Tradisi dan Folklor - Review Gadget Terbaru Fajar Nugraha Wahyu

Breaking

Tuesday, 19 June 2012

Tradisi dan Folklor


tra.di.si
[n] (1) adat kebiasaan turun-temurun (dr nenek moyang) yg masih dijalankan dl masyarakat; (2) penilaian atau anggapan bahwa cara-cara yg telah ada merupakan yg paling baik dan benar: perayaan hari besar agama itu janganlah hanya merupakan -- , haruslah dihayati maknanya

Pengertian Folklor
Kata Folklor berasal dari bahasa Inggris yaitu Folk dan Lore.Kata Folk berarti sekelompok orang yang memiliki ciri-ciri pengenal fisik,sosial dan kebudayaan sehingga dapat dibedakan dari kelompok-kelompok sosial lainnya. Kata Lore merupakan tradisi dari Folk yaitu sebagai kebudayaan yang diwariskan secara lisan atau melalui suatu contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat bantu pengingat.
Dengan demikian, pengertian folklor adalah bagian dari kebudayaan yang disebarkan dan diwariskan secara tradisional, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan gerak Isyarat atau alat bantu pengingat.
Secara keseluruhan, Folklor merupakan istilah umum untuk aspek material,spiritual,dan verbal dari suatu kebudayaan yang disampaikan secara moral melalui pengamatan atau peniruan.
Ada 4 fungsi Foklor, antara lain :
  1. Foklor sebagai sistem Proyeksi, yaitu sebagai alat pencerminan angan-angan suatu kelompok.
  2. Foklor sebagai alat pengesahan pranata-pranata dan lembaga-lembaga kebudayaan
  3. Foklor sebagai alat pendidikan anak anak.
  4. Foklor sebagai alat pemaksa dan penggagas norma-norma agar masyarakat selalu mematuhinya.
Ciri-ciri pengenal utama Foklor,antara lain :
  • Penyebaran dan pewarisannya biasanya dilakukan secara lisan yaitu melalui tutur kata dari mulut ke mulut dari satu generasi ke genersi berikutnya.
  • Bersifat tradisional yaitu disebarkan dalam bentuk relatif tetap atau dalam bentuk standar.
  • Berkembang dalam versi yang berbeda-beda. Hal ini dikarenakan penyebarannya secara lisan sehingga folklor mudah mengalami perubahan, akan tetapi bentuk dasarnya tetap bertahan.
  • Bersifat anonim artinya pembuatannya sudah tidak diketahui lagi.
  • Biasanya mempunyai bentuk berpola,kata-kata pembukannya misalnya “ menurut Sahibul Hikayat…(menurut yang empunya cerita)”
  • Mempunyai manfaat dalam kehidupan kolektif. Cerita rakyat misalnya berguna sebagai alat pendidikan,pelipur lara,protes sosial, dan cerminan keinginan terpendam.
  • Bersifat pralogis artinya memiliki logika sendiri yang tidak sesuai dengan logika umum,terutama untuk folklor lisan.
  • Menjadi milik bersama (collective) dari masyarakat tertentu
  • Pada Umumnya bersifat lugu atau polos sehingga sering kali kelihatannya kasar atau terlalu sopan, karena merupakan proyeksi (cerminan) emosi manusia yang jujur.
Jan Harold Brunvand membagi Folklor menjadi 3 kelompok besar berdasarkan tipenya, yaitu :
  1. Folklor Lisan
  2. Folklor sebagaian lisan
  3. Folklor bukan lisan
  • Folklor Lisan
Foklor Lisan yaitu Folklor yang bentuknya murni lisan, Folklor jenis ini dikenal juga sebagai fakta mental (mentifact) yang meliputi sebagai berikut :
  1. Bahasa Rakyat, seperti logat bahasa (dialek),slang,bahasa tabu,anomatis,dan lain sebagainya.
Contoh :
