BORAT, BO, B4O, BO.
A. Nama dan Rumus Kimia Senyawa Borat
Asam borat (4 : 49)
Nama
resmi : Acidum boricum
Nama
lain : Asam borat
RM
/ BM : H3BO3 / 61,83
Pemberian : Hablur, serbuk
hablur putih atau sisik
mengkilap, tidak berwarna, kasar,
tidak berbau, rasa agak asam dan
pahit kemudian manis.
Kelarutan : Larut dalam 20
bagian air , dalam 3
bagian air mendidih , dalam 16 bagian
etanol (95 %) P dan dalam 5 bagian
gliserol P.
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup
baik
Khasiat : Antiseptikum
ekstern
B. Persenyawaan
Asam Borat
Borat-borat
diturunkan dari ketiga asam borat: asam ortoborat, H3BO3;
asam piroborat, H2B4O7; dan asam metaborat,
HBO2. Asam ortoborat adalah zat padat kristalin yang putih, yang
sangat sedikit larut dalam air dingin, tetapi lebih larut dalam air panas;
garam-garam dari asam ini sangat sedikit yang diketahui dengan pasti. Asam
ortoborat yang dipanaskan pada 100°, akan diubah menjadi asam
metaborat; pada 140° dihasilkan asam piroborat. Kebanyakan garam ini diturunkan
dari asam meta dan piro. Disebabkan oleh lemahnya asam borat, garam-garam yang
larut terhidrolisis dalam larutan, dan karenanya bereaksi basa.
BO + 3H2O H3BO3
+ 3OH-
B4O + 7H2O 4H3BO + 20H-
B4O + 7H2O 4H3BO + 20H-
BO +
2H2O H3BO3
+ OH-
Kelarutan
Borat dari
logam-logam alkali mudah larut dalam air. Borat logam-logam lainnya umumnya
sangat sedikit larut dalam air, tetapi cukup larut dalam asam-asam dan dalam
larutan amonium klorida.
C. Identifikasi
Senyawa Borat
Untuk
mempelajari reaksi-reaski ini, pakailah larutan natrium tetraborat (natrium
piroborat, boraks) Na2B4O7.10H2O,
0,1M.
1.
Asam sulfat
pekat: tak terjadi sesuatu kerja yang dapat dilihat dalam daan dingin,
meskipun asam ortoborat, H3BO3, dibebaskan. Namun, ika
dipanaskan, asap putih asam borat dilepaskan. Jika asam klorida pekat imbahkan
kepada larutan boraks yang pekat, asam borat mengendap:
Na2B4O7
+ H2SO4 + 5H2O → 4H3BO3
↑ + 2Na+ + SO
Na2B4O7 + 2HC1 + 5H2O
→ 4H3BO3 ↓ + 2Na+ + 2C1-
2.
Asam sulfat pekat
dan alkohol (uji nyala
api) Jika
sedikit boraks dicampurkan dengan
1 ml asam sulfat pekat dan 5 ml metanol atau etanol (yang pertama lebih disukai
karena lebih mudah menguap) dalam sebuah cawan porselen kecil, dan alkohol ini
dinyalakan; alkohol akan terbakar dengan nyala yang pinggirannya hijau,
disebabkan oleh pembentukan metil borat B(OCH3)3 atau
etil borat B(OC2H5)3. Kedua ester ini beracun.
Garam tembaga dan barium mungkin memberi nyala hijau yang serupa. Modifikasi yang
berikut dari uji ini, yang tergantung pada sifat boron trifluorida, BF3,
yang lebih mudah menguap, dapat dipakai dengan adanya senyawa tembaga dan
barium; zat-zat ini tak membentuk
senyawa-senyawa yang mudah menguap pada kondisi-kondisi eksperimen yang disebut
di bawah. Campurlah dengan seksama borat dengan kalsium fluorida yang telah
dijadikan bubuk dan sedikit asam sulfat pekat, dan bawa sedikit dari pasta yang
terjadi tersebut di atas cincin dari kawat platinum, atau pada ujung batang
kaca, sampai dekat ekali ke tepi bagian dasar nyala Bunsen tanpa benar-benar
menyentuhnya; boron trifluorida yang mudah menguap terbentuk, dan mewarnai
nyala nenjadi hijau.
