iritasi kulit
semakin parah.
Sabun mandi
memang menghasilkan buih atau gelombang busa yang terlalu banyak. Formula soda
ash atau detergen memang diakui andal membersihkan kotoran di kulit tubuh.
Namun, jika digunakan di muka, minyak alami wajah Anda pun akan ikut tanggal.
Bahkan sabun bisa menyisakan drying residu di permukaan kulit. Dan hal ini bisa
mempercepat garis dan kerut muncul ke permukaan lebih cepat.
Tips
Lingkungan kita
yang hijau, juga membutuhkan pembersih, apa gunanya jika kita peduli pada
lingkungan, tapi rumah kita kotor berantakan? Alasan yang biasanya muncul
adalah karena bahan pembersih yang biasanya tidak ramah lingkungan, bahkan
berbahaya bagi lingkungan.
Tidak lupa untuk
mengingatkan, perhatikan selalu komposisi bahan produk deterjen dan sabun anda,
ataupun produk pembersih lainnya untuk memastikan bahwa produk yang anda
gunakan aman.
CARA
MEMBUAT DETERJEN BUBUK.
Resep Sabun Bubuk. Formula Powder
Detergent.
Bahan Baku untuk
Pembuatan Deterjen:
1. Bahan Aktif
Bahan aktif ini
merupakan bahan inti dari deterjen sehingga bahan ini harus ada dalam pembuatan
deterjen. Secara kimia bahan kimia ini dapat berupa
sodium lauryl ether sulfat (SLES). SLES ini dikenal dengan beberapa nama dagang dengan nama cottoclarin,
texapone, ataupun ultra SLES. Secara fungsional bahan mempunyai andil dalam
meningkatkan daya bersih. Ciri dari bahan aktif ini mempunyai busa banyak dan
bentuknya gel translucent (pasta). Selain SLES, bahan aktif dari sabun bubuk
adalah garam Linear Alkyl Benzene Sulfonat (LAS), bentuknya gel/pasta berwarna
kuning muda. Fungsi LAS sama seperti Ultra SLES, sebagai bahan pembersih utama
pembuatan Sabun Bubuk, dengan LAS, maka sabun bubuk akan lebih mudah dibilas/
kesat.
2. Bahan pengisi
Bahan ini
berfungsi sebagai bahan pengisi dari keseluruhan bahan baku. Pemberian bahan pengisi ini dimaksudkan
untuk memperbesar atau memperbanyak volume. Keberadaan bahan ini dalam deterjen
semata-mata dilihat dari aspek ekonomis. Bahan pengisi deterjen disini
menggunakan Sodium Sulfat (Na2SO4).
3. Bahan penunjang
Salah satu contoh
bahan penunjang deterjen adalah soda abu (Na2CO3) yang berbentuk serbuk putih.
Bahan penunjang ini berfungsi sebagai meningkatkan daya bersih. Keberadaan bahan
ini dalam deterjen tidak boleh terlalu banyak, sebab dapat menimbulkan efek
panas pada tangan saat mencuci pakaian. Bahan penunjang lainnya adalah STPP
(sodium tripoly posphate) yangjuga penyubur tanaman. Ini dapat dibuktikan air
bekas cucian disiramkan ke tanaman akan menjadi subur. Hal ini disebabkan oleh
kandungan fosfat yng merupakan salah satu unsur dalam jenis pupuk tertentu.
4. Bahan Tambahan (aditif)
Bahan tambahan
ini sebenarnya tidak harus ada didalam pembuatan deterjen. Namun demikian, produsen mencari hal-hal
baru untuk mengangkat nilai dari deterjen itu sendiri. Salah satu contoh bahan
tambahan ini adalah Enzym AR. Bahan ini berbentuk serbuk putih yang berfungsi
mencegah kotoran kembali ke pakaian (anti redeposisi).
5. Bahan Pewangi/ Bibit Parfum
Keberadaan bahan
wangi ini sangat penting keberadaannya, sebab suatu deterjen dengan kualitas
baik , Harum & Disukai Pelanggan. Parfum untuk deterjen bentuknya cair
kekuning-kuningan. Pemilihan parfum ini sangat penting, karena biasanya konsum
Pemutih wajah
Hampir semua
perempuan wanita ingin memiliki kulit wajah yang putih dan bersinar. Untuk
mewujudkan
keinginannya itu,
banyak dari mereka yang tidak segan-segan bereksperimen menggunakan beragam
produk pemutih
wajah. Menurut dokter spesialis penyakit kulit dan kelamin Eddy Karta, jika
Anda ingin
memutihkan kulit
yang aman, pergilah ke dokter ahli. Namun, jika Anda memilih menggunakan produk
pemutih,
bersiaplah menghadapi efek negatifnya.
Sayangnya, lebih
banyak perempuan Indonesia yang memilih memutihkan kulit dengan menggunakan
produk pemutih
yang tersedia di pasar. Padahal, banyak hasil penelitian dan peringatan yang
menyebutkan
bahwa penggunaan
pemutih wajah bisa memberikan dampak yang buruk pada kesehatan kulit, mulai
dari
iritasi, hingga yang
paling berbahaya, memicu terjadinya kanker kulit.
Beberapa
kandungan pemutih yang dianggap berbahaya dan telah ditolak BPOM antara lain
merkuri
(Hg), zat warna
berbahaya (Rhodamine B pewarna tekstil), cloquinol, dan vioform.
