A. STRUKTUR &
PERSENYAWAAN
Borat-borat
diturunkan dari ketiga asam borat: asam ortoborat, H3BO3;
asam piroborat, H2B4O7;
dan asam metaborat, HBO2. Asam ortoborat adalah zat
padat kristalin yang putih yang sedikit larut dalam air dingin, tetapi lebih
larut dalam air panas; garam-garam dari asam ini sangat sedikit diketahui dengan
pasti. Asam ortoborat yang dipanaskan 100 akan diubah menjadi asam metaborat dan pada
140 akan dihasilkan asam piroborat. Kebanyakan
garam ini diturunkan dari asam meta dan piro. Hal ini disebabkan oleh lemahnya
asam borat, garam-garam yang larut terhidrolisis dalam larutan dan karenanya bereaksi basa.
BO3 + 3H2O H3BO3 + 3OH
B4O7 + 7H2O
4H3BO3 + 2OH
BO2 + 2H2O H3BO3 + OH
Kelarutan Borat dari logam-logam
akali mudah larut dalam air. Borat dari logam-logam lainnya umumnya sangat sedikit larut dalam air, tetapi
cukup larut dalam asam-asam dan dalam larutan ammonium klorida.
Bentuk persenyawaan dari borat yaitu
boraks. Boraks memiliki struktur kimia yaitu Na2B4O7-10H2O, sodium
hidrat borat. Ia merupakan kelas dari karbonat dan subkelas dari borat. Boraks
adalah sebuah kompleks borat mineral yang ditemukan di danau dan lain
evaporites pantai deposito. Ia adalah berupa serbuk kristal putih, tidak
berbau, larut dalam air, tidak larut dalam alkohol dan memiliki pH 9,5. Berikut
adalah gambar dari struktur boraks:
Dasar struktur boraks
berisi rantai dari menyambungkan BO2(OH) segitiga dan BO3(OH)
bidang empat untuk rantai dari sodium dan air octahedrons. Spesimen
mineral yang paling tua dari boraks adalah berkapur/pucat putih dalam kaitan
dengan suatu reaksi kimia dari pengeringan. Mereka sebenarnya telah diubah (setidaknya
mereka pada permukaan) ke mineral tincalconite, Na2B4O7-5H2O,
dengan hilangnya air. Perubahan macam ini dari satu mineral ke yang
lain meninggalkan bentuk yang asli dari kristal itu. Minerologists mengacu pada
ini sebagai pseudomorph, atau “bentuk yang gadungan”, sebab tincalconite
mempunyai bentuk kristal dari predecessing boraks.
Boraks memiliki sifat
fisik yaitu sebagai berikut:
a. Warna
adalah putih jelas bersih..
b. Kilau
adalah seperti kaca..
c. Kristal
ketransparanan adalah transparan ke tembus cahaya..
d. Sistem
hablur adalah monoklin; 2/m Crystal Habits meliputi blocky ke kristal yang
seperti prisma/aneka warna dengan suatu potongan melintang [penyiku/ lapangan]
yang hampir. Juga besar(masive) dan [sebagai/ketika/sebab] kulit keras..
e. Perpecahan
sempurna di satu arah.
f. Belahan
adalah conchoidal.
g. Kekerasan
adalah 2 – 2.5 Specific Gravity adalah kira-kira 1.7 ( seluruh cahaya)
h. Warna
lapisan putih..
i.
Mineral yang sejenis adalah
kalsit, halit, hanksite, colemanite, ulexite dan garam asam bor yang lain.
j.
Karakteristik yang lain:
suatu rasa manis yang bersifat alkali, mengubah ke tincalconite berkapur/pucat
yang putih dengan pengeringan.
Borat atau boraks memiliki beberapa
manfaat diantaranya yaitu:
a.
Sebagai
bahan solder
b.
Bahan
pembersih
c.
Pengawet
kayu
d.
Antiseptik
kayu
e.
Pengontrol
kecoak
f.
Antiseptik
luar
g.