Dialek Surabaya atau lebih sering dikenal sebagai bahasa Suroboyoan adalah sebuah dialek bahasa Jawa yang dituturkan di Surabaya dan sekitarnya. Dialek ini berkembang dan digunakan oleh sebagian masyarakat Surabaya dan sekitarnya. Secara struktural bahasa, bahasa Suroboyoan dapat dikatakan sebagai bahasa paling kasar. Meskipun demikian, bahasa dengan tingkatan yang lebih halus masih dipakai oleh beberapa orang Surabaya, sebagai bentuk penghormatan atas orang lain. Namun demikian penggunaan bahasa Jawa halus (madya sampai krama) di kalangan orang-orang Surabaya kebanyakan tidaklah sehalus di Jawa Tengah terutama Yogyakarta dan Surakarta dengan banyak mencampurkan kata sehari-hari yang lebih kasar.
Orang Surabaya lebih sering menggunakan partikel “rek” sebagai ciri khas mereka. Partikel ini berasal dari kata “arek”, yang dalam dialek Surabaya menggantikan kata “bocah” (anak) dalam bahasa Jawa standar. Partikel lain adalah “seh” (e dibaca seperti e dalam kata edan), yang dlam bahasa Indonesia setara dengan partikel “sih”.
Orang Surabaya juga sering mengucapkan kata “titip” secara /tetep/, dengan i diucapkan seperti /e/ dalam kata “edan”; dan kata “tutup” secara /totop/ dengan u diucapkan seperti /o/ dalam kata “soto”. Selain itu, vokal terbuka sering dibuat hambat, seperti misalnya: “kaya” (=seperti) lebih banyak diucapkan /koyo? daripada /k@y@/, kata “isa” (=bisa) sering diucapkan /iso/ daripada /is@/.
Beberapa kosa kata khas Suroboyoan:
·          
o     
      • “Pongor, Gibeng, Santap, Waso (istilah untuk Pukul atau Hantam);
      • “ae” berarti “saja” (bahasa Jawa standar: wae);
      • “gak” berarti “tidak” (bahasa Jawa standar: ora);
      • “arek” berarti “anak” (bahasa Jawa standar: bocah);
      • “mari” berarti “selesai”;(bahasa Jawa standar: rampung); acapkali dituturkan sebagai kesatuan dalam pertanyaan “wis mari tah?” yang berarti “sudah selesai kah?” Pengertian ini sangat berbeda dengan “mari” dalam Bahasa Jawa Standar. Selain petutur Dialek Suroboyoan, “mari” berarti “sembuh”
      • “mene” berarti “besok” (bahasa Jawa standar: sesuk);
“maeng” berarti tadi.
  1. Ungkapan tradisional, seperti pribahasa dan sindiran
Contoh :
No.
Pribahasa ( Bhs.Jawa)
Makna
1.
Cebol nggayuh lintang ( kekarepan kang mokal bakal kelakon)
Keinginan yang baik akan terlaksana
2.
Emprit abuntut bedhug (Perkara sing maune sepele dadi gedhe)
Perkara yang tadinya kecil menjadi besar
3.
Endhas pethak ketiban empyak (wong kang bola-bali nemu cilaka)
Orang yang sering tertimpa celaka
4.
Kacang ora ninggal lanjaran (kebiyasakane anak niru wong tuwane)
Kebiasaan anak meniru orang tuanya
5.
Kaya banyu karo lenga (Wong kang ora bisa rukun)
Orang yang tidak bisa rukun
  1. Pertanyaan tradisional yang dikenal sebagai teka-teki
Contoh :
  1. Urang sapikul matane pira ? (ana 6,Urang,sapi,kul)
  2. Sega sakepel dirubung tinggi,apa ? (salak)
  3. Ana gajah numpak becak,kethok apane ? (kethok mbujuke)
  4. Ngarep ireng,mburi ireng sing tengah methetheng,apa ? (wong mikul areng)
  5. Dikethok malah dhuwur,apa ? (celana)
  6. Kewan apa : sirahe ning sikil,mripate ning sikil,irunge ning sikil,cangkeme ning sikil,pokoke kabeh ning sikil ? (anak pitik kephindak)
  7. Pitik walik saba kebon. (nanas)
  8. Ana tulisan Arab. Macane saka ngendi? (saka alas)
  9. Yen cilik dadi kanca,yen gede dadi mungsuh ? (Geni)
  10. Lampu apa nek di pecah metu uwonge ? (Lampune toko sing lagi ditutup)
  1. Sajak dan puisi rakyat,seperti pantun dan syair.
Contoh :
Dhandhang Gula
Wardining kang sasmitajinarwi
Wruhing kukum iku wetekira
Adoh marang kanisthane
Pamicara Punika
Weh reseping sagung miyarsi
Tata krama punika
Ngedohaken penyendhu
Kagunan boga,dene kelakuan becik
Weh rahayuning anagga
  1. Cerita Prosa Rakyat,seperti mite,legenda dan dongeng.
Contoh : Ajisaka,Malin Kundang,Timun mas,keong mas,lutung kasarung,tanjung menangis, karang bolong,telaga bidadari,dll
AJI SAKA

