KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb.
Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan tugas ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Allah SWT mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.
Tugas ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang beberapa cerita teater di Indonesia, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Karya tulis ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah SWT akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Tugas karya tulis ini memuat tentang “TEATER” , Teater adalah istilah lain dari drama, tetapi dalam pengertian yang lebih luas, teater adalah proses pemilihan teks atau naskah (kalau ada) , penafiran, penggarapan, penyajian atau pementasan dan proses pemahaman atau penikmatan dari public atau audience (bisa pembaca, pendengar, penonton, pengamat, kritikus atau peneliti). Proses penjadian drama ke teater disebut prose teater atau disingkat berteater. Teater berasal dari kata theatron yang diturunkan dari kata theaomai(bahasa yunani) yang artinya takjub melihat atau memandang.
Teater bisa diartikan dengan dua cara yaitu dalam arti sempit dan dalam arti luas.
Teeater dalam arti sempit adalah sebagai drama (kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan di atas pentas, disaksikan orang banyak dan didasarkan pada naskah yang tertulis.
Dalam arti luas, teater adalah segala tontonan yang dipertunjukkan di depan orang banyak contohnya wayang orang, ketoprak, ludruk dan lain-lain.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada guru Seni Budaya yaitu Ibu Neta yang telah membimbing penyusun agar dapat mengerti tentang bagaimana cara kami menyusun karya tulis.
Semoga karya tulis ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun Karya tulis ini ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Sinopsis Ladang Perminus
Lakon Ladang Perminus yang diadaptasi dari novel karya Ramadhan KH berjudul sama, mengisahkan tokoh Hidayat, seorang bekas pejuang Angkatan '45 yang kemudian bekerja sebagai salah satu manajer pada perusahaan minyak negara bernama Perusahaan Minyak Nusantara (Perminus). Sebagai sosok yang jujur, cerdas, dan idealis, Hidayat menjalani hidup dan pekerjaannya dengan laku setia kepada hati nuraninya. Dia mencoba bertahan untuk tidak ikut melakukan korupsi dan segala bentuk perampokan di rumah sendiri yang menggelegak di perusahaannya. Gelegak dan bau gas korupsi di perusahaan migas itu akhirnya tercium aparat hukum.
Suatu hari beredar kabar bahwa sebuah tim tengah menyelidiki skandal korupsi di kantor itu. Seluruh karyawan kantor gentar diliputi ketakutan. Mereka segera berusaha menyelamatkan diri masing-masing dengan berbagai cara. Tetapi dasar dunia kooruptor, jalan penyelamatan yang mereka tempuh pun kebanyakan jalan busuk. Mereka yang korup menyebar fitnah ke segala penjuru kantor dan luar kantor. Tapi sasaran utamanya ialah orang-orang yang dianggap membahayakan.
Hidayat dan para koleganya yang menjalani karir dengan lurus menjadi sasaran empuk desingan peluru fitnah. Alhasil Hidayat dan sejumlah koleganya pun menjadi korban. Tanpa bukti kesalahan Hidayat dibebastugaskan dari pekerjaannya alias dirumahkan. Demikian pula sejumlah koleganya. Hukuman tersebut membuat Hidayat sangat terpukul.
Menghadapi kondisi Hidayat, Yas, isterinya bertindak. Tanpa kenal lelah ia terus memberikan semangat. Hidayat kemudian ”menghibur” diri dengan menangani usaha ternak yang telah dirintis sebelumnya sambil memberikan konsultasi kepada para kontraktor asing yang mengetahui reputasinya. Kegiatan itu secara perlahan menyembuhkan rasa frustrasinya. Semangatnya pun bangkit. Penyelidikan di Perminus berakhir. Hidayat tak terbukti bersalah. Dia pun dipanggil lagi untuk bekerja. Setelah aktif bekerja lagi, Hidayat diberi tugas oleh atasannya, Kahar, mengurus bisnis ke Singapura. Kahar adalah pimpinan penting perusahaan itu, namun juga menjadi sumber segala masalah di kantornya.
Hidayat menjalani tugas di Singapura dengan baik. Hasilnya cemerlang. Namun Kahar yang mencari untung bagi kepentingannya sendiri menjegalnya. Tapi karena takut perbuatannya terbongkar dia mencari jalan licik agar Hidayat jatuh. Saat Hidayat mencalonkan diri sebagai gubernur Jawa Barat, Kahar menyebar fitnah. Hidayat kembali jatuh dan akhirnya memutuskan untuk pensiun. Suatu hari muncul kabar bahwa Kahar meninggal. Hidayat merasa lega. Tapi hanya sebentar. Sebab tak lama kemudian muncul kabar bahwa Kahar dimakamkan di Taman Makam Pahlawan. Kekecewaan yang mendalam membuat Hidayat jatuh sakit. Di rumah sakit dia sempat merenung. Dia menyadari bahwa manusia harus berjiwa besar dalam menghadapi kenyataan hidup meskipun berat dan sulit. Hari terus berjalan.
