naskah drama - Review Gadget Terbaru Fajar Nugraha Wahyu

Breaking

Saturday, 5 November 2011

naskah drama


Tikus-Tikus Nakal
Suasana di depan sekolah pada suatu siang sepulang sekolah. Terlihat seorang anak sekolah bernama Deri membeli beberapa kantung kacang dari sebuah warung.
Ia segera pulang ke rumahnya.

Suasana rumah Deri. Deri membuka sepatu dan kaus kakinya. Ia meletakkannya begitu saja di belakang pintu rumahnya. Ia lalu segera pergi ke kamarnya. Ibunya melihat tindakan Deri.

Ibu : (marah) “Deri, sepatumu jangan diletakkan sembarangan. Kan, sudah ibu sediakan rak khusus untuk menyimpan sepatu.”

Deri : (menyeka keringat di keningnya) “Deri kan capek, Bu. Hari ini rasa nya gerah banget. Lagian, kan ada Bi Surti.”

Ibu : “Bi Surti pulang kampung selama tiga hari. Lagian, kenapa kamu menanyakan Bi Surti?”

Deri : “Biasanya kan Bi Surti yang suka membereskan sepatuku.”

Ibu : (kesal) “Untuk hal seperti ini, Ibu rasa kamu bisa me ngerjakannya sendiri.”

Deri : (segera mengambil sepatu dan kaus kakinya yang ber serakan) “Aahh… Ibu.”

Deri segera masuk ke kamarnya. Suasana berganti menjadi kamar Deri. Di kamar, terdapat sebuah tempat tidur kecil, kipas angin, meja belajar, dan sebuah tempat sampah. Deri merebahkan diri di atas tempat tidurnya. Ia melemparkan tasnya ke samping bawah meja belajarnya. Ia belum mengganti baju seragamnya. Lalu, ia menyalakan kipas angin.

Deri : (sambil membaca buku yang diambilnya dari meja belajar) “Ahh… begini kan lebih enak….”

Deri membuka bungkus kacang yang ia beli tadi. Ia membuka satu per satu dan melemparkan begitu saja kulit-kulit kacang ke bawah tempat tidurnya.

Suasana malam. Deri tidak bisa tidur. Ia mendengar suara-suara aneh.

Ciiitttt… cit… cittt…. Deri ketakutan. Dari kolong tempat tidurnya, keluar seekor tikus.

Deri kaget. Ia paling takut pada tikus. Tidak berapa lama kemudian, beberapa ekor tikus keluar dari kolong tempat tidurnya. Deri mengambil sapu ijuk.

Deri : (mencoba mengusir tikus-tikus) “Ukhhh… mengganggu saja!” (memukul seekor tikus)

Beberapa tikus malah menghampiri Deri.

Deri : (ketakutan dan menjerit-jerit) “Ibu, Ibu tolongin Deri!”

Ibu : (membuka pintu kamar Deri) “Ada apa kok kamu teriak-teriak?”

Deri : (wajahnya pucat) “Ibu, banyak si Jerry!”

Ibu : “Jerry, siapa itu Jerry?”

Deri : (menunjuk ke bawah tempat tidurnya) “Maksud Deri banyak tikus kecil.”

Ibu : (kebingungan) “Di mana?”

Deri : “Itu di bawah tempat tidur Deri!

Deri takut. Deri tidak mau tidur di kamar Deri.”

Ibu : “Ya sudah, malam ini kamu tidur bersama kakakmu saja.”

Suasana pagi hari. Ibu masuk ke kamar

Deri. Ia kaget melihat sampah-sampah berserakan di bawah tempat tidur Deri.

Ibu : (berteriak, mukanya cemberut)

“Derii…sini!”

Deri : (memakai seragam sekolah) “Ya ada apa, Bu?”

Ibu : “Lihat!” (menunjuk ke sampah yang berserakan) “Kamu jorok sekali. Pantas banyak tikus di kamarmu.”

Deri : (malu dan tertunduk) “Habis bagaimana dong?”

Ibu : “Lho kok, malah tanya. Mulai sekarang kamu harus menjaga kebersihan kamarmu. Kamu jangan membuang sampah sembarangan lagi. Kan, sudah ibu sediakan tempat sampah di kamarmu (menunjuk ke tempat sampah).