Dahulu kala, ada sebuah kerajaan bernama Medang Kamulan yang diperintah oleh raja bernama Prabu Dewata Cengkar yang buas dan suka makan manusia. Setiap hari sang raja memakan seorang manusia yang dibawa oleh Patih Jugul Muda. Sebagian kecil dari rakyat yang resah dan ketakutan mengungsi secara diam-diam ke daerah lain.
Di dusun Medang Kawit ada seorang pemuda bernama Aji Saka yang sakti, rajin dan baik hati. Suatu hari, Aji Saka berhasil menolong seorang bapak tua yang sedang dipukuli oleh dua orang penyamun. Bapak tua yang akhirnya diangkat ayah oleh Aji Saka itu ternyata pengungsi dari Medang Kamulan. Mendengar cerita tentang kebuasan Prabu Dewata Cengkar, Aji Saka berniat menolong rakyat Medang Kamulan. Dengan mengenakan serban di kepala Aji Saka berangkat ke Medang Kamulan.
Perjalanan menuju Medang Kamulan tidaklah mulus, Aji Saka sempat bertempur selama tujuh hari tujuh malam dengan setan penunggu hutan, karena Aji Saka menolak dijadikan budak oleh setan penunggu selama sepuluh tahun sebelum diperbolehkan melewati hutan itu.
Tapi berkat kesaktiannya, Aji Saka berhasil mengelak dari semburan api si setan. Sesaat setelah Aji Saka berdoa, seberkas sinar kuning menyorot dari langit menghantam setan penghuni hutan sekaligus melenyapkannya.
Aji Saka tiba di Medang Kamulan yang sepi. Di istana, Prabu Dewata Cengkar sedang murka karena Patih Jugul Muda tidak membawa korban untuk sang Prabu.
Dengan berani, Aji Saka menghadap Prabu Dewata Cengkar dan menyerahkan diri untuk disantap oleh sang Prabu dengan imbalan tanah seluas serban yang digunakannya.
Saat mereka sedang mengukur tanah sesuai permintaan Aji Saka, serban terus memanjang sehingga luasnya melebihi luas kerajaan Prabu Dewata Cengkar. Prabu marah setelah mengetahui niat Aji Saka sesungguhnya adalah untuk mengakhiri kelalimannya.
Ketika Prabu Dewata Cengkar sedang marah, serban Aji Saka melilit kuat di tubuh sang Prabu. Tubuh Prabu Dewata Cengkar dilempar Aji Saka dan jatuh ke laut selatan kemudian hilang ditelan ombak.
Aji Saka kemudian dinobatkan menjadi raja Medang Kamulan. Ia memboyong ayahnya ke istana. Berkat pemerintahan yang adil dan bijaksana, Aji Saka menghantarkan Kerajaan Medang Kamulan ke jaman keemasan, jaman dimana rakyat hidup tenang, damai, makmur dan sejahtera.
  1. Nyanyian Rakyat
Contoh :
Daerah
Judul Lagu
Nanggroe Aceh Darussalam
Sumatera Utara
Riau
Sumatera Barat
Jambi
Jawa
Madura
Tidung, Kalimantan Timur
  • Folklor sebagian lisan
Folklor sebagian lisan merupakan campuran antara unsur lisan dan bukan lisan.Folklor ini dikenal juga sebagai fakta sosial (sociofact), meliputi sebagai berikut :
  1. Kepercayaan dan takhayul
Contoh :
  • Kepercayaan sesajen di Bali
  • Takhayul tentang kunang kunang adalah kuku orang yang sudah meninggal
  • duduk di depan pintu sambil makan katanya gak dapet jodoh,dll