Digunakan
dalam dunia pengobatan dan kosmetika
Selain memiliki beberapa manfaat,
boraks juga dapat memiliki efek yang buruk jika digunakan dengan tidak sesuai,
yaitu sebagai bahan pencampur pada makanan. Hal ini seperti pada makanan
lontong yang digunakan sebagai pengeras, pada bakso sebagai pengenyal dan
pengawet, pada kecap sebagai pengawet, dan lain-lain. Mengkonsumsi
makanan yang mengandung boraks memang tidak serta berakibat buruk terhadap
kesehatan, tetapi boraks
akan menumpuk sedikit demi sedikit karena diserap dalam tubuh konsumen secara
kumulatif.
Seringnya
mengonsumsi makanan berboraks akan menyebabkan gangguan otak, hati, lemak, dan
ginjal. Dalam jumlah banyak, boraks menyebabkan demam, anuria (tidak terbentuknya
urin), koma, merangsang sistem saraf pusat, menimbulkan depresi, apatis,
sianosis, tekanan darah turun, kerusakan ginjal, pingsan, dan bahkan hingga berujung
kematian.
B. REAKSI
IDENTIFIKASI
Untuk mempelajar proses identifikasi
pada borat, dapat digunakan larutan natrium tetraborat (natrium piroborat,
boraks) Na2B4O7.10H2O,
0,1 M
1. Asam
Sulfat pekat
Tidak
terjadi reaksi yang dapat dilihat dalam keadaan dingin meskipun asam ortoborat,
H3BO3, dibebaskan. Namun, ketika dipanaskan asap putih
asam borat dilepaskan. Jika asam klorida pekat ditambahkan kepada larutan
boraks yang pekat, asam borat akan mengendap.
Na2B4O7
+ H2SO4 + 5H2O 4H3BO3
+ 2Na + SO4
Na2B4O7
+ 2HCl + 5H2OH3BO3
+ 2Na + 2Cl
2. Asam
Sulfat dan Alkohol (uji nyala api)
Jika
sedikit boraks dicampurkan dengan 1ml asam sulfat pekat dan 5ml metanol atau
etanol (yang pertama lebih disukai karena lebih mudah menguap) dalam sebuah
porselen kecil, dan alkohol ini dinyalakan; alkohol akan menyala yang
pinggirannya hijau disebabkan oleh pembentukan metil borat B(OCH)3
aau etil borat B(OC2H5)3.
Kedua ester ini beracun. Garam tembaga dan barium mungkin memberi nyala hijau
yang serupa. Modifikasi berikut dari uji ini yang tergantung pada sifat boron
triflourida, BF3, yang lebih mudah menguap dapat dipakai
dengan adanya senyawa tembaga dan barium; zat-zat ini tak membentuk
senyawa-senyawa yang mudah menguap pada kondisi-kondisi eksperimen yang disebut
dibawah. Campurlah dengan seksama borat dengan kalsium flourida yang telah
dijadikan bubuk dan sedikit asam sulfat pakat, dan bawa sedikit dari pasta yang
terjadi tersebut diatas cincin dari kawat platinum, atau pada ujung batang
kaca, sampai dekat sekali ke tepi bagian dasar nyala Bunsen tanpa benar-benar
menyentuhnya; boron triflourida yang mudah menguap terbentuk dan mewarnai nyala
menjadi hijau.
H3BO3
+ 3CH3OH B(OCH3)3
+ 3H2O
NaB4O7
+ 6CaF2 + 7H2SO4 4BF3
+ 6CaSO4 + 2Na + SO4 + 7H2O
Reaksi ini boleh disesuaikan sebagai
uji-bercak dengan cara berikut:
a. Metilborat
disuling dan dialirkan ke dalam larutan air yang mengandung kalium flourida,
mangan (II) nitrat, dan perak nitrat.