SINOPSIS KAMPUNG HILANG
Tidak banyak yang tahu, mengapa kampung itu hilang. Ada yang mengatakan, seorang keramat telah menyembunyikan kampung hilang itu dengan kesaktiannya dari pandangan penjajah. Sayangnya, seorang yang keramat itu, Datuak Julan, meninggal dunia sebelum rajah yang ditanamnya untuk menghilangkan kampung hilang itu dicabut. Walhasil, hingga kini kampung itu hilang dari pandangan.
Begitulah. Yang tersisa sekarang hanya kabar. Konon, di kampung hilang itu dahulu, seorang tukang pangkas saja bisa jadi pahlawan. Apalagi mereka yang memanggul senjata untuk melawan penjajah. Konon, kualitas hidup di sana sangat sejahtera. Pemimpinnya adil, tetuanya keramat, masyarakatnya rajin bekerja dan sebagainya.
Perlahan, kabar itu menyedot perhatian sejumlah pemerhati dan peneliti sejarah. Tersiar pula kabar, para turis yang berwisata melalui jalur udara, melihat ada sebuah kampung di tengah hutan raya. Anehnya, setelah disusuri lewat jalan darat, kampung tersebut tidak ditemukan. Di manakah sebenarnya kampung hilang itu. Inilah teta-teki paling rumit yang dipecahkan banyak orang hari ini.
Catatan Sutradara Kampung Hilang
MENENGOK IDENTITAS LEBIH DALAM
Ketika seorang anak usia sekolah dasar ditanya, darimana asal air, ia akan menjawab: dari kran. Bagaimana lagi, sekolah kita menjauhkan anak-anak dari lumpur dan mata air. Kecurigaan semacam ini pernah dilontarkan Aprizal Malna, saat diskusi pada Festival Teater Aternatif GKJ Awards 2003. Saya berminat meneruskan atensi seperti ini ke dalam analisa yang lebih konstruktif, tentunya dengan fakta yang teruji.
Benar, saya pun menemui, ketika seorang anak usia sekolah dasar diminta membedakan mana kerbau, keledai, mana sapi dan kuda, akan terjadi perdebatan antara mereka. Juga akan terjadi diskusi hangat antar mereka menjawab pertanyaan berikutnya: Bisakah itik berkokok. Apa beda kacang padi dan kacang panjang,
Aapa beda merah sago dan merah lado? Dan serentetan pertanyaan lain menunggu.
Saya pun jadi percaya, bahwa jika ingin mengerti anjing, bertanyalah pada seorang peburu. Mau memahami laut, bercengkeramalah dengan nelayan dan seterusnya. Merumuskan dan mengenali identitas tidak bisa dilakukan hanya dengan mengelompokkan ciri-ciri fisik saja. Di balik konstruksi fisik, terdapat cara pandang, pemahaman, dan ini disebut dengan jiwa identitas. Teorinya, sih, begitu.
Realitas yang tidak jauh berbeda saya temui sepanjang melakukan penelitian di Centre for Cultural Research an Socialization (C2RS) dengan mengusung beberapa tema: Jejak Kerajaan di Minangkabau, posisi Minangkabau dalam bela negara, kasus PDRI dan PRRI. Setiap kali bertanya kepada masyarakat Minagkabau itu sendiri: berapa kerajaan di Minangkabau? Apakah nilai budaya Minangkabau yang masih Anda pegang dan praktikkan dalam kehidupan sehari-hari? Kemanakah Anda menyelesaikan sengketa, ke lembaga Adat atau ke lembaga hukum negara? Jawabannya, rata-rata setara dengan jawaban anak usia sekolah dasar menjawab pertanyaan apa beda kuda dengan keledai?
Maka, ada satu pertanyaan yang tak masuk akal bagi banyak orang. Apakah Anda tahu Kampung Hilang? Atau jangan-jagan Anda berasal dari Kampung Hilang? Dari pertanyaan seputar Kampung Hilang tersebutlah, sebuah pertunjukan teater dirancang dengan mencoba mengapresiasi realisme magic, tampil sebagai wujud sublimasi terhadap kecenderungan bercerita masyarakat Latin.
Kampung Hilang mungkin saja isu, mitos. Tetapi pada tingkat pemahaman tertentu, Kampung Hilang itu benar-benar ada. Sebab, sepanjang era krisis ini, energi untuk mengurus identitas diri, budaya, dan ideologi lainnya sering tidak tersedia cukup. Jangankan kampung, tubuh yang setiap hari diusung manusia, juga bisa “hilang” di belantara kesibukan dan jejaring sistem yang melembagakannya.