H3BO3
+ 3CH3OH → B(OCH3)3 ↑ + 3H2O
Na2B4O7
+ 6CaF2 + 7H2SO4 → 4BF3 ↑ + 6CaSO4
+ 2Na+ + SO + 7H2O
Reaksi ini boleh disesuaikan sebagai
uji-bercak dengan cara berikut. Metil borat disuling dan dialirkan ke dalam
larutan air yang mengandung kalium fluorida, mangan(II) nitrat, dan perak
nitrat. Ester ini akan dihidrolisis oleh air menjadi asam borat:
B(OCH3)3
↑ + 3H2O → H3BO3 + 3CH3OH
Asam borat ini bereaksi dengan alkali
fluorida membentuk suatu boron fluorida, dan membebaskan basa alkali bebas:
H3BO3 + 4F- →
[BF4]- + 3OH-;
basa alkali bebas ini lalu diidentifikasi
dari terbentuknya endapan hitam dengan larutan mangan(II) nitrat-perak nitrat.
Mn2+ + 2Ag+ + 4OH- → MnO2
↓ + 2Ag ↓ + 2H2O
Taruh setetes larutan uji yang basa dalam
alat penyuling dari Gamb. II.59, dan uapkan sampai kering. Tambahkan 5 tetes
asam sulfat pekat dan 5 tetes metanol murni, sumbat alat ini, dan panaskan
sampai 80°C dalam penangas air. Tampung metil borat
yang menyuling keluar dalam sebuah krus porselen mikro, yang dilapisi lilin
(wax) sebelah dalamnya, dan mengandung kira-kira 1 ml reagensia. Terbentuk
endapan hitam. Untuk borat dalam jumlah yang sedikit sekali, sebaiknya
tambahkan beberapa tetes larutan benzidina asetat dan dengan demikian runutan
mangan dioksida dapat dideteksi dari warna biru yang dihasilkan. (BAHAYA: REAGENSIA
INI DAPAT MENIMBUL-KAN KANKER (KARSINOGENIK).
Kepekaan: 0,01 g B. Batas konsentrasi: 1 dalam
5.000.000.
Reagensia (suatu larutan mangan(II)
nitrat-perak nitrat yang mengandung kalium fluorida) dibuat sebagai berikut.
Larutkan 2,87 g mangan(II) nitrat dan 1,69 g perak nitrat dalam 100 ml air, tambahkan
setetes alkali encer dan saring larutan dari endapan hitam. Olah filtrat dengan
larutan 3.5 kalium fluorida dalam 50 ml air, akan terbentuk endapan putih yang
setelah dipanaskan menjadi abu-abu dan hitam. Didihkan, saring, dan pakai
larutan yang jernih ini sebagai reagensia.
3.
Uji kertas kunyit (turmerik) Jika sehelai kertas kunyit dicelup ke dalam larutan suatu
borat yang diasamkan dengan asam klorida encer, lalu dikeringkan pada 100°,
kertas ini menjadi coklat-kemerahan. Kertas dikering-kan paling sederhana
dengan melilitkannya sekeliling sisi luar dekat tepi mulut suatu tabung-uji
yang mengandung air, dan mendidihkan air itu selama 2 – 3 menit. Setelah kertas
dibasahi dengan larutan natrium hidroksida encer, kertas menjadi hitam-kebiruan
atau hitam-kehijauan. Kromat, klorat, nitrit, iodida, dan zat-zat pengoksid
lain mengganggu, karena aksinya yang memutihkan kunyit itu.
4.
Larutan perak nitrat: endapan putih perak metaborat, AgBO2, dari larutan boraks yang
cukup pekat, yang larut baik dalam larutan amonia encer maupun dalam asam
asetat. Dengan mendidihkan endapan dengan air, endapan dihidrolisis sempurna,
dan diperoleh endapan coklat perak oksida. Endapan coklat perak oksida
dihasilkan langsung dalam larutan-larutan yang sangat encer.
B4O + 4Ag+
+ H20 4AgBO2
↓ + 2H+
2AgBO2 ↓
+ 3H2O → Ag2O ↓ + 2H3BO3
Asam
borat yang terbentuk dalam reaksi ini, praktis tak berdisosiasi.
5.
Larutan
barium klorida: endapan putih
barium metaborat, Ba(BO2)2, dari larutan-larutan yang
cukup pekat; endapan larut dalam reagensia berlebihan, dalam asam-asam encer,
dan dalam larutan garam-garam amonium. Larutan kalsium dan strontium klorida
bertindak serupa.
B4O + 2Ba2+
+ H2O → 2Ba(BO2)2 ↓ + 2H+
6.
Kerja oleh panas Boraks yang telah dijadikan bubuk, bila dipanaskan dalam tabung pijar, atau
di atas sebatang kawat platinum, akan mengembang banyak sekali, dan lalu
menyusut, meninggalkan suatu keping kaca yang tak berwarna dari garam
anhidratnya. Kaca ini mempunyai sifat melarutkan banyak oksida ketika
dipanaskan, dengan membentuk metaborat, yang sering mempunyai warna-warna yang
khas. Ini merupakan dasar dari uji manik boraks terhadap berbagai logam (lihat
Bagian II.2, reaksi 5).