  1. Permainan dan hiburan rakyat setempat
Contoh : congklak, gasing, panjat pinang, engkle,dll
Permainan congkak
Permainan congkak dilakukan oleh dua orang. Dalam permainan mereka menggunakan papan yang dinamakan papan congkak dan 98 (14 x 7) buah biji yang dinamakan biji congkak atau buah congkak. Umumnya papan congkak terbuat dari kayu dan plastik, sedangkan bijinya terbuat dari cangkang kerang, biji-bijian, batu-batuan, kelereng atau plastik. Pada papan congkak terdapat 16 buah lobang yang terdiri atas 14 lobang kecil yang saling berhadapan dan 2 lobang besar di kedua sisinya. Setiap 7 lobang kecil di sisi pemain dan lobang besar di sisi kananya dianggap sebagai milik sang pemain.
Pada awal permainan setiap lobang kecil diisi dengan tujuh buah biji. Dua orang pemain yang berhadapan, salah seorang yang memulai dapat memilih lobang yang akan diambil dan meletakkan satu ke lobang di sebelah kanannya dan seterusnya. Bila biji habis di lobang kecil yang berisi biji lainnya, ia dapat mengambil biji-biji tersebut dan melanjutkan mengisi, bisa habis di lobang besar miliknya maka ia dapat melanjutkan dengan memilih lobang kecil di sisinya. bila habis di lubang kecil di sisinya maka ia berhenti dan mengambil seluruh biji di sisi yang berhadapan. Tetapi bila berhenti di lobang kosong di sisi lawan maka ia berhenti dan tidak mendapatkan apa-apa.
  1. Teater rakyat
Contoh : Lenong,Ludruk,Wayang,dll