Kandungan merkuri
inorganik dalam krim pemutih disebutkan Eddy bisa menimbulkan keracunan bila
digunakan untuk
waktu lama. Meskipun hanya dioleskan ke permukaan kulit, merkuri mudah diserap
masuk
ke dalam darah,
masuk sistem saraf tubuh, sehingga menimbulkan keracunan kulit, serta gangguan
sistem saraf,
seperti tremor, insomnia, kepikunan, autis, gangguan penglihatan, gerakan
tangan
abnormal
(ataxia), dan gangguan emosi.
"Apalagi,
kandungan merkuri yang masuk dalam tubuh itu sangat sulit dibuang. Merkuri
hanya bisa
dibuang setelah
selama 27 tahun mengendap di tubuh," ujar Eddy. Selepas beberapa kandungan
tersebut
dilarang, para
produsen pemutih kulit mulai mengaplikasikan kandungan baru yang dianggap lebih
aman seperti AHA,
hydroquinone, kojic acid, fennel, willow bark dan VCPMG dan tretinoin. Ada juga
pemutih yang
menggunakan zat glycolic acid, dan retinol.
Namun, kandungan
zat tersebut pun harus dibatasi jumlahnya. Dosis hydroquinone yang diizinkan
saat
ini misalnya,
maksimal hanya 2%, sementara tretinoin lazimnya 0,05% untuk produk pemutih
cair, dan
0,1% krim, dan
0,25% untuk gel.
Memilih produk
pemutih yang aman
Lihat kandungan
dan dosis zat kimia dalam produk tersebut, apakah cukup aman untuk kulit atau
tidak.
Perhatikan jenis
produknya. Pada dasarnya penggunaan produk pemutih juga tergantung dari jenis
kulit Anda. Jika
kulit Anda kering, maka sebaiknya gunakan pemutih berbentuk krim, sedangkan
jika
kulit Anda
berminyak, maka gunakan pemutih jenis lotion.
Sebelum
menggunakannya di wajah, tes dulu di belakang telinga Anda. Karena daerah
inilah yang
memiliki indikasi
jenis kulit yang sama dengan kulit wajah. Jangan mencobanya di punggung tangan
seperti yang
selama ini banyak diinformasikan. Karena jenis kulit tangan berbeda dengan
jenis kulit
wajah.
Pilihlah pemutih
yang tidak menggunakan parfum atau pengharum, bagi Anda yang alergi akan
sesuatu.
Jangan pernah
menggunakan produk pemutih yang berbahan dasar zat kimia lebih dari tiga bulan.
Karena setelah
melewati tahap tersebut, proses regenerasi atau perbaikan kulit akan lebih
sulit.
Pemakaian produk
pemutih hanya untuk mengembalikan kulit yang menghitam karena terkena sinar
matahari atau
karena kehamilan (melasma, atau berubah warna karena kulit mengembang).
Jika kadar
kandungan zat tersebut melebihi dosis, bisa berbalik merusak kulit. Misalnya,
kandungan
hydroquinone
berlebihan bisa meng-akibatkan kanker kulit. Ibarat api, kecil menjadi teman,
namun
ketika besar bisa
menjadi lawan. Yang paling penting adalah pemakaian produk pemutih berbahan
kimia
tertentu jangan
pernah melewati batas waktu selama tiga bulan. Karena jika masa tersebut
terlewati, selain
akan menjadi ketergantungan, efeknya pun akan lebih besar bagi kulit.
Hal itu terjadi
karena kerja pertama pemutih kulit adalah menghancurkan epidermis atau lapisan
kulit teratas
dari wajah. Krim pemutih juga sering dipakai untuk menghilangkan flek-flek
hitam akibat
terlalu sering
terpanggang matahari. Namun, jika krim ini bertabrakan dengan sinar matahari
dapat
menimbulkan
iritasi atau malah membuat kulit semakin hitam.
Perhatikan jenis kulit
Sebelum
memutuskan menggunakan produk pemutih, sebaiknya Anda mengenali jenis kulit
Anda. Menurut
Eddy, jenis kulit
juga menentukan tingkat efektivitas pemakaian produk pemutih dan efek yang
ditimbulkannya.
Bagi Anda yang memiliki jenis kulit kering, sebaiknya menggunakan produk
pemutih
berbentuk krim,
sedangkan untuk kulit berminyak pilihlah produk pemutih yang berbentuk lotion.
Selain jenis
kulit, Eddy juga menyebutkan sebaiknya pilihlah produk pemutih yang menggunakan
kandungan alami
yang pastinya akan lebih aman bagi kulit, seperti pemutih yang menggunakan
kandungan
vitamin C. Produk
semacam ini sudah banyak dipasarkan, misalnya produk terbaru dari Garnier Skin
Naturals yang produknya mengandung liquid lemon
essence.
Menurut General Manager Commercial Product
Division PT Loreal Indonesia Benoit Julia, lemon
dipilih sebagai bahan dasar utama produk
Garnier Skin Natural, karena mengandung lebih banyak vitamin C
per gramnya dibandingkan jenis buah lain
dalam kategori keluarga jeruk. Sejak dulu, lemon juga
sering digunakan oleh masyarakat
tradisional untuk mengatasi masalah gusi berdarah dan pemutih.
Bahkan, jus lemon juga banyak digunakan
untuk menghilangkan noda pada pakaian dan bleaching rambut bagi
para perempuan Eropa.
Yang terpenting, menurut Benoit, kandungan
lemmon dalam Garnier Skin Naturals dikemas dengan
teknologi alami untuk menjaga kemurnian
vitamin dan elemen aslinya. Eddy juga menyatakan selama ini
kandungan Vitamin C dalam pemutih merupakan
kandungan yang paling aman dibandingkan zat lainnya.
Vitamin C juga cenderung minim menimbulkan
efek iritasi pada pemakainya.
No comments:
Post a Comment