5 tahap Pembangunan W.W. Rostow - Review Gadget Terbaru Fajar Nugraha Wahyu

Breaking

Saturday, 8 October 2011

5 tahap Pembangunan W.W. Rostow



a.       Masyarakat Tradisional
Ilmu pengetahuan pada masyarakat ini masih belum banyak dikuasai. Karena itu, masyarakat semacam ini masih dikuasai oleh kepercayaan-kepercayaan tentang kekuatan di luar kekuasaan manusia. Manusia dengan demkian tunduk kepada alam, belum bisa menguasai alam. Akibatnya, produksi masih sangat terbatas. Masyarakatini cenderung bersifat statis, dalam arti kemajuan berjalan dengan sangat lambat. Produksi dipakai untuk konsumsi. Tidak ada investasi. Pola dan tingkat kehidupan generasi kedua pada umumnya hamper sama dengan kehidupan generasi sebelumnya.

b.      Prakondisi untuk Lepas Landas
Masyarakat tradisional, meskipun sangat lambat, terus bergerak. Pada suatu titik,dia mencapai posisi prakondisi untuk lepas landas. Biasanya, keadaan ini terjadi karrena adanya campur tangan dari luar, dari masyarakat yang sudah lebih maju. Perubahan ini tidak dating karena factor-faktor internal masyarakat tersebut, karena pada dasarnya masyarakat tradisional tidak mampu untuk mengubah dirinya sendiri. Campur tangan dari luar ini menggoncangkan masyarakat tradisional itu. Di dalamnya mulai berkembang ide pembaharuan.

Ide-ide yang berkembang ini bukan sekedar pendapat yang menyatakan bahwa kemjuan ekonomi dapat dicapai, tetapi bahwa kemajuan ekonomi merupakan suatu kondisi yang diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuan lain yang dianggap baik: kebesaran bangsa, keuntungan pribadi, kemakmuran umum, atau kehidupan yang lebih baik bagi anak-anak mereka nantinya.[1]

Misalnya, seperti yang terjadi di jepang, dengan dibukanya masyarakat ini oleh armada angkatan laut Amerika Serikat.Pada periode ini, usaha untuk meningkatkan tabungan masyarakat terjadi. Tabungan ini kemudian dipakai untuk melakukan investasi pada sector-sektor produktif yang menguntungkan, termasuk misalnya pendidikan. Investasi ini dilakukan baik oleh perorangan maupun oleh negara. Sebuah negara nasional yang sentalistis juga terbentuk. Pendeknya, segala usaha untuk meningkatkan produksi mulai bergerak dalam periode ini.[2]

c.       Lepas Landas
Periode ini ditandai denga tersingkirnya hambatan-hambatan yang mengalami proses pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan merupakan sesuatu yang berjalan wajar, tanpa adanya hambatan yang berarti seperti ketika pada periode prakondisi untuk lepas landas. Pada periode ini, tabungan dan investasi yang efektif meningkat dari 5% menjadi 10% dari pendapatan nasional atau lebih. Juga, industry-industri baru mulai berkembang dengan sangat pesat. Keuntungannya sebagian besar ditanamkan kembali ke pabrik yang baru. Sector modern dari perekonomian dengan dmikian jadi berkembang.
Dalam pertanian, teknik-teknik baru juga tumbuh. Pertanian menjadi usaha komersial ntuk mencari keuntungan dan bukan sekedar untuk konsumsi. Peningkatan dalam produktivitas pertanian merupakan sesuatu yang penting dalam proses lepas landas, karena proses modernisasi masyarakat membutuhkan hasil pertanian yang banyak, supaya ongkos perubahanini tidak terlalu mahal.

d.      Bergerak ke Kedewasan
Setelah lepas landas,akan terjadi proses kemajuan yang terus bergerak ke depan, meskipun kadang-kadang terjadi pasang surut antara 10% sampai 20% dari pendapatan nasional selalu diinvestasikan kebali, supaya bisa mengatasi persoalan pertambahan penduduk.
Industry berkembang dengan pesat. Negara ini memantapkan posisinya dalam perekonomian global: barang-barang yang tadinya diimpor sekarang diproduksikan di dalam negeri; impor baru menjadi kebutuhan, sementaraekspor barang-barang baru mengimbangi impor.
Sesudah 60 tahun sejak sebuah negara lepas landas ( atau 40 tahun setelah periode lepas landas berakhir),tingkat kedewasaan biasanya tercapai. Perkembangan industry terjadi tidak saja meliputi teknik-teknik produksi, tetapi juga dalam aneka barangyang diproduksi. Yang diproduksikan bukan saja terbatas pada barang konsumsi, tetapi juga barang modal.

e.       Jaman Konsumsi Masal yang Tinggi
Karena kenaikan pendapatan masyarakat, konsumsi tidak lagi terbatas pada kebutuhan pokok untuk hidup, tetapi meningkat ke kebutuhan yang lebih tinggi. Produksi indusstri juga berubah, dari kebutuhan dasar menjadi kebutuhan barang konsumsi yang tahan lama.
Pada periode ini, investasi untuk meningkatkan produksi tidak lagi menjadi tujuan yang paling utama. Sesudah taraf kedewasaan dicapai, surplus ekonomi akibat proses polittik yang terjadi dialokasikan untk kesejahteraan social dan penambahan dana social. Pada titik ini, pembangunan sudah merupakan sebuah proses yang berkesinambungan, yang bisa menopang kemajuan secara terus menerus.seperti halnya teori-teori modernisasilainnya, didasarkan pada dikotomi masyarakat tradisional dan masyarakat modern. Titik terpenting dalam gerak kemajuan dari masyarakat yang satu ke yang lainya adalah periode lepas landas.
Rostow juga  berbicara tentang keperluan akan adanya sekelompok wiraswastawan, yakni orang-orang yang berani melakukan tindakan pembaruan, meskipun tindakan tersebut ada resikonya. Dia kemudian berbicara te.ntang kondisi-kondisi social yang melahirkan para wiraswatawan ini. Rostow[3] menyebutkan dua kondisi social :
 1. adanya elite baru dalam masyarakat yang merasa diingkari haknya oleh masyarakat    tradisional dimana dia hidup, untuk mendapatkan prestise dan mencapai kekuasaan melalui caara konvensional yang ada,
2. masyarakat tradisional yang ada cukup fleksibel (atau lemah) untuk memperbolehkan warganya untuk mencari kekayaan (atau kekuasaan politik) sebagai jalan untul menaikan statusnya dalam masyarakat (biasanya hak ini dicapai melalui kepatuhan dan kesetiaan terhadap yang berkuasa.
Kelompok elite baru inilah yang akan menjadi tenaga pendorong untuk melakukan pembaruan. Elite baru ini merupakan kelompok orang yang frustasi (dalam arti positif) Karena tatanan social dan politik yang ada tidak member kemungknan untuk mengembangkan diri. Ini misalnya terjadi pada kelompok pedagang (cikal bakal dari kaum burjuasi di jaman modern) di jaman feudal, atau orang-orang Yahudi di Eropa, atau orang-orang cina di Asia Tenggara. Karena tidak bisa memajukan diri  di ajalur sosila-politik, mereka bergerak di bidang ekonomi dan kemudian mendapatkan tempat terhormat, karena keberhasilannya mengumpulkan kekayaan.
 Dalam membahas masalah lepas landas pun, Rostow berbicara tentang aspek-aspek nonekonomi ini. Baginya, lepas landasharus memenuhi semua dari ketiga kondisi[4] yang saling berkaitan yakni:
1.      Meningkatnya investasi di sector produktif dari ( katakanlah) 5% (atau kurang) atau lebih) dari pendapatan nasional.
2.      Tumbuhnya satu atau lebih sector industry manufaktur yang  penting, dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi.
3.      Adanya atau munculnya secara cepat lembaga-lembaga politik dan social yang bisa memanfaatkan berbagai dorongan gerak ekspansi dari sector ekonomi modern dan akibat yang mungkin terjadi dengan adanya kekuatan-kekuatan ekonomi dari luar sebaggai hasil dari lepas landas; disamping itu lembaga-lembaga ini kemudian bisa membuat pertumbuhan menjadi sebuah proses yang berkesinambungan.
Kondisi ketiga merupakan kondisi non-ekonomi yang penting. Tetepai, Rostow memang masih mengutamakan peran ekonomi dari lembaga-lembaga tersebut. Katanya :[5]  
Kondisi ketiga menunjuk kepada kesanggupan yang cukup (dari lembaga-lembaga itu) untuk mengumpulkan modal dari sumber-sumber dalam negeri… prakondisi untuk lepas landas memerlukan ksanggupan awal untuk menggeakan tabungan dalam negeri secara produktif, dan juga menciptakan sebuah struktur yang memungkinkan tingkat tabungan  yang cukup tinggi.

Yang dimaksud oleh Rostow misalnya adalah negara yang melindungi kepentingan para wiraswastawan untuk melakukan akumulai modal. Atau memberikan iklim politik yang menguntungkan bagi para industriawan, atau orang asing untuk menanamkan modalnya. Memang, fungsi dari lembaga-lembaga non-ekonomi ini adalah untuk menunjang pertumbuhan ekonomi. Tetapi, sebagai seorang ahli ekonomi, dengan menyebutkan lembaga-lembaga non-ekonomi ini Rostow telah membuat langkah yang sangat berarti.
Dari uraian diatas kita juga melihat bahwa pada dasarnya Rostow masih melihat masalahpembangunan sebagai masalah yang sepertidiuraikan oleh model Harrod-Domar : tingkatkan tabungan dan investasi produktif stinggi mungkin. Lembaga-lembaga non-ekonomi seperti lembaga-lembaga politik dan social juga harus digerakan untuk mencapai tujua ini. Kalo ini bisa dilakukan, tahap lepas landas, dan kemudian tahap konsumsi masal yang tinggi, akan segera dicapai. Etapi, lankah pertama dari selruh proses yang panjang ini dimulai dengan menghilangkan hambatan pada masyarakat tradisonal, supaya masyarakat tersebut dapat memerdekakandiri dari nilai-nilai tradisinya, danmulai bergerak maju. Ini jelas factor non-ekonomi.

Sumber   :
Budiman, Arief. 2000, Teori Pembangunan Dunia Ketiga, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama     


[1]               Rostow, 1966:6
[2]               Di sini kita lihat pengah Teori Harrod-Domar. Pada masyarakat Tradisional belum ada proses investasi. Produksi adalah untuk konsumsi. Pada masyarakat yang berstatus prakondisi untuk lepas landas mulai terjadi tabungan masyarakat untuk investasi. Deikian seterusnya.
[3]               Rostow, 1971:156
[4]               Rostow, 1971: 147, 148.
[5]               Rostow, 1971:148

No comments:

Post a Comment