  1. Tari rakyat
Contoh : Tari Piring,Tari Kecak,Tari Jaipong,dll


  1. Adat kebiasaan
Contoh : Tumpengan,Gotong royong,dll


  1. Upacara Tradisional
Contoh :
  • Upacara Pesta Laut
  • Upacara Panjang Jimat (Muludan)
  • Upacara Mengandung Empat Bulan
  • Upacara Mengandung Tujuh Bulan / Tingkeben
  • Upacara Mengandung Sembilan bulan
  • Upacara Reuneuh Mundingeun
  • Upacara Kelahiran
  • Upacara Memelihara Tembuni
  • Upacara Nenjrag Bumi
  • Upacara Puput Puseur
Accera Kalompoang merupakan upacara adat untuk membersihkan benda-benda pusaka peninggalan Kerajaan Gowa yang tersimpan di Museum Balla Lompoa. Inti dari upacara ini adalah allangiri kalompoang, yaitu pembersihan dan penimbangan salokoa (mahkota) yang dibuat pada abad ke-14. Mahkota ini pertama kali dipakai oleh Raja Gowa, I
  1. Pesta Rakyat Tradisional
Contoh : Ondel-ondel
Salah satu bentuk pertunjukan rakyat Betawi yang sering ditampilkan dalam pesta-pesta rakyat adalah ondel-ondel. Nampaknya ondel-ondel memerankan leluhur atau nenek moyang yang senantiasa menjaga anak cucunya atau penduduk suatu desa.
Ondel-ondel yang berupa boneka besar itu tingginya sekitar ± 2,5 m dengan garis tengah ± 80 cm, dibuat dari anyaman bambu yang disiapkan begitu rupa sehingga mudah dipikul dari dalarnnya. Bagian wajah berupa topeng atau kedok, dengan rambut kepala dibuat dari ijuk. Wajah ondel-ondel laki-laki di cat dengan warna merah, sedang yang perempuan dicat dengan warna putih. Bentuk pertunjukan ini banyak persamaannya dengan yang terdapat di beberapa daerah lain.
Semula ondel-ondel berfungsi sebagai penolak bala atau gangguan roh halus yang gentayangan. Dewasa ini ondel-ondel biasanya digunakan untuk menambah semarak pesta- pesta rakyat atau untuk penyambutan tamu terhormat, misainya pada peresmian gedung yang baru selesai dibangun. Betapapun derasnya arus modernisasi, ondel-ondel ternyata masih tetap bertahan dan menjadi penghias wajah kota metropolitan Jakarta.
  • Folklor bukan Lisan
Folklor bukan lisan yaitu yang bentuknya bukan lisan walaupun cara pembuatannya diajarkan secara lisan. Folklor bukan lisan dibagi menjadi 2 yaitu material dan nonmaterial.
  1. Material
  • Arsitektur bangunan Rumah yang tradisional
Contoh : Rumah Joglo,Rumah Panjang,Rumah Panggung,dll
  • Seni kerajinan tangan tradisional
Contoh :
Seraong
Topi berbentuk lebar yang biasa digunakan untuk bekerja di ladang atau untuk menahan sinar matahari dan hujan. Kini banyak diolah seraong-seraong ukuran kecil untuk hiasan rumah tangga.
Bening Aban
Alat untuk memanggul anak yang hanya terdapat pada masyarakat suku Dayak Kenyah. Alat ini terbuat dari kayu yang biasanya dihiasi dengan ukiran atau dilapisi dengan sulaman manik-manik serta uang logam.
  • Pakaian dan perhiasan adat
  • Obat-obatan Tradisional
Contoh : Jamu Kudu Laos, Jamu Uyup-uyup/Gepyokan, Jamu Cabe Puyang, Jamu Kunir Asam
Jamu beras kencur
Jamu beras kencur dipercaya dapat menghilangkan pegal-pegal pada tubuh. Dengan membiasakan minum jamu beras kencur, tubuh akan terhindar dari pegal-pegal dan linu yang biasa timbul bila bekerja terlalu payah. Selain itu, banyak pula yang berpendapat bahwa jamu beras kencur dapat merangsang nafsu makan, sehingga selera makan meningkat dan tubuh menjadi lebih sehat.
Bahan baku
Dalam pembuatan jamu beras kencur, terdapat beberapa variasi bahan yang digunakan, namun terdapat dua bahan dasar pokok yang selalu dipakai, yaitu beras dan kencur. Kedua bahan ini sesuai dengan nama jamu, dan jamu ini selalu ada meskipun komposisinya tidak selalu sama di antara penjual jamu. Bahan-bahan lain yang biasa dicampurkan ke dalam racikan jamu beras kencur adalah biji kedawung, rimpang jahe, biji kapulogo, buah asam, kunci, kayu keningar, kunir, jeruk nipis, dan buah pala. Sebagai pemanis digunakan gula merah dicampur gula putih dan seringkali mereka juga mencampurkan gula buatan.
Cara pengolahan
Pada umumnya tidak jauh berbeda, yaitu direbus dan dibiarkan sampai dingin, kemudian disediakan sesuai kebutuhan. Mula-mula beras disangan, selanjutnya ditumbuk sampai halus. Bahan-bahan lain sesuai dengan komposisi racikan ditumbuk menggunakan lumpang dan alu besi atau batu. Kedua bahan ini kemudian dicampur, diperas, dan disaring dengan saringan atau diperas melalui kain pembungkus bahan. Sari perasan bahan dicampurkan ke dalam air matang yang sudah tersedia, diaduk rata. Selanjutnya dimasukkan ke dalam botol-botol
  • Makanan dan minuman khas daerah
Contoh :
No
Daerah
Makanan
Minuman
1.
Makassar
Coto Makassar, palu basa, palu butung, palu mara, sop sodara, Mie Yanto, nyuknyang, jalangkote, putu, kacang disko, mie TiTi, pisang epe, ikan bakar, sop konro
Es Palubutung, es pisang ijo
2.
Malang
Angsle, Bakwan Malang, Puthu Lanang, Rujak Cingur,Tahu Thek, Nasi Mawut, Cwie Mie Malang
STMJ,Ronde,Es Mocca, Es Duren
3.
Solo
Timlo, Nasi Liwet, Garang Asem, Srabi Notosuman, Cabuk Rambak, Tengkleng, Selat Solo, Sate Buntel, Nasi Langgi, Sambel Tumpang, Tahu Kupat, Bakmi Ketoprak, Soto Gading, Gule Goreng, Roti Mandarin, Abon Varia, Intip Goreng, Bubur Kacang Ijo, Usus Goreng, Sosis Solo, Tongseng, Roti Kecik, Roti Semir, Semar Mendhem, Jadah Blondo, Karak, Tahu Acar, Ampyang, Carang Gesing
Dawet Ayu, Wedang Dongo, Gempol Plered, Es Puter, Kawis Cao, Beras Kencur, Serbat
4.
Tegal
tahu aci, tahu pletok, pilus, kerupuk antor, kacang bogares, soto tauco, martabak lebaksiu, kerupuk mie, lengko
teh poci, teh gopek, teh botol sosro, dawet beras&aci
  1. Nonmaterial
Yang termasuk folklor bukan lisan nonmaterial antara lain sebagai berikut :
  • Gerak Isyarat Tradisional
  • Bunyi Isyarat
Contoh : Kentongan (Jawa)



No comments:

Post a Comment