b. Ester
ini akan dihidrolisis oleh air menjadi asam borat:
B(OCH3)3
+ 3H2O H3BO3
+ 3CH3OH
Asam ini bereaksi
dengan alkali flourida membentuk suatu boron flourida dan membebaskan basa
alkali bebas:
H3BO3
+ 4F (BF4)
+ 3OH
basa alkali bebas ini
lalu diidentifikasi dari terbentuknya endapan hitam dengan larutan mangan (II)
nitrat-perak nitrat:
Mn
+ 2Ag + 4OH MnO2
+ 2Ag + 2H2O
Taruh setetes larutan uji yang
basa dalam alat penyuling dan uapkan sampai kering. Tambahkan tetes asam sulfat pekat dan 5 tetes metanol
murni, sumber alat ini, dan panaskan sampai 80 derajat dalam penganggas air. Tampung
metal borat yang menyuling keluar dalam sebuah krus porselen mikro yang
dilapisi lilin (wax) sebelah dalamnya, dan mengandung kira0kira 1ml reagensia.
Terbentuk endapan hitam. Untuk borat dalam jumlah yang sedikit sekali sebaiknya
ditambahkan beberapa tetes larutan benzidina asetat biru yang dihasilkan.
(BAHAYA : REAGENSIA INI DAPAT MENIMBULKAN KANKER DAN BERSIFAT KARSINOGENIK).
Kepekaan: 0,01 mg B. Batas
konsentrasi: 1 dalam 5.000.000
Reagensia (suatu larutan mangan (II)
nitrat-perak nitrat yang mengandung kalium flourida) dibuat sebagai berikut.
Larutkan 2,87 g mangan (II) nitrat dan 1,69 g perak nitrat dalam 100 ml air.
Lalu tambahkan setetes alkali encer dan saring larutan dari endapan hitam. Oleh
fitrat dengan larutan 3,5 kalium flourida dalam 50 ml air akan terbentuk
endapan putih yang setelah dipanaskan menjadi abu-abu dan hitam. Didihkan,
saring, dan pakai larutan yang jernih sebagai reagensia.
3. Uji
Kertas Kunyit (turmerik)
Jika
sehelai kertas kunyit dicelup ke dalam larutan suatu borat yang diasamkan
dengan asam klorida encer, lalu keringkan pada 100, kertas ini menjadi
coklat-kemerahan. Kertas ini dikeringkan paling sederhana dengan melilitkannya
sekeliling sisi luar dekat tepi mulut suatu tabung-uji yang mengandung air, dan
mendidihkan air itu selama 2-3 menit. Setelah kertas dibasahi dengan larutan
natrium hidroksida encer, kertas menjadi hitam-kebiruan atau hitam-kehijauan.
Kromat, klorat, nitrit, iodide, dan zat-zat,
pengoksid lain mengganggu karena aksinya yan memutihkan kunyit itu.
4. Larutan
Perak Nitrat
Endapan
putih perak metaborat, AgBO2, dari larutan boraks
yang cukup pekat yang larut baik dalam larutan ammonia encer maupun dalam asam
asetat. Dengan mendidihkan endapan dengan air, endapan dihidrolisis sempurna,
dan diperoleh endapan coklat perak oksida. Endapan coklat perak oksida
dihasilkan langsung dalam larutan-larutan yang sangat encer.
B4O7
+ Ag + H2O 4AgBO2
+ H
2AgBO2
+ 3H2O Ag2O
+ 2H3BO3
Asam borat yang terbentuk dalam
reaksi ini praktis tak berdisosiasi.
5. Larutan
Barium Klorida
Endapan
putih barium metaborat, Ba(BO2)2,
dari larutan-larutan yang cukup pekat; endapan larut dalam reagensia
berlebihan, dalam asam-asam encer, dana dalam larutan garam-garam ammonium.
Larutan kalsium dan strontium klorida bertindak serupa.