7.
Reagensia
asam p-nitrobenzena-azo-kromotropat[1]
Borat
menyebabkan reagensia yang lembayung-biru menjadi biru-kehijauan. Uapkan
setetes larutan yang sedikit basa itu sampai kering dalam krus semimikro. Aduk
residu yang hangat dengan 2-3 tetes reagensia. Diperoleh warna biru-kehijauan
setelah didinginkan. Suatu uji blanko harus dilakukan berbarengan.
Kepekaan: 0,1 g B. Batas konsentrasi: 1 dalam
500.000.
Zat pengoksid dan fluorida mengganggu, yang
terakhir ini karena membentuk boronfluorida-boronfluorida. Zat-zat pengoksid,
termasuk nitrat dan klorat, dibuat tak mengganggu dengan menguapkan bersama
hidrazina sulfat padat, sedangkan fluorida dapat dihilangkan sebagai silikon
tetrafluorida dengan menguapkannya dengan asam silikat dan asam sulfat.
Perincian eksperimennya adalah sebagai
berikut. Olah 2 tetes larutan uji dalam krus porselen kecil dengan sedikit
hidrazina sulfat padat atau beberapa totol (titik) silika hasil pengendapan,
dan 1-2 tetes asam sulfat pekat, dan panaskan dengan hati-hati sampai timbul
asap asam sulfat. Tambahkan 3 – 4 tetes reagensia sementara
residu masih hangat, dan amati warna setelah mendingin.
Kepekaan: 0,25 g B, dengan adanyaKCIO3 atau KNO3
sejumlah 12.000 kali lipat dari jumlah tersebut; kepekaan adalah 0,5 g B dengan adanya NaF sebanyak
2.500 kali lipat dari jumlah tersebut.
Reagensia terdiri dari larutan Kromotrop 2B
0,005 persen dalam asam sulfat pekat.
8.
Uji biru manitol-bromotimol Asam borat bertindak sebagai asam monobasa sangat
lemah (Ka = 5,8 x 10-10), tetapi setelah
ditambahkan senyawa-senyawa polihidroksi organik tertentu, seperti manitol
(manit), gliserol, dekstrosa, atau gula inversi, asam ini diubah menjadi suatu
asam yang relative kuat, mungkin dari tipe:
Maka pH larutan menjadi
berkurang. Jadi, jika larutan pada mulanya hampir netral terhadap, misalnya,
biru (hijau) bromotimol, lalu setelah ditambahkan manitol, warnanya menjadi
kuning. Sebaiknya, bila kita menguji terhadap borat yang jumlahnya sangat
sedikit, kita kristalkan-ulang manitol itu dari larutan yang telah dinetralkan
terhadap biru bromotimol, lalu mencucinya dengan aseton murni dan
mengeringkannya pada 100°. Reagensia (larutan
manitol 10 persen dalam air) juga dinetralkan dengan larutan kalium hidroksida
0,01M, dengan memakai biru bromotimol (larutan 0,04 persen dalam etanol 96 persen)
sebagai indikator. Hanya periodat yang mengganggu uji ini: ia dapat diuraikan
dengan pemanasan di atas arang.
Jadikan larutan uji hampir netral terhadap
biru bromotimol dengan mengolahnya dengan asam encer atau alkali encer (menurut
keperluan) sampai indikator itu berubah menjadi hijau. Taruh beberapa tetes
larutan uji dalam sebuah tabung-uji mikro, dan tambahkan beberapa tetes larutan
reagensia. Diperoleh pewarnaan kuning bila ada borat. Sebaiknya lakukan
berbarengan suatu uji blanko dengan air suling.
Kepekaan: 0,001 ug B. Batas konsentrasi: 1 dalam
30.000.000.
D. Manfaat
Senyawa Asam Borat
Asam Borat (H3BO3) adalah
senyawa berwarna putih, tidak berbau dan terdapat dalam berbagai bentuk baik
berbentuk kristal, granular, dan bubuk. Asam Borat banyak digunakan untuk
industri gelas, keramik, elektronik, farmasi dan fotografi.
Asam borat (H3BO3) merupakan asam organik lemah
yang sering digunakan sebagai antiseptik, dan dapat dibuat dengan menambahkan
asam sulfat (H2SO4) atau asam khlorida (HCl) pada boraks.
Asam borat juga sering digunakan dalam dunia pengobatan dan kosmetika.
Misalnya, larutan asam borat dalam air (3%) digunakan sebagai obat cuci mata
dan dikenal sebagai boorwater.