Apa perlu Ibu membuatkan plang peringatan di sini?”
Deri : “Ibu bisa saja. Deri janji tidak akan membuang sampah sembarangan lagi.
Deri kapok sama si Jerry-Jerry nakal.”
Ibu : (tersenyum) “Ya sudah, sekarang kamu pergi sekolah. Pulang sekolah nanti, kamu harus membersihkan kamar mu.”
Deri : “Baik, Bu!”
Sejak saat itu, Deri selalu menjaga kebersihan kamar nya.
Naskah drama ini adalah hasil pengubahan dari cerpen “Tikus-Tikus Nakal”.
Sumber: Bobo, 22 Februari 2007




Utuy Tatang Sontani

Panggung merupakan ruangan rumah makan, dialati oleh tiga stel kursi untuk tamu, lemari tempat minuman, rak kaca tempat kue, meja tulis beserta telepon, radio dan lemari. Pintu masuk ada di belakang dan pintu keluar ada di depan sebelah kiri.

Adegan 3

Ani

(ke belakang sambil menyanyi kecil).

Pengemis

(masuk pelahan-lahan dengan kaki pincang, setelah di dalam, melihat ke kiri-ke kanan, ke rak tempat kuekue, kemudian menuju rak itu dengan langkah biasa, tangannya membuka tutup stopples hendak mengambil kue).

Ani

(tampil dari belakang) Hai!

Pengemis

(cepat menarik tangannya).

Ani.

Engkau mau mencuri, ya?

Pengemis

(menundukkan kepala).

Ani

Hampir tiap engkau datang di sini, engkau kuberi uang.Tak nyana, kalau sekarang berani datang di sini dengan maksud mencuri.

Pengemis

Ampun, Nona, ampun.

Ani

Mau sekali lagi kau mencuri?

Pengemis

Saya tak akan mencuri bila saya punya uang.

Ani

Bohong!

Pengemis

Betul, Nona, sejak kemarin saya belum makan.

Ani

Mau bersumpah, bahwa engkau tak hendak mencuri lagi?

Pengemis

Demi Allah, saya tak akan mencuri lagi, Nona. Asal...

Ani

Tidak. Aku tidak akan memberi lagi uang padamu.

Pengemis (sedih)

Ah, Nona, kasihanilah saya.

Ani

Tapi mengapa tadi mau mencuri?

Pengemis

(sedih) Tidak, Nona, saya tidak akan sekali lagi. Dan saya sudah bersumpah. Ya, saya sudah bersumpah.

Ani

(mengambil uang dari laci meja) Awas, kalau sekali lagi engkau mencuri!

Adegan 4

Pengemis

(masuk menjinjing tas kulit, melihat kepada pengemis)

Sudarma

Mengapa kau ada di sini? Ayo, keluar.

Pengemis

(diam menundukkan kepala).

Sudarma

(kepada Ani)

Mengapa dia dibiarkan masuk, An?

Ani

Hendak saya beri uang.

Sudarma

Tak perlu. Pemalas biar mati kelaparan. Padahal dia datang di sini mengotorkan tempat semata.

Ani

(memberi uang kepada pengemis) Nih. Lekas pergi.

Pengemis

Terima kasih, Nona. Moga-moga Nona panjang umur.

Sudarma

Lekas pergi dan jangan datang lagi di sini.

Pengemis

(pergi keluar dengan kaki pincang).

Sudarma

Lain kali orang begitu usir saja, An. Jangan rumah makan kita dikotorinya. (dengan suara lain) Tak ada yang menanyakan daku?

Ani

Ada, tapi entah dari mana, sebab Karnaen-lah yang menerima teleponnya tadi.

Sudarma

Anakku sudah biasa lalai. Barusan dia ketemu di jalan, tapi tidak mengatakan apa-apa. (mengangkat telepon) Sembilan delapan tiga.

Ani

(membersihkan kursi).

Sudarma

(kepada Ani) Meja ini masih kotor, An.

Ani

(membersihkan meja).

Sudarma

(dengan telepon)Tuan kepala ada? -Baik, baik.- Waaah, kalau sudah banyak uangnya, lama tidak

kedengaran suaranya, ya? - ya? -Ini Sudarma, bung. - Ha, ha, ha, betul, betul. - Biasa saja, menghilang sebentar untuk kembali berganti dulu. - (tertawa) -

Tapi, bung, bagaimana tentang kanteb yang dijanjikan itu? - Ah, ya? - Bagus, bagus, lebih cepat lebih nikmat. - ya, ya, sebentar ini juga saya datang. -Baik, baik. (telepon diletakkan; kepada Ani) Aku hendak pergi ke kantor pertemuan. Kalau ada yang menanyakan, baik perantaraan telepon atau datang, tanyakan keperluannya, lalu kau catat, ya An? (melangkah).

Ani

Ya.

Sudarma

Eh, jika nanti Usman datang di sini, suruh menyusul saja ke kantor pertemuan. Dan engkau jangan bepergian.

No comments:

Post a Comment