Kesenian Ludruk
Teater Indoesia merupakan ciri khas dari negara Indonesia dimana teater ini sudah berkembang sejak jaman dahulu. Meski demikian teater terus berkembang sampai sekarang dan menjadi tontonan yang menarik bagi masyarakat karena pada pagelarannya saat ini sudah banyak diberi polesan-polesan yang membuat teater semakin unik.
Meskipun teater terus mengalami perkembangan sehingga ada yang disebut teater Modern yaitu teater hasil perubahan dari teater tradisional. Meski perubahan dilakukan namun tidak menghilangkan unsur-unsur aslinya.
Contoh teater tradisional yaitu Ludruk,Srimulat,dan Gobyok. Berikut merupakan keterangan tentang ludruk.
Sejarah Kesenian Ludruk
Pada tahun 1994 , group ludruk keliling tinggal 14 group saja. Mereka main di desa desa yang belum mempunyai listrik dengan tarif Rp 350. Group ini didukung oleh 50 . 60 orang pemain. Penghasilan mereka sangat minim yaitu: Rp 1500 s/d 2500 per malam. Bila pertunjukan sepi, terpaksa mengambil uang kas untuk bisa makan di desa.
Sewaktu James L Peacok (1963-1964) mengadakan penelitian ludruk di Surabaya tercatat sebanyak 594 group. Menurut Depdikbud propinsi jatim, sesudah tahun 1980 meningkat menjadi 789 group (84/85), 771 group (85/86), 621 group (86/87) dan 525 (8788). Suwito HS, seniman ludruk asal Malang mengatakan tidak lebih dari 500 group karena banyak anggota group yang memiliki keanggotaan sampai lima group.
Hasil penelitian Suripan Sadi Hutomo, menurut kamus javanansch Nederduitssch Woordenboek karya Gencke dan T Roorda (1847), Ludruk artinya Grappermaker (badutan). Sumber lain menyatakan ludruk artinya penari wanita dan badhut artinya pelawak di dalam karya WJS Poerwadarminta, Bpe Sastra (1930). Sedangkan menurut S.Wojowasito (1984) bahwa kata badhut sudah dikenal oleh masyarakat jawa timur sejak tahun 760 masehi di masa kerajaan Kanyuruhan Malan dengan rajanya Gjayana, seorang seniman tari yang meninggalkan kenangan berupa candi Badhut.
Ludruk tidak terbentuk begitu saja, tetapi mengalami metamorfosa yang cukup panjang. Kita tidak punya data yang memadai untuk merekonstruksi waktu yang demikian lama, tetapi saudara hendricus Supriyanto mencoba menetapkan berdasarkan nara sumber yang masih hidup sampai tahun 1988, bahwa ludruk sebagai teater rakyat dimulai tahun 1907, oleh pak Santik dari desa Ceweng, Kecamatan Goda kabupaten Jombang.
Bermula dari kesenian ngamen yang berisi syair syair dan tabuhan sederhana, pak Santik berteman dengan pak Pono dan Pak Amir berkeliling dari desa ke desa. Pak Pono mengenakan pakaian wanita dan wajahnya dirias coret coretan agar tampak lucu. Dari sinilah penonton melahirkan kata .Wong Lorek.. Akibat variasi dalam bahasa maka kata lorek berubah menjadi kata Lerok.
Periode Lerok Besud (1920 . 1930)
Kesenian yang berasal dari ngamen tersebut mendapat sambutan penonton. Dalam perkembangannya yang sering diundang untuk mengisi acara pesta pernikahan dan pesta rakyat yang lain.
Pertunjukkan selanjutnya ada perubahan terutama pada acara yang disuguhkan. Pada awal acara diadakan upacara persembahan. Persembahan itu berupa penghormatan ke empat arah angin atau empat kiblat, kemudian baru diadakan pertunjukkan. Pemain utama memakai topi merah Turki, tanpa atau memakai baju putih lengan panjang dan celana stelan warna hitam. Dari sini berkembalah akronim Mbekta maksud arinya membawa maksud, yang akhirnya mengubah sebutan lerok menjadi lerok besutan.
Periode Lerok dan Ludruk (1930-1945)
Periode lerok besut tumbuh subur pada 1920-1930, setelah masa itu banyak bermunculan ludruk di daerah jawa timur. Istilah ludruk sendiri lebih banyak ditentukan oleh masyarakat yang telah memecah istilah lerok. Nama lerok dan ludruk terus berdampingan sejak kemunculan sampai tahun 1955, selanjutnya masyarakat dan seniman pendukungnya cenderung memilih ludruk.