Asam borat juga digunakan sebagai obat kumur, semprot hidung, dan salep luka
kecil. Namun, ingat, bahan ini tidak boleh diminum atau digunakan pada luka
luas, karena beracun ketika terserap masuk dalam tubuh.
F. Mudarat Senyawa Asam Borat
Borat adalah senyawa kimia natrium tetrabonat (NaB4O7),
berbentuk padat jika terlarut dalam air akan menjadi natrium hidroksida dan
asam borat(H3BO3). Boraks ataupun asam borat memiliki
khasiat antiseptika. Pemakaiannya dalam obat-obatan seperti bedak,salep dll.
Dalam bentuk tidak murni, sebenarnya borat sudah diproduksi sejak tahun
1700, dalam bentuk air bleng. YLKI melalui Warta Konsumen (1991) melaporkan,
sekitar 86,49 persen sampel mi basah yang diambil di Yogyakarta, Semarang, dan
Surabaya mengandung asam borat (boraks). Lalu 76,9 persen mi basah mengandung
borat dan formalin secara bersama-sama! YLKI juga melaporkan adanya borat pada
berbagai jajanan di Jakarta Selatan. Padahal Pemerintah telah melarang
penggunaan borat per Juli 1979, dan dimantapkan melalui SK Menteri Kesehatan RI
No 733/Menkes/Per/IX/1988.
Dahulu borat pernah digunakan sebagai food additive namun akhirnya
dilarang di banyak negara termasuk di negara kita.Walaupun sudah dilarang,
ternyata orang kita masih banyak yang melanggarnya seperti para pedagang bakso
dan pengusaha mie basah.
Mengkonsumsi makanan yang mengandung borat memang tak sertamerta
berakibat buruk terhadap kesehatan. Tetapi borat yang sedikit ini akan diserap
dalam tubuh konsumen secara kumulatif. Selain melalui saluran pencernaan, borat
juga bisa diserap melalui kulit. Borat yang terserap dalam tubuh ini akan
disimpan secara akumulatif di dalam hati, otak, dan testes (buah zakar).
Berbeda dengan sodium nitrit yang bisa mematikan dengan hanya dosis
kecil, borat memerlukan dosis yang besar untuk menimbulkan akibat yang fatal.
Tapi borat bila dikonsumsi dengan dosis kecil secara terus menerus dan
dalam jangka waktu yang lama bisa berakibat buruk juga bagi tubuh.Konsumsi tiap
hari borat memungkinkannya terakumulasi dalam tubuh dan inilah bahayanya
karena borat baru hilang dari tubuh setelah berminggu minggu.
Kasus keracunan borat di LN pertama kali dilaporkan oleh JC Mc Walter di
tahun 1907. Dalam laporan tersebut ditemukan banyak anak kecil yang sariawan
kemudian diolesi campuran madu dan borat ternyata mengalami gejala kelainan
kulit, terjadi eritema erupsi, wajah tampak keriput.Setelah pengobatan di
hentikan, ternyata kondisi anak kembali membaik.
Penelitian menunjukkan bahwa didalam tubuh, kadar asam borat terbesar
ditemukan pada sistem saraf pusat/ otak dan cairan serebrospinal. Daya
toksitasnya adalah LD-50 akut 4,5-4,98 gr/kg berat badan (tikus). Dalam dosis
tinggi, borat di dalam tubuh manusia bisa menyebabkan gejala keracunan yang
muncul seperti pusing, badan malas, depresi delirium, muntah, diare dan kram
pada abdomen. Juga bisa menimbulkan kekejangan, koma, kolaps dan
sianosis. Liver adalah organ kedua yang ditemukan kandungan borat dalam
jumlah tinggi, setelah otak.
Pada anak kecil dan bayi, borat sebanyak 5 gram di dalam tubuhnya dapat
menyebabkan kematian. Sedangkan kematian pada orang dewasa terjadi jika
dosisnya mencapai 10-20 gram atau lebih.
Penting diketahui bahwa borat bisa masuk lewat selain mulut yaitu melalui
membran mukosa dan permukaan kulit yang luka. Skipworth pernah melaporkan bahwa
intokasikasi (keracunan) asam borat bisa terjadi gara-gara bedak tabur yang
mengandung borat.Karena itu bedak tabur untuk anak-anak disarankan tidak
mengandung asam borat lebih dari 5 persen. Dosis pada orang dewasa antar 15-20
gram, sedang pada anak anak 3-6 gram .
Keracunan borat tak dapat di obati karena memang tidak ada obat
penawarnya.Yang bisa dilakukan adalah korban ditolong dengan obat pencahar atau
dengan cuci lambung.(sumber Idha R.K)
No comments:
Post a Comment