B4O7
+ Ba + H2O 2Ba(BO2)2
+ 2H
6. Kerja
oleh Panas
Boraks
yang telah dijadikan bubuk bila dipanaskan dalam tabung pijar atau di atas
sebatang kawar platinum akan mengembang banyak sekal, dan lalu menyusut,
meninggalkan suatu keeping kaca yang tak berwarna dari garam anhidratnya. Kaca
ini mempunyai sifat melarutkan banyak oksida ketika dipanaskan, dengan
membentuk metaborat yang sering mempunyai warna-warna yang khas. Ini merupakan
dasar dari uji manik boraks terhadap berbagai logam.
7. Reagensia
asam p-nitrobenzena-azo-kromotropat
Borat
menyebabkan reagensia yang lembayung-biru menjadi biru-kehijauan.
Uapkan setetes larutan yang sedikt basa tersebut
sampai kering dalam krus semimakro. Aduk residu yang hangat dengan 2-3 tetes
regensia. Diperoleh warna biru-kehijauan setelah didinginkan. Suatu uji blanko
harus dilakukan berbarengan.
Kepekaan: 0,1 mg B. Batas
konsentrasi: 1 dalam 500.000
Zat
pengoksid dan flourida menggangu yang terakhir ini kerana membentuk
boronflourida-boronflourida. Zat-zat pengoksid termasuk nitrat dan klorat
dibuat tak menguapkan bersama hirazina sulfat padat, sedangkan flourida dapat
dihilangkan silicon tetraflourida dengan menguapkannya dengan asam silikat dan
asam sulfat.
Perincian eksperimennya adalah
sebagai berikut. Oleh dua tetes larutan uji
dalam ktus porselen kecil dengan sedikit hidrazina sulfat padat atau
beberapa totol (titik) silica hasil pengendapan, dan 1-2 tetes asam sulfat
pekat, dan panaskan dengan hati-hati sampai timbul asap asam sulfat. Tambahkan
3-4 tetes reagensia sementara residu masih hangat, dan amati warna setelah
mendingin.
Kepekaan: 0,25 mg B, dengan
adanya KClO3 atau KNO3 sejumlah 12.000 kali
lipat dari jumlah tersebut: kepekaan adalah 0,5 mg B dengan adanya NaF sebanyak
2.500 kali lipat dari jumlah tersebut.
Reagensia terdiri dari larutan
Kromotrop 2B 0,005 persen dalam asam sulfat pekat.
8. Uji
Biru Manitol-Bromotimol
Asam
borat bertindak sebagai asam monobasa yang sangat lemah (Ka = 5,8 x ), tetapi setelah ditambahkan
senyawa-senyawa polihidroksi organik tertentu, seperti manitol (manit),
gliserol, dekstrosa, atau gula inverse, asam ini diubah menjadi suatu asam yang
relatif kuat. Maka pH larutan menjadi berkurang. Jadi, jika larutan pada
mulanya hamper netral terhadap, misalnya, biru (hijau) bromotimol, lalu setelah
ditambahkan manitol, warnanya menjadi kuning. Sebaiknya, bila kita menguji
terhadap borat yang jumlahnya sangat sedikit, kita kristalkan ulang monitol itu
dari larutan yang telah dinetralkan terhadap biu bromotimol, lalu mencucinya
dengan aseton murni dan mengeringkannya pada 100. Reagensia ( larutan manitol 10%
dalam air) juga dinetralkan dengan larutan kalium hidroksida 0,01M dengan
memakai biru bromotimol (larutan 0,04% dalam etanol 95%) sebagai indicator.
Hanya perida yang menggangu uji ini, ia dapat diuraikan dengan pemanasan di
atas arang.
Jadikan
larutan ini hampir netral terhadap biru bromotimol dengan mengolahnya dengan
asam encer atau alkali encer (menurut keperluan) samapai indicator itu berubah
manjadi hijau. Taruh beberapa tetes larutan uji dalam sebuah tabung uji mikro,
dan tambahakan beberapa tetes larutan reagensia. Diperoleh pewarnaan kuning
bila ada borat. Sebaiknya lakukan berbarengan suatu uji blanko dengan air
suling.
No comments:
Post a Comment