Sezaman dengan masa perjuangan dr Soetomo di bidang politik yang mendirikan Partai Indonesia raya, pada tahun 1933 cak Durasim mendirikan Ludruk Oraganizatie (LO). Ludruk inilah yang merintis pementasan ludruk berlakon dan amat terkenal keberaniannya dalam mengkritik pemerintahan baik Belanda maupun Jepang.
Ludruk pada masa ini berfungsi sebagai hiburan dan alat penerangan kepada rakyat, oleh pemain pemain ludruk digunakan untuk menyampaikan pesan pesan persiapan Kemerdekaan, dengan puncaknya peristiwa akibat kidungan Jula Juli yang menjadi legenda di seluruh grup Ludruk di Indonesia yaitu : Bekupon Omahe Doro, Melok Nipon Soyo Sengsoro., cak Durasim dan kawan kawan ditangkap dan dipenjara oleh Jepang.
Periode Ludruk Kemerdekaan (1945-1965)
Ludruk pada masa ini berfungsi sebagai hiburan dan alat penerangan kepada rakyat, untuk menyampaikan pesan pesan pembangunan. Pada masa in Ludruk yang terkenal adalah .Marhaen. milik .Partai Komunis Indonesia.. Oleh sebab itu tidaklah mengherankan jika PKI saat itu dengan mudah mempengaruhi rakyat, dimana ludruk digunakan sebagai corong PKI untuk melakukan penggalangan masa untuk tujuan pembrontakan. Peristiwa madiun 1948 dan G-30 S 1965 merupakan puncak kemunafikan PKI.
Ludruk benar benar mendapatkan tempat di rakyat Jawa Timur. Ada dua grup ludruk yang sangat terkenal yaitu : Ludruk Marhaen dan Ludruk tresna Enggal.
Ludruk Marhaen pernah main di Istana negara sampai 16 kali , hal ini menunjukkan betapa dekatnya para seniman ludruk dengan para pengambil keputusan di negeri ini. Ludruk ini juga berkesempatan menghibur para pejuang untuk merebut kembali irian Jaya, TRIKORA II B yang memperoleh penghargaan dari panglima Mandala (Soeharto). Ludruk ini lebih condong .ke kiri., sehingga ketika terjadi peristiwa G 30 S PKI Ludruk ini bubar.
Periode Ludruk Pasca G 30 S PKI ( 1965 . saat ini)
Peristiwa G30S PKI benar benar memperak perandakan grup grup Ludruk terutama yang berafiliasi kepada Lembaga Kebudayaan Rakyat milik PKI.
Terjadi kevakuman antara 1965-1968. Sesudah itu muncullah kebijaksanaan baru menyangkut grup grup ludruk di Jawa Timur. Peleburan ludruk dikoordinir oleh Angkatan Bersenjata dalam hal ini DAM VIII Brawijaya proses peleburan ini terjadi antara tahun 1968-1970.
1. Eks-Ludruk marhaen di Surabaya dilebur menjadi ludruk Wijaya Kusuma unit I
2. Eks-Ludruk Anogara Malang dilebur menjadi Ludruk Wijaya Kusuma Unit II
3. Eks-Ludruk Uril A Malang dilebur menjadi Ludruk Wijaya Kusuma unit III, dibina Korem 083 Baladika Jaya Malang
4. Eks-Ludruk Tresna Enggal Surabaya dilebur menjadi ludruk Wijaya Kusuma unit IV
5. Eks-Ludruk kartika di Kediri dilebur menjadi Ludruk Kusuma unit V
Diberbagai daerah ludruk ludruk dibina oleh ABRI, sampai tahun 1975. Sesudah itu mereka kembali ke grup seniman ludruk yang independen hingga kini.
Dengan pengalaman pahit yang pernah dirasakan akibat kesenian ini, Ludruk lama tidak muncul kepermukaan sebagai sosok Kesenian yang menyeluruh. Pada masa ini ludruk benar benar menjadi alat hiburan. Sehingga generasi muda yang tidak mendalami sejarah akan mengenal ludruk sebagai grup sandiwara Lawak.
Setiap orang Jawa timur khususnya Surabaya, pasti mengenal Markeso, Kartolo dkk. Coba perhatian bagaimana mereka bermain Ludruk. Sampai saat ini hanya beberapa kalangan saja yang mengetahui .Binatang apakah ludruk itu ? .. Ibarat mobil, semua tergantung sopirnya, kalau sopirnya lurus ya lurus jalannya, tapi kalau sopirnya menyeleweng , ngantuk dsb , kita dapat melihat dan menduga keadaaan yang akan terjadi.
Tugas Seni Budaya
Proposal serta Sinopsis Seni Teater
Disusun oleh:
1. Deidra Aminah
2. Fajar Nugraha Wahyu
3. Nabilah Putri Riza
4. Nadya Ayustya
5. Salwa Madania
SMPN 4 Kota Tangerang Selatan
Tuesday, 22 March 